Bab 1

7.7K 449 23
                                    


Bagi yang sudah membaca cerita ini, pasti sudah tahu alur ceritanya bagaimana. Sekarang cerita "Nathania" udah Author revisi ulang. Setiap alur cerita ada perubahan.

Bagi pembaca baru selamat membaca, dan pembaca lama selamat membaca ulang...

😊😊😊

•••

"Tugasku hanya menyukainya, namun untuk memilikinya aku tidak bisa."

•••

Seorang gadis cantik berusia dua puluh satu tahun itu sedang duduk santai di dekat jendela kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis cantik berusia dua puluh satu tahun itu sedang duduk santai di dekat jendela kamar. Hembusan angin malam membuatnya sedikit tenang. Gadis itu bernama Thania Adelyna, memiliki bulu mata yang lentik serta senyum yang manis.

"Malam ini sangat indah, ada bulan sabit dan banyak bintang yang bersinar. Apakah dia juga melihat keindahannya." Gumam Natta tersenyum kecil.

Thania adalah gadis yang ceria dan juga berprestasi di kampus nya. Ia tinggal bersama kedua orang tuanya, Lydia dan Adam. Ayahnya bekerja di perusahaan terbesar nomor 2 seAsia, Perusahaan Pasifik bergerak di bidang pertambangan. Ia anak semata wayang kedua orang tuanya. Tak heran jika Thania selalu dimanja mereka, apapun yang Thania ingin pasti di turuti, akan tetapi Thania bukan anak manja sifat anak itu sangatlah mandiri.

Selama ini Thania tidak pernah punya kekurangan apapun, kehidupannya berjalan lancar. Hampir semua teman-temannya iri dengan Thania. Tapi semenjak hari itu, dimana hatinya berdegup kencang. Ia merasa hidupnya belum sempurna.

••

Diary' Toko Bunga

Pukul 10:00 Wib Thania mengunjugi toko bunga. Dengan raut wajah yang menyejukkan hati. Seperti biasa pemilik toko bunga itu sudah mengenal Thania, karena ia adalah langganannya. Setiap minggu Thania selalu datang ke toko bunga itu.

"Pak, Bunga Matahari seperti biasa," ucap Thania pada penjual itu.

"Wah masih semangat aja nih, jangan-jangan pangeran dinginnya mulai luluh nih," ujar penjual bunga itu menggoda.

Thania tersenyum malu.

"Sebenarnya belum ada kemajuan sih, lagipula bunga ini selalu ia buang." Batin Thania.

"Ini dia bunganya, dan khusus hari ini kamu sudah mampir ke toko ini sebanyak seratus kali. Hari ini bunganya gratis."

"Wah beneran?" Bahkan sekarang sudah keseratus kali Thania membeli bunga itu. Ia berharap kali ini bunganya diterima oleh pangeran dinginnya.

Di perjalanan Thania mencoba berpikir apa yang harus ia lakukan agar bunga pemberiannya ini selalu disimpan.

•••

"Tuan Arsen, ada kiriman bunga matahari lagi tanpa nama pengirim. Saya akan membuangnya."

"Tunggu," pelayan itu berhenti melangkah.

Seorang pria muda tampan dengan tubuh tinggi dan kekar itu mengarah kepada pelayanannya dan melirik bunga matahari tersebut.

"Lagi-lagi bunga ini, siapa sebenarnya pengirim bunga matahari ini." Batin Arsen.

Pria itu bernama Arsen Dirgantara adalah orang yang dikagumi Thania. Walaupun sering ditolak beberapa kali Thania tetap semangat dengan cintanya itu.

Arsen melihat ada selembar kertas yang menyelip di bunga matahari itu. Selembar kertas itu sangat menarik perhatiannya. Ia lalu mengambil bunga matahari itu dari tangan pelayanannya.

"Biar saya yang buang," ujarnya lalu pelayan itu pergi.

Arsen kemudian mengambil selembar kertas yang menyelip itu. Didalam kertas itu terdapat coretan tangan yang bertuliskan kata "SEMANGAT" hanya satu kata. Tiba-tiba saja pria dingin itu tersenyum suatu keajaiban. Selama ini tidak ada yang bisa membuatnya tersenyum bahagia seperti itu.

Yah, pria itu sangat dingin ketika berbicara pada orang-orang. Sifatnya sangat tegas dan tidak bisa diajak bercanda. Hal itu karena ia dari kecil di didik dengan keras oleh Ayahnya seorang Profesor.

Namun, dibalik sifatnya yang keras itu. Ia juga manusia biasa, ia butuh seseorang yang selalu peduli kepadanya. Semenjak ibunya meninggal ia merindukan kata "semangat" itu. Dulu ibunya la yang selalu menyemangatinya.

Jadi, hari ini ia tersenyum karena teringat dengan ibunya. Kata "semangat" sangat berarti di hidupnya ini.

•••

Sementara itu di sebuah kafe pikiran Thania sangat campur aduk. Ia berharap bunga pemberiannya kali ini membuahkan hasil.

"Liat deh baju ini lucu banget, kayaknya cocok kalo kita couple-an," ujar Luna sahabat Thania dari bangku SMA sampai kuliah sekarang.

Thania tidak memperhatikan handphone Luna. Ia terus melamun menatap ke depan jalan.

Merasa ada yang aneh, Luna pun menepuk pundak Thania. Kemudian Thania baru sadar kalau Luna sedang berbicara padanya.

"Loh, mikirin apaan sih? Sampai segitunya." Tanya Luna heran.

"Enggak, kok." Jawab Thania.

"Ga usah bohong gitu, kita temenan udah lama. Gue tau loh mikirin Pak dosen dingin itu 'kan?" Luna tau Thania mengagumi Arsen sih dosen dingin di kampus mereka.

Thania tersenyum.

"Sebenarnya tadi aku ngirim bunga matahari lagi, tapi kali ini berbeda Lun," kata Thania.

"Apanya yang beda? Loh pakai santet ya? Merinding gue," ujar Luna tak percaya.

"Gak lah! Aku pakai cara baik-baik kok." Thania lalu menjelaskan.

"Aku kasih surat di bunga matahari itu, " ujarnya tersenyum malu.

Luna yang mendengar itu pun tersenyum. Ia sangat bangga pada sahabatnya itu. Tidak menyerah dan setia orangnya.

"Jangan sampai Pak Arsen tau identitas pengirim bunga matahari itu. Kalau tau bisa gawat, loh kirim pakai nama gak?"

"Enggak kok, aku tau kalau itu. Kita lihat besok, aku sudah ngirim orang suruhan aku buat nyamar jadi tukang sampah."

"Semoga berhasil!"

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NaThania (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang