Bab III

3 0 0
                                    

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya Menjadi pusat perhatian dan terkenal, walau hanya di lingkungan sekolah barunya terlebih bila itu hal yang cukup memalukan. Namun menjadi satu-satunya murid baru dengan dalih murid pindahan serta kehadiran di hari pertamanya yang cukup aneh. Tidak heran bila Keyta dengan mudah menjadi pusat perhatian. Sebenarnya ia tidak pernah berharap hari pertamanya akan menjadi seheboh itu.

Saat itu sang mentari sedang berada di puncak, ketika Keyta berhasil menemukan sekolah berpagar hijau itu setelah beberapa kali tersesat. Jam berakhirnya sekolah akan berbunyi beberapa menit lagi, sehingga kedatangannya membuat seisi kelas keheranan. Terlebih Pak Kursono sendiri yang mengantarnya keruang kelas, menyaksikan ekspresi bakal teman barunya Keyta mengerti bila kehadirannya sangat tidak di harapkan.
Yang membuatnya semakin menyesal, Pak Kursono tidak membiarkannya segera duduk. Padahal ia sudah memperkenalkan diri sejak tadi, namun lelaki setengah abad itu tak juga membiarkannya rehat sejenak. Lelaki itu melakukan beberapa pertanyaan tebak-tebakan juga beberapa permainan yang membuat mereka melupakan jadwal pulang sekolah. Sekalipun profesinya sebagai kepala sekolah tidak membuat lelaki berkumis tebal itu menjaga jarak dengan murid-muridnya.

"Pak anak barunya di suruh duduk dulu deh pak, kasian jauh-jauh datang masa sudah di hukum" Celetuk Izan membuat beberapa siswa lain mulai saling menyahut

"Oh iya benar juga, silahkan nak Keyta duduk dimana saja yang kosong" Perintah Pak Kursono ramah

"Hei murid baru kesiangan di sini ada bangku kosong" Celetuk seorang gadis berhijab sambil menunjuk bangku Juno, mendengar ucapan gadis itu sontak seiisi kelas tertawa.

"Kayak pahlawan aja pake kesiangan segala" Timpal Dryo, tentu saja itu memacu yang lain untuk saling berkomentar bahkan Pak Kursono ikut menimpali.

"Kamu juga sering kesiangan gitu kok, mau sampai kapan rajin bersihin ruang paskib" Celetuk Pak Kursono memojokan sang gadis, tentu saja lelaki itu paham dengan Icya yang memang paling mencolok di antara peserta paskibra sekolah.

Bisa dibilang diantara ekskul pasukan pengibar bendera cukup dekat dengan staff sekolah setelah OSIS. Terlebih tidak jarang ketika melakukan latihan akan ada beberapa staff yang turun langsung untuk membantu dan membina mereka.

Keyta mencoba tetap tenang dengan terus saja berjalan ketempat yang ditunjuk tadi, sebenarnya selain di tempat itu ada beberapa bangku kosong lainnya, namun lelaki itu tetap berjalan kearah Juno murid yang terlihat selalu menyendiri. Keda terlihat sedikit waspada, walau ia yakin teman barunya ini tidak mungkin melakukan hal jahil.

"Aku Keda" Ucap Keyta sambil mengulurkan tangannya kegadis di depan bangkunya.

"Jangan di ladeni Key, Icya emang eror otaknya" Ucap Meyni

"Enak aja" Gadis itu tidak terima, kini ia yang jadi bulan-bulanan teman sekelasnya untung gadis itu pandai ngeles hingga membuat seisi kelas semakin riuh.

Keyta menarik tangannya ia jadi salah tingkah untung teman sebangkunya segera memperkenalkan diri, membuat Keyta semakin malu menyadari kekonyolannya. Untung dalam beberapa menit kemudian kelas sudah cukup tenang sepertinya mereka sudah mulai berkemas untuk pulang., bahkan ia tidak menyadari bila Pak Kursono sudah tidak di kelas lagi.

"Kita duluan ya" Pamit seorang gadis berkacamata yang duduk didepannya

"Oh iya nama kamu siapa" Keyta menahan gerekan gadis berhijab yang hendak keluar kelas

"Icya dan dia Hesty" Tegas gadis itu sambil menunjuk gadis berkacamata, Keyta menyadari saat beberapa detik yang lalu gadis itu nampak syok "Dah kita duluan ya dan makasih udah bikin kita telat pulang" Tegas gadis itu bernada mengejek, Keyta tertawa kecil entah mengapa gadis itu sudah menarik perhatiannya sejak awal.

Untuk beberapa saat Keyta masih bertahan di kelas, menatap seisi kelas yang telah kosong. Juno juga telah pamit beberapa saat lalu namun lelaki itu berjanji akan menemaninya berkeliling sekolah. Keyta menghela nafas berat, subuh tadi ia masih berada di rumah lamanya namun sudah tiga hari dia tidak bersekolah karena seluruh berkasnya sudah di ambil. Jadi lelaki itu memilih mengendari sepeda motornya untuk sampai ke sekolah barunya.
Berdalih kepentingan kerja orangtuanya yang terpaksa harus pindah kekota ini, sebenarnya hanya butuh tiga jam perjalanan menuju kota yang akan menjadi tempat tinggal barunya itu. Namun karena dia ternyata lupa, di tambah hp yang ia bawa mati total setelah tidak dices seharian. Tidak heran bila beberapa kali kesasar, Keda mengutuk kebodohannya tersebut. Mengandalkan papan petunjuk arah ternyata cukup membuatnya kesulitan, sedang ia tidak sabaran bila harus menunggu orang tuanya yang baru bisa pindah nanti sore. Kemungkinan keluarganya akan tiba malam nanti, sehingga sekalipun kesiangan dia terpaksa tetap pergi sekolah.

"Key kamu ke tempat bude dulu ya kita belum bisa pindah hari ini, ayah masih ada sedikit urusan di kantor" Pesan singkat dari ibunya membuat lelaki itu mendesah keras

Walau kemudian dia segera beranjak ketika teringat sesuatu. Lelaki itu segera mencari tempat yang pernah di sebutkan oleh saudaranya, namun ketika sampai di halaman depan lelaki itu berhenti.

"Hei, gue numpang di rumah lo ya" Ia menepuk bahu seseorang yang ia kenal, lelaki didepannya itu tertawa terbahak-bahak saat mendengar kisahnya untuk sampai ke sekolah ini.

"Jadi keluarga lo belum akan sampai kesini dalam dua hari kan" Tanya lelaki itu "Kenapa gak bilang-bilang sih kalau mau kesini sekarang, mungkin gue bisa langsung ajak Lo ke rumah daripada langsung kesekul" Lanjutnya

"Gak kepikiran" Jawab Keyta enteng
Selanjutnya obrolan tidak penting mengiringi langkah kedunya, terlebih lelaki yang menjadi saudaranya itu hari ini tidak membawa kendaraan sehingga mereka dapat segera pergi dengan satu motor.


Keyta merapatkan jaketnya, udara malam hari cukup dingin terlebih saat berkendara. Ia memilih untuk di bonceng, tubuhnya memang sudah sangat letih. Tiga belas jam dalam perjalanan membuatnya benar-benar tak dapat dikompromikan, mungkin benar ia yang terlalu percaya diri. Keyta merasakan getaran pada sakunya namun ia berusaha untuk tidak peduli. Setelah mati seharian tidak heran bila benda persegi itu terus berdering menandakan beberapa pesan masuk. Ia mendapat pinjaman power bank dari Juno, teman barunya itu sepertinya cukup dapat dihandalkan sehingga membuatnya segera dapat melihat pesan dari orangtuanya. Bila tidak entah bagaimana nasibnya nanti.



Keyta menghempas tubuhnya disebuah kamar yang tertata rapi, sekalipun kamar itu milik laki-laki juga. Namun kepribadian si pemilik kamar yang disiplin dan bertanggung ini tidak membuatnya keheranan. Untuk sementara waktu mungkin ia harus merepotkan keluarga dari saudaranya ini, atau mungkin dia bisa mencari kos-kosan untuk sementara waktu.

"Sudah disini saja" Ucap seorang lelaki yang baru usai mandi

"Apanya" Tanya Keyta sok bingung

"Lo mau cari kost kan" Tebak lelaki itu seolah mengerti isi hatinya.

"Ya kalau dua orang itu kelamaan ngekost mungkin lebih baik" Jawabnya

"Mandi gih, Lo bau" Keyta merasa tubuhnya ditarik hingga ia duduk ditepi ranjang, dengan malas lelaki itu beranjak

"Oh iya Din, Lo kenal Icya gak" Tanyanya sebelum keluar

"Emang kenapa" Lelaki itu berhenti sejenak

"Gak papa" Jawabnya sambil menghilang dari balik pintu, entah mengapa ia kepikiran gadis mungil itu.

"Ah sudahlah toh esok akan tau" Batinnya menepis semua rasa penasarannya.

Ia merasa harus segera mengetahui seluk-beluk sekolah barunya bila tidak ingin terus di cap sebagai murid baru, yah walau ia sadar itu tidak akan reda dalam beberapa hari kedepan.


K3BIH Where stories live. Discover now