Bab XI

0 0 0
                                    

Keringat sebesar jagung mulai bermunculan, bahkan dengan tidak sopannya meluncur jatuh kelantai marmer. Padahal AC ruangan tersebut dalam keadaan on, namun sepertinya tidak cukup untuk para penghuninya.

“Geser”

“Buka lebih lebar”

“Dagumu naikin”

Perintah dari Bu Nandar menggema di seluruh ruang, di pinggir ruang lain terdapat para anak karawitan sedang asik menyetel alat musik yang akan mereka mainkan. Sedang beberapa siswa putri berlatih menari yang di bimbing oleh Bu Nandar, di antara mereka terlihat keenam sahabat berusaha menyeimbangi instruksi dari Bu Nandar. Beberapa kali Byta hampir terjatuh saat ia salah gerakan, gadis itu memang lebih menonjol dari yang lain.

“Cukup, istirahat” Perintah Bu Nandar, mereka segera terduduk di tempat sambil berusaha merilekskan tubuh mereka yang kaku

“Aih kalau tahu bakal kayak gini, gue ogah deh ngantar Lo” Gerutu Byta sambil mengelus tangannya yang kram

“Maaf deh” Kinan nyengir

“Aku gak sanggup” Ucap Icya sambil meluruskan kakinya

“Kenapa kita disuruh ikutan ya, padahal kan niatnya mau lihat doang” Protes Karin

“Tau tuh Bu Nandar” Ucap Icya sambil bergegas

“Mau kemana Lo Cy” Tanya Byta

“Ketempat mbak Ndari” Icya menunjuk seorang wanita yang lebih tua darinya di group kerawitan

“Oh ya Cy, Rey gak datang ya” Tanya Kinan

“Bentar lagi juga datang, dia bagian gendang kok jadi gak perlu disetel” Jawab Icya sambil berjalan menjauh

“Kayaknya Bu Nandar gak ada deh” Kinta menyapu seluruh ruang dan tidak mendapati wanita itu disana

“Kayaknya tadi keluar deh” Ucap Hesty yang sempat melihatnya

“Bagus deh, pegel banget ni body” Byta merebahkan tubuhnya

“Kalian jadi ikut” Sapa seorang cowok, mereka tidak menyadari kedatangan Icya dan Rey

“Gak kita Cuma ngantar Kinan” Jawab Karin

“Oh kirain mau ikutan, mau nyoba pake lagu gak mungkin kalian lebih rileks” Usul Rey

“Kinan bisa jaipong Lo” Ucap Icya yang lebih peka akan situasi “Ambil gih gendang Lo Rey, mumpung gak ada Bu Nandar

“Ok sip” Lelaki itu segera beranjak dan kembali dengan gendang di tangannya

Kinan sendiri dengan gemulai mulai menirukan suara musik yang dimainkan Rey, mereka terhanyut oleh karakter masing-masing. Walau konsentrasi Kinan terbagi dengan berusaha mencuri pandang pada Rey, namun tidak mempengaruhi gerakan tarinya. Rey sendiri sesekali melihat Kinan namun itu wajar mengingat dia seorang penabuh gendang yang handal, gerakannya juga sangat lincah dan bersemangat. Konsentrasi Kinan sempat buyar saat ia menyadari wajah Rey masih tersisa sedikit goresan, ia menahan tawanya dengan menarik Icya yang kebetulan paling dekat dengan jangkauannya.
Icya sendiri segera menarik kaki Byta yang kemudian mengomel, untung saja Buta segera mampu bangkit dan berdiri dengan normal. Dengan muka memelas Icya meminta maaf, gadis itu melambaikan tangannya memanggil yang lain untuk bergabung. Terlihat beberapa siswa yang hadir hanya saling mendorong dan bertatapan satu sama lain, Karin segera maju di susul temannya yang lain. Melihat mereka yang semakin asik dengan tariannya perlahan para siswa mulai menyusul. Mbak Ndari berinisiatif untuk ikut memainkan musik, ternyata mereka yang ada di ruang itu ikut bergabung.

Namun keasikan mereka segera terhenti saat Bu Nandar berdiri di depan ruang kelas, tidak hanya itu entah mengapa kepala sekolah, guru BP dan beberapa orang yang tidak mereka kenal ikut di samping Bu Nandar.

Pak Kunsoro memberi tepuk tangan dengan senyum kasnya, lelaki setengah abad itu berjalan menuju sekumpulan siswa yang terdiam seketika.

“Bagus-bagus saya suka kalian yang bersemangat” Ucap pak Kunsoro, mendengar ucapan kepala sekolah mereka tersipu malu.

“Bapak bisa nari” Tanya Rey, pak Kunsoro menunjuknya gerakannya hingga memecah ketegangan.

“Syukur Alhamdulillah ternyata masih banyak yang menyukai tari” Ucap pak Kunsoro setelah memperlihatkan beberapa gerakan.

“Iya pak kita juga senang ada eskul kerawitan dan tari disekolah ini” jawab Kinan antusias

“Oh ya nak Icya, apa kamu benar ikut tari” Tatapan Pak Kunsoro beralih pada Icya

“Enggak kok pak, cuma ngantar Kinan pak” Elak Icya, gadis itu merasa tidak enak karena menjadi pusat perhatian

“Oh jadi kamu yang namanya Kinan, Pak Kunsoro menatap Kinan yang berada didepan Icya”

“Iya pak” Jawab Kinan santun, tidak heran bila kepala sekolah tidak mengenalnya sekalipun Kinan sudah sering bolak-balik ke ruang BP namun hanya sebatas atas panggilan Bu Esi.

“Oh iya, ada yang ingin kita diskusikan dengan kalian” Ucap pak Kunsoro pada keduanya, mereka memandang jajaran orang-orang yang berada di belakang pak Kunsoro.

Mereka berpenampilan cukup santai, bahkan terkesan sedikit urakan mungkin karena menghormati pak Kunsoro terlebih di ruangan banyak siswa membuat mereka menahan diri untuk segera menyapa Kinan. Baru setelah mereka berada ruang kepala sekolah, salah satunya mulai mengenalkan diri. Mereka adalah para pencari bakat dan reporter sebuah majalah, Bu Esi segera membantu menjelaskan pada Icya dkk.

“Jadi intinya mereka ini sedang mencari model dengan tema kesenian tradisional Indonesia” Jelas Bu Esi “Saat melihat kalian menari tadi mereka tertarik pada penampilan kalian, namun mereka juga akan mengadakan tes dulu” Wanita itu terlihat jelas mimilih katayang tepat, terlebih setelah beberapa kali penolakan.

“Aku pas deh Bu” Byta angkat tangan

“Intinya untuk mengangkat tari tradisional juga kan bu” Kinan mengoreksi, walau ia tau betul tujuan dari diskusi ini namun ia berusaha untuk tak semena-mena menerimanya terlebih didepan teman-temannya

“Iya benar, didalam majalah perusahaan kita sedang mencoba untuk mengulik kesenian tradisional secara konsisten” Jelas Kak Krisny, lelaki yang mengaku reporter majalah itu memberi penjelasan “Jadi kitaakan mulai dari pemula juga untuk mengangkatnya” Lanjut lelaki itu

“Selain itu kita juga akan mendalami seluk-beluknya secara rinci, dan saya dengan kalian paham soal itu” Kak Bagis salah satu tim majalah tersebut ikut menjelaskan

Dari penjelasan mereka juga dukungan pihak sekolah terlebih cara mereka menyampaikan sangat memukau, hingga membuat keenam gadis itu tidak dapat berkutik lagi. Terlebih Kinan gadis itu telah terbius oleh penjelasan masuk akal mereka, sorot mata Kinan terlihat berbinar dan bersemangat. Sehingga ketika ia meminta pendapat teman-temannya tidak ada kata lain selain setuju, dari itulah kini Kinan memiliki kesepakatan pada pihak majalah. Dengan disaksikan teman-teman juga beberapa staff sekolah kini Kinan sudah resmi menjadi model majalah lokal tersebut.

Sebelum meninggalkan ruang kepala sekolah sekilas Icya melihat senyum lega dari Bu Esi, bapak Kunsoro dan wakil kepala sekolah tidak berada disana. Namun Icya yakin bila lelaki yang ia kagumi itu ikut andil dalam rencana Bu Esi, namun melihat senyum Kinan Icya memutuskan untuk menepis perasaan negatif dihatinya.

Sayangnya yang dia tidak tau dugaannya benar, sebelum kejadian barusan Kinan dan Bu Esi telah melakukan pembicaraan serius. Dan kali ini gadis itu tidak dapat menolak, Kinan menghela nafas berat sejenak. Setelah ini kehidupannya tidak akan lagi mudah, namun ia percaya pada teman-teman yang mendukungnya. Setidaknya mereka selalu ada dalam keadaan apapun, menyadari itu Kinan merasa sedikit lega.

Kini dia harus melawan ketakutannya dan menerima konsekuensinya sebagai orang yang berbeda. Ia takut, namun ada rasa lebih hebat yang mendorongnya untuk siap menghadapi apapun.


K3BIH Where stories live. Discover now