Rasanya Pinto sangat bahagia, berhari-hari dilewatinya dengan sumringah. Tapi, semua berubah dengan sekejap. Sekarang ayah suka marah-marah. Dia tak pernah lagi memberi uang jajan. Tiap kali Pinto meminta, jawabannya tak seramah waktu baru masuk rumah menjadi ayah baru Pinto. Pinto sedih, Pinto mengadu ke Ibunya. Ibunya dengan sabar memberi pengertian. Sekarang semua barang mahal nak, jadi uang ayahmu tak cukup. Kamu makan aja yang kenyang di rumah tak usah minta uang jajan lagi, cuma itu yang ibu katakan. Namun sikap ayah juga sekarang lain kepadaku, Bu. Ayah tak suka Pinto bercerita lagi, kalaupun pulang ayah suka bentak Pinto. Ibupun hanya berkata yang sabar ya, nak.
Pinto lari ke kamar, Pinto berusaha meredam semua tangisnya, aku anak laki-laki harus kuat, batinnya. Dengan sabar Pinto akhirnya mampu meredam kekecewaannya kepada ayah Antoninya. Namun, makin hari ayah yang suka bentak Pinto, sekarang ayahpun suka membentak Ibu, tapi kenapa Ibu hanya diam, tanya Pinto dalam hatinya.
Pinto tidak terima Ibunya selalu dihardik jika ayah Antoni sudah pulang, Pinto melawan, yah kenapa juga ayah suka marah-marah di rumah ini. Dengan berani Pinto bertanya kepada ayahnya, namun Pinto hanya mendapat tamparan di pipinya. Ibupun hanya bisa memeluk Pinto sambil menangis.
Makin hari suasana rumah tak lagi nyaman, Ibu juga sering mengeluh harga sembako naik, menyebabkan ayah semakin marah. Suatu malam Ibu berkata, Pinto Ibu mau kerja mencoba merubah nasib, Ibu mau menjadi TKI di Malaysia, Pinto yang baik ya di rumah. Pinto tidak mau, kenapa mesti di Malaysia pokoknya Pinto ikut dengan bersikeras Pinto berkata kepada Ibunya. Pinto menatap ayahnya, kenapa bukan ayah saja yang kerja di Malaysia kata Pinto. Ayah mulai kesal, dan membujuk Pinto dengan wajah datarnya, ayah bilang kalau perempuan lebih cepat dapat kerja.
Berkat bujukan ayah dan ibunya akhir kata Pinto melepas kepergian ibunya untuk berangkat kerja di Malaysia. Namun ayah makin lama sering tak pulang ke rumah. Pinto merasa sepi. Kata Ndeh Ani, tetangga di samping rumah Pinto, Pinto harus rajin berdo'a agar ibu segera pulang dan ayah akan sering kembali ke rumah. Makin hari ayah semakin asing, ayah tidak lagi pulang, terpaksa Pinto pulang sekolah menjadi kuli panggul di pasar untuk bisa mendapatkan uang jajan.
Di tengah keresahannya kembali dia teringat kata Pak Ustaz kalau nama ayah Pinto bukan Haram tetapi perbuatannyalah yang haram. Batin Pinto ingin berteriak dan sesak, apalagi sang ibu gak ada dan ayah Antoninya juga tak lagi peduli.
Dengan susah Pinto meredam segala sesaknya. Pinto beranjak pulang, napasnya memburu. Keringat membasahi tubuhnya. Baru saja dia mau membuka pintu rumah terdengar suara wanita bicara sama ayahnya, dia bahagia mengira itu suara ibunya, namun didengar lagi itu bukan suara ibu. Pinto tak mengerti sedang apa ayah dan wanita itu. Pinto lari dan berteriak, hingga menyebabkan tetangga mendekati Pinto.
Pinto hanya bisa menangis dan menunjuk rumahnya. Para tetangga pun mengusir ayah baru Pinto dan wanita itu. Pinto kesepian lagi. Jika malam beranjak Pinto berdo'a, Tuhan sebenarnya di mana ayah? apakah dia tak tahu aku ini anaknya. Tuhan sampai kapan aku menjadi anak haram, tolong kembalikan ayahku dan siapa dia tuhan? Pinto menangis tersedu-sedu.
Pinto berlari ke luar rumah dan terus berlari walau malam makin mencekam. Rintik hujan pun mulai berjatuhan. Pinto menatap ke depan. Tekadnya bulat, dia akan mengejar Ibu ke Malaysia dan bertanya di mana ayah kandungnya. Dia akan meminta Ibu menjawab semua pertanyaan yang membuncah di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA HIDUP PINTO
AdventureMunafik, jika Pinto tak membutuhkan belaian seorang ayah. Namun pahitnya kenangan hidup dan kerasnya batu perjalanan membuat seorang Pinto harus tegar meremukkan harapan yang ada di dalam dirinya. Dalam perjalanan hidupnya yang gelap, hadir cahaya h...