SATU

391 56 9
                                    

Ingatan Sky melayang sekitar sepuluh tahun yang lalu. Ia yang saat itu berusia tujuh belas tahun membawa adiknya yang berusia sepuluh tahun ke rumah sakit. Saat di rumah sepulang adiknya bermain, tiba-tiba adiknya mengalami sesak nafas yang hebat. Ia membawanya ke rumah sakit menaiki angkot karena uangnya hanya cukup untuk itu.

Adiknya membutuhkan oksigen saat itu juga. Tetapi ia ditahan di depan ruang IGD karena tidak bisa membayar biaya administrasi rumah sakit di muka. Sky sudah memohon-mohon dan berjanji ia akan mencari uang pinjaman kemanapun yang terpenting adiknya mendapat pelayanan terlebih dahulu.

Tetapi para petugas medis dan petugas keamanan itu kekeuh melarangnya masuk hingga ia membawa uang administrasi. Uang darimana? Ia saja hanya hidup berdua bersama adiknya dengan kondisi serba kesusahan hingga akhirnya adiknya menghembuskan nafas terakhirnya di depan pintu IGD, di gendongan Sky.

Sky tidak marah kepada tenaga medis ataupun petugas keamanan karena mereka hanya menjalankan tugas. Ia marah kepada kebijakan rumah sakit yang harus menyerahkan uang administrasi di muka. Apakah direktur rumah sakit atau pemerintah tidak memberikan kelonggaran sama sekali untuk warga yang kurang mampu sepertinya?

Bagaimana jika para petinggi itu berada di posisi Sky? Yang harus mengikhlaskan kehilangan adiknya gara-gara kebijakan pemerintah yang semakin condong ke atas dan mencekik masyarakat kelas bawah?

Oleh karena itu Sky mendedikasikan hidupnya menjadi Dokter Spesialis Anak di sebuah rumah sakit swasta di kotanya. Alasannya sederhana, agar ia bisa menyelamatkan nyawa anak-anak yang terbaring sakit itu untuk menggantikan rasa bersalah kepada adiknya yang sudah tiada. Sebagai dokter, ia akan melakukan yang terbaik.

Beruntung Sky adalah sosok yang cerdas, ia mendapatkan beasiswa di sebuah universitas negeri bergengsi di kotanya sehingga ia tidak perlu repot-repot memikirkan biayanya. Hanya perlu belajar sungguh-sungguh dengan IPK yang terus naik setiap semesternya sehingga ia bisa lulus dengan predikat Cumlaude.

Ia lalu melanjutkan program studi pendidikan dokter spesialis anak dan menjadi mahasiwa terbaik di angkatannya sehingga ia tidak perlu repot-repot mencari pekerjaan setelah lulus. Karena ia langsung mendapatkan penawaran bekerja di rumah sakit swasta terbesar di kotanya. Dan ia bersyukur bisa di tempatkan di Ruang ICU Anak ini. Cita-citanya terkabul.

"Dokter, dokter Sky." Sebuah suara membuyarkan lamunannya.

"Ah iya." Jawab Sky.

"Dokter, anda harus beristirahat."

"Tidak! Saya harus mengawasi anak-anak ini, dokter Han. Sebagian dari mereka kondisinya masih belum stabil."

"Dokter, tolong dengarkan saya. Mulai tadi pagi hingga jam satu siang ini anda tidak ada istirahat sama sekali. Saya tau niat anda baik untuk tetap menolong menyelamatkan nyawa anak-anak ini agar tidak bernasib sama seperti adik anda bukan?"

Dokter Han menghembuskan nafasnya pelan. "Tapi sebelum itu anda harus memperhatikan kesehatan anda terlebih dahulu. Anda harus istirahat untuk makan siang. Saya partner anda berjaga hari ini dan saya juga bisa diandalkan, dokter Sky. Ada perawat juga yang membantu tugas anda. Anda tidak bekerja sendirian."

Sky tersenyum. "Itu benar. Saya minta maaf dokter Han, saya hanya selalu terbayang dengan kejadian itu. Kalau begitu saya meminta izin untuk istirahat dan makan siang. Titip anak-anak ya."

"Anda bisa mengandalkan saya dan yang lainnya, dokter Sky." Jawab Han dengan senyuman.

Sky melepas jas putihnya. Ia berjalan keluar dari rumah sakit menuju ke cafe langganannya. Cafe di bawah pohon rindang. Dan ketika ia masuk ia akan disambut ruangan dengan warna pastel yang lembut juga bunga-bunga indah yang terawat di depan cafenya. "Arion Cafe" namanya.

SKY | HyunMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang