Sam memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Ia membuka pintu mobil dan turun dengan elegan. Ketika ia berjalan, semua orang di sekitarnya menatapnya dengan rasa kagum dan memuja.
Sam tersenyum miring. Pemandangan seperti ini sudah biasa untuknya. Dia tampan, kaya, dan selalu mengendarai mobil mewah setiap harinya. Ngomong-ngomong hey! Siapa yang bisa menolak pesona seorang Sam Hwang?
"Kecuali dokter itu, sial!" Sam tiba-tiba berceletuk mengingat dokter manis berwajah anak anjing yang kemarin justru memakinya.
Sam sampai di depan ruang IGD dan tidak melihat tanda-tanda keberadaan dokter manis itu. Syukurlah dia tidak perlu mendengar ocehannya seandainya dia datang terlambat. Sudah cukup Sam merasakan telinganya berdengung kemarin karena omelan dokter itu.
Sam mendengus. "Cih! Dokter tapi mulutnya pedas sekali. Baru kemarin ada orang yang memanggilku iblis."
Sam bersandar di dinding depan seberang ruang IGD. Sampai kemudian ia melihat dokter yang berwajah seperti anak anjing itu sedang berjalan sambil membawa buku yang bertumpuk tinggi. Entah, Sam juga tidak tahu itu buku apa.
BRUK!!!
Sky menjatuhkan buku itu tepat di hadapan Sam. Sam menghela nafas pelan. Sudah Sam duga, dengan badan sekurus itu mana mungkin ia bisa membawa buku itu semuanya sendirian? Keras kepala memang. Seharusnya lelaki manis itu membawa buku sesuai dengan kapasitasnya saja.
Sky menoleh ke samping dan mendapati lelaki tampan sedang berdiri bersandar di dinding sembari memandangnya datar. "Anak manja, cepat bantu aku!"
Sam memelototkan matanya. Apa katanya tadi? Anak manja???!!! What The F*ck?!!
Sam berjalan menghampiri Sky. Menatap Sky sekilas dan tersenyum remeh. "Mulutmu itu pedas sekali dokter. Setelah kemarin mengataiku iblis, sekarang menyebutku anak manja?"
"Apa ada yang salah? Bukankah itu adalah dirimu?"
Sam mendengus. Memang dokter ini tidak salah. Bagaimanapun Sam memang masih manja dan sangat bergantung kepada kedua orang tuanya. Tapi hey! Tidak ada orang yang berani sefrontal ini dengannya!
Sam menyilangkan tangannya di depan dada. "Bukannya dokter harus memiliki watak yang baik? Kenapa anda sering mengumpat sepanjang waktu?"
"Watakku baik. Tapi pengecualian untuk orang sepertimu."
"Memangnya kenapa aku?"
"Orang yang tidak bertanggung jawab dan tidak punya hati."
"Tetap saja, kalau meminta tolong kepada orang lain bukankah harus menggunakan kata-kata yang baik?"
Sky menghela nafasnya pelan. "Tuan, tolong bantu saya membawa buku-buku ini."
Sam tersenyum miring. "Dengan senang hati, dokter."
Sam membantu Sky memunguti buku-buku yang berjatuhan di lantai itu. Sam memperhatikan satu buku, ternyata buku itu adalah satu pak buku gambar dan kotak pensil warna di dalamnya.
Untuk apa dokter ini membawa buku gambar sebanyak ini? - Batin Sam dalam hati.
Sekarang Sam sudah berdiri sambil membawa buku gambar itu sebagian begitu pula Sky. Sky melirik Sam sekilas lalu berjalan lebih dulu dan tidak mengatakan apapun lagi. Sam menaikkan sebelah alisnya bingung, memang dokter ini sangatlah aneh.
Sesuai insting, Sam berjalan mengikuti Sky sampai di depan sebuah ruangan. Banyak anak-anak di ruangan itu sedang bermain-main dan mata mereka langsung berbinar-binar ketika melihat Sky masuk sambil membawa buku gambar.
"Dokter!!!" Anak-anak itu berteriak girang dan berhamburan lari ke pelukan Sky.
Sky berjongkok dan menaruh buku yang di bawanya ke samping. Kedua tangannya terulur ke depan. Siap menerima pelukan dari anak-anak itu satu persatu.