CHAPTER #3

2 4 0
                                    

Warning !

•Typo berceceran disarankan untuk memakluminya.

•Absurt dan gaje sewaktu-waktu yang akan muncul,jadi jangan kaget.

•Chapter ini mengandung unsur toxic dan adegan 18+,disarankan yang berusia 18 kebawah minggir dulu

                                 .

                                 .

           DON'T LIKE! DON'T READ!

                                .

                                .

                 HAPPY READING

                       *  *  *  *  *

Disinilah Alin sekarang duduk dengan meremas tas selempang abu-abunya,pipinya yang di hiasi rona merah membuat Yuni mamanya Leo semakin clop dengan pilihan anaknya ini.

'Pasti anaknya polos,imut banget. Nanti kalo mereka bikin anak pasti lucu kyaaa.... gak sabar pengen dapet cucu.' Batin Yuni gembira.

"Nama kamu siapa?" Tanya Yuni.

"Saya... Alin Tante." Sangat pelan,namun masih bisa di dengar.

"Namanya cantik kayak orangnya," Puji Yuni.

"Kalian udah berapa lama pacaran?" Bams papa Leo yang bertanya.

"Kemarin..."

"Kemarin pas genap satu bulan." Leo menambahkan.

Alin melihat kearah Leo,dari tatapanya Alin bertanya kenapa Ia berbohong? Iya mereka memang sedang berbohong sekarang,tapi tak sejauh itu juga kan?

Leo hanya acuh saat Alin menatapnya untuk meminta penjelasan. Alin takut bagaimana kalo Mama dan Papanya Leo menanyainya tentang hobi,makanan kesukaan,dan lainya? Alin kan belum mengenal Leo lebih jauh setidaknya hanya sifat tak mau dibantah dan keras kepalanya saja yang Alin tau.

"Wahh kapan kalian akan menikah?" Tanya Yuni bersemangat.

Hampir tersedak ludahnya sendiri Alin kebingungan harus menjawab apa? Bukanya ini sudah terlalu jauh untuk sebuah kebohongan. Mereka tak mungkin menikah karena ini semua hanya sandiwara belaka.

Alin melirik Leo yang ternyata tak membantu sama sekali,pemuda itu malah asik dengan ponselnya. Mungkin dia sedang asik membalas chat dari gebetanya, yang lebih cantik darinya dan lebih tinggi tentunya. Alin merasa insecure di kenalkan seperti ini. Tuhan tolong hamba mu ini.

"Umh aku,nurut sama Leo saja Tante. Kapan pun Leo mau aku siap." Kembali menunduk,semoga jawabannya tak salah. Alin hanya mengikuti permintaan Leo,di perjanjian mereka kan seperti itu Alin hanya mengikuti perintah Leo. Setidaknya itu yang Alin pahami dan Ia juga tak boleh protes dengan semua perintah Leo.

"Wahh kalo begitu kita segera lamar Alin aja Pah." Yuni merajuk pada Bams yang hanya di tanggapi tatapan datar.

"Ayolah mereka udah satu bulan pacaran loh,gak baik pacaran lama-lama ntar buncit duluan." Yuni mengenbu-ngebu tak menyadari Alin menyembunyikan wajahnya bak tomat ke poni panjangnya menunduk malu.

"Kita boleh nginep di sini kan Ma?" Tanya Leo yang semakin membuat Yuni bahagia.

"Tentu saja sayang,eh tapi Mama belum beresin kamar buat Alin tidur."

"Alin tidur di kamar Leo." Ucap Leo yang mengandeng Alin menuju kamarnya.

"Semangat sayang." Yuni menyemangati anaknya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUKA  [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang