"Perasaanku padamu adalah Kanvasku dan kenangan kita adalah Kameramu."
Kanvas. Sebuah benda berupa kain putih yang dapat dipolesi berbagai macam warna, seperti rasa cintaku yang dapat disimpan di dalam hatiku. Hanya aku dan tuhan yang tahu tentang perasaan ini.
Kamera. Benda yang dapat mengambil berbagai macam kejadian dan dapat mengambil gambar sesuka hati, seperti aku yang menyimpan kenangan kita bersama di dalam memori kepalaku. Hanya aku dan tuhan yang tahu tentang perasaan ini.
Takdir yang mempertemukan mereka, walaupun mereka tidak dapat disatukan. Perasaan suka satu sama lain yang sama, tetapi tidak dapat bersatu. Seperti antara kanvas dan kamera yang bermanfaat menyimpan kenangan. Walaupun, berbeda dalam cara membuatnya.
Berbagai macam masalah selalu muncul satu-persatu membuat kehidupan gadis itu tidak jelas. Ia hanya mengikuti arus takdir membawanya dan pasrah. Ciri khas yang tidak dapat dilupakan darinya, yaitu senyuman dan keceriaannya.
Pernah sekali ia berpikir, jika saja dirinya menghilang dari dunia ini. Apakah akan ada seseorang yang mengetahuinya?
"Apakah akan ada yang rindu sama gue jika diri gue menghilang?" tanyanya pada sahabat barunya itu.
Ia langsung menoleh ketika sahabatnya itu menepuk pundaknya dan menggelengkan kepala sambil memarahinya dengan beberapa gerakan tangan tanpa suara.
"Terimakasih. Lo tau kalau gue suka sama seseorang? Gue mau nyatain perasaan gue sekarang," ucapnya dengan memberikan senyuman manisnya.
Tentu takdir tidak mempermudahkannya seperti itu, karena dirinya tidak berjodoh dengan pujaannya itu.
Kau bertanya apa kesukaannya? Jawabannya melukis pujaan hatinya dengan diam-diam.
