O1. - Past Disaster

6.8K 984 50
                                    

"Aku tidak sanggup." Ucap seorang wanita paruh baya menangis didalam pelukan sang suami, tetesan air asin jatuh dari pelupuk matanya tak tahan menahan kesedihan yang sedang terjadi.

Kesialan yang melanda keluarganya, rumah milik keluarga mereka satu satunya terbakar hangus tidak tersisa apapun, juga putri sulung mereka yang terbaring koma di rumah sakit dengan luka bakar yang sangat parah akibat kebakaran yang terjadi seluruh tubuh dilapisi kain juga selang infus berada dimana-mana, mata yang terpejam seakan tidak ingin terbangun dan merasakan kesakitan yang terjadi.

Sang ayah hanya bisa menatap sendu sang putri yang terbaring di atas ranjang rumah sakit, hening hanya terdengar suara tangisan si istri juga alat pendeteksi jantung dan tetesan dari jarum infus, juga aroma obat-obatan yang memasuki indra penciuman.

Pintu ruangan terbuka menampilkan kedua anak mereka yang lain, si kembar inui. Si anak laki laki yang memiliki luka bakar di bagian dahi kiri menatap kosong ke arah kakak perempuannya yang terbaring tak berdaya di sana.

"Nee-san kenapa. . hik . ." (Name) Si bontot Inui mulai menangis air mata menyusuri pipi tembam nya yang mulai memerah juga hidungnya, lengan mungil itu menggenggam jemari sang kakak laki-laki sedangkan sebelah tangannya ia gunakan menyeka air mata di bagian pipi.

"kaa-san, nee-san kenapa ditutupi kain . . hik . . " (Name) melangkahkan kaki mungilnya ke arah sang ayah, sontak sang ayah langsung menunduk mensejajarkan wajah nya dengan sang putri.

"Nee-san hanya sedang tidur." Sang ayah tersenyum meyakinkan sang anak dengan wajah sendunya berusaha tegar memikul semua beban yang terjadi agar sang anak tidak khawatir.

Lengannya mengangkat sang anak lalu menggendongnya, jemarinya mengusap punggung (Name) juga kepalanya menyalurkan kehangatan untuk si buah hati.

Inui Seishu, saudara kembar (Name) itu mendekat ke arah ranjang rumah sakit dimana kakaknya terbaring tak berdaya menatap sendu ke arah sang kakak.

"Maaf kak." Gumam Seishu, matanya kembali basah karena menangis, bibir mungilnya terus terusan bergumam minta maaf seharusnya yang selamat itu kakak nya Akane Inui dan bukan dia.

Hidup dalam ketidak sengajaan membuat rasa bersalah selalu memuncak didalam benaknya, hanya bisa meminta maaf akan situasi nya sekarang dan tidak bisa berbuat apa apa.

(Name) saat itu tidak ada ia dititipkan ke rumah teman ibunya, juga (Name) sering menginap disana, sesaat tau rumah nya terbakar juga kakaknya yang terbaring ia hanya bisa menangis dan menangis berharap sang kakak juga terbangun dari mimpi nya.

Sungguh malang nasib mereka saat ini.

Brakk.

Pintu dibuka paksa membuat suara yang keras, semua atensi dalam ruangan melirik ke arah sang pelaku dimana laki-laki bermata tajam itu terengah engah, Kokonoi Hajime laki-laki yang mencintai sosok Akane si sulung Inui.

Mata tajamnya melirik ke arah ranjang dimana sosok cintanya terbaring lemah.

"Akane-san." Cicitnya, air mata terjun membasahi pipi sang adam bibir ranumnya ia gigit menahan isakan tangis.

" Cicitnya, air mata terjun membasahi pipi sang adam bibir ranumnya ia gigit menahan isakan tangis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"(Name) mulai sekarang kau akan tinggal bersama dengan mereka." Kepala keluarga Inui itu mengusap surai sang anak dengan lembut.

Sang anak sontak langsung menggeleng cepat tidak mau berpisah dari orang tuanya.

"Maaf (Name), kembalilah nanti ya. Namun tidak untuk sekarang." Sang ibu memeluk (Name) menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang anak membuat bahu (Name) terasa basah.

"Tidak mau . . hik. . aku mau disini bersama Sei-chan." Keras kepala (Name) menangis sesenggukan tidak mau melepas pelukan sang ibu.

"Jangan tinggalkan (Name), tou-san. . kaa-san. . " Tangis (Name) semakin jadi, Seishu yang berada di sana hanya terdiam berkaca kaca melihat kembarannya yang bagai perangko di pisahkan.

Melepas kepergian sang adik, Seishu berjalan menggenggam jemari mungil (Name) menciptakan senyum sendu.

"Aku berjanji kita akan bersama kembali." Ucap Seishu, (Name) melepaskan pelukannya pada sang ibu lalu memeluk kembarannya dengan cepat membuat Seishu hampir terjatuh.

"Janji ya . . tunggu aku." (Name) melepaskan pelukannya tangannya terulur kedepan menaikkan satu kelingkingnya.

Seishu mengangguk cepat menyatukan kelingking mungilnya dengan kelingking (Name).

Dari saat itu keterpurukan keluarga Seishu yang harmonis menjadi jadi dan terpecah belah, Akane yang meninggal dunia tidak sanggup menanggung rasa sakit. Perekonomian yang menipis, maka dari itu kepala keluarga Inui juga istrinya tidak memiliki pilihan lain agar putri mereka dapat bersekolah leluasa dan mendapat kasih sayang orang tua mereka memberikan (Name) ke keluarga yang tidak bisa memiliki seorang anak.

Keluarganya tidak mau putri terakhir mereka kenapa-kenapa juga harus menanggung rasa sakit itu yang bisa menyebabkan mental down.

Begitu jugs seterusnya bertahun tahun telah berlalu, namun keluarga Inui dan (Name) sama sekali tidak mengontak satu sama lain.

Juga (Name) yang berfikir keluarga Inui tidak ingin (Name) kembali, ada rasa ingin kembali namun gengsi terlalu memuncak dalam dirinya. Rasa rindu akan sang saudaranya juga semakin besar.

(Name) juga diam-diam menyelidiki Seishu dimana ia berada, namun beberapa tahun tidak membuahkan hasil namun setelah ia berbaur dalam brandalan ia mendapatkan informasi mengenai Seishu.

Mengingat Seishu suka berkelahi, lantas (Name) juga ikut belajar beladiri agar dapat berbaur dengan cepat bersama para brandalan.

Keputusannya sudah bulat, ia akan pergi menemui Seishu saat tau Seishu memiliki apartemen sendiri.

Keputusannya sudah bulat, ia akan pergi menemui Seishu saat tau Seishu memiliki apartemen sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

can i get a star?

O3/O9/21

Move-(on) ; kokonoi hajimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang