12. - Beautiful Emma

2.8K 636 109
                                    

"Arkh s-sialan . ." Jemari (Name) menyentuh kepala yang berdengung karena pukulan sang pelaku.

"Inui-san kau tidak apa-apa?" Tanya Takemichi yang mendengar umpatan dari (Name) sedikit lega karena perempuan itu masih tersadar walau tidak separah pukulan pada kepala Emma.

(Name) mendengus tidak suka, bisa bisanya ditanya 'tidak apa apa?', atensi (Name) menatap ke arah Emma yang terbaring lesu di atas aspal.

"E-emma." Paraunya menatap ke arah sang adiratna yang kian terpejam.

Takemichi berjongkok disamping Emma menggenggam bahu sang hawa, "Emma-chan . . "

Gumamnya khawatir karena sang perempuan tak kunjung menjawab juga membuka mata.

"EMMA! BUKA MATAMU! s-sialan." Teriak (Name) sedikit merintih karena kepalanya terus berdengung.

Sang gadis merangkak menggapai surai emas milik Emma, menatap sendu pada sosok terpejam dipangkuan Takemichi.

"Emma . . kumohon, aku tidak akan protes bila kau memelukku lagi, jadi . . kumohon buka matamu." Parau (Name) mengelus lengan Emma yang terkulai lemas.

Mata Takemichi kian berair menatap nanar gadis dipangkuannya, labium tiada henti menyebut nama sang gadis.

"Emma-chan bangun!" Jemari menggoyangkan bahu insan yang terpejam.

"Jika kau mati dimasa lalu aku tidak bisa menyelamatkanmu!" Teriak Takemichi tidak memperdulikan sosok (Name).

(Name) sedikit bingung dengan perkataan sang adam namun pikiran ia tepis dari otaknya, waktu untuk bingung tidak penting sekarang.

"EMMA-CHAN!"

Suara Takemichi menggema di jalanan, sampai sosok sang kakak datang dari arah belakang, menatap kosong ke tiga insan dihadapannya.

"Emma?" Suara berat kian mengintrupsi pendengaran membuat ketiga insan menoleh kebelakang.

"M-maafkan aku Mikey-kun." Parau Takemichi menatap Mikey yang berdiri di belakangnya.

"Apa yang terjadi?" Gumamnya menatap kosong.

Diikuti kedua insan yang berada di belakang Mikey, Seishu menatap ke sosok adiknya yang menatap sendu ke arah Emma.

"(Name)?!" Seishu berlari kearah sang gadis hendak memeluk namun keburu ditepis.

Lengan itu menghapus air mata yang menyusuri pipi putihnya, menunjuk ke arah Emma.

"E-emma . . aku akan membunuh orang itu." Ucapnya sembarangan menatap kosong ke arah depan.

"Keduanya di serang oleh pengendara motor." Jujur Takemichi menatap ke arah Mikey, Izana yang mendengar itu berbalik arah meninggalkan insan yang berada di sana.

"Kisaki yang melakukannya." Parau Takemichi menunduk ke arah jalan, merasa bersalah.

Mikey berjalan berjongkok dihadapan Emma, "Takemicchi angkat dia" Suruh Mikey menaruh Emma dipunggungnya. Namun suara Emma memberhentikan gerakan Takemichi.

"(Name)." Panggil Emma perlahan membuka mata.

(Name) yang berada disana sontak langsung berjalan ke arah Emma dengan tertatih di bantu oleh Seishu.

"Boleh aku memelukmu? aku merasa ini pelukan terakhir." Gumam Emma menatap ke arah (Name) sambil tersenyum.

Air mata terbendung di kelopak menatap sendu ke arah Emma.

"Tidak ada pelukan terakhir, aku tidak akan protes bila kau memelukku lagi . . kumohon bertaー"

"Hangat . ." Perkataan belum selesai diucapkan, pelukan datang pada tubuhnya.

Emma memeluknya dengan lembut, tidak ada rasa sesak, pelukan yang dirasa akan terus ia rindukan kedepannya.

(Name) mengelus surai pirang Emma, membawa kehangatan pada sosok adiratna.

"(Name) aku menyayangimu." Gumamnya tersenyum simpul.

Perkataan Emma membuat hatinya mencelos rasa tak ingin melepaskan pelukan pada sosok dihadapannya kini.

(Name) melepaskan pelukannya dengan rasa tidak ikhlas, firasat buruk kian datang pada hatinya.

"Bertahan lah, kumohon. ." (Name) menaruh emma ada punggung Mikey.

Perkataan tak kunjung dijawab oleh Emma yang kini terpejam di punggung milik Mikey dengan rasa tenang.

Seishu membawa sang adik pada punggungnya, bersamaan kelimanya pergi ke rumah sakit yang tak terlalu jauh dari daerah itu.

Keadaan terasa hening, semuanya menutup labium mereka tanpa minat membuka suara.

Emma membuka mata perlahan, labium miliknya kini ikut bersuara "Mikey aku tidak bisa bergerak." Gumamnya.

Keringat semakin muncul pada pelipis Emma, (Name) yang melihat itu menggigit bibir bawahnya menahan isak tangis yang hendak keluar.

"(Name) jangan cengeng." Emma tau temannya kini khawatir tentangnya, dan Emma tidak suka sosok (Name) yang cengeng, ia lebih suka (Name) yang selalu berteriak juga marah marah padanya.

(Name) menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher sang kakak, dengan mata yang terpejam ketidaksadaran mengambil alih dirinya.

Keadaan hening beberapa saat sampai Emma kembali membuka suara, "Hey"

Seluruh atensi mendengarkan suara milik sang gadis yang berada di punggung Mikey.

"Jika terjadi apa apa padaku . ." Paraunya, suara kian mengecil juga melemas.

Mikey yang mendengar itu menatap ke arah jalanan dengan wajah khawatir, "Bodoh tidak ada yang akan terjadi."

Ucapan Mikey tidak digubris oleh Emma, bibirnya melanjutkan ucapannya.

"Katakan pada Draken 'Ken-chan aku mencintaimu'."

Mikey mengulas sedikit senyum melirik kearah sosok insan dibelakangnya.

"Katakan sendiri padanya." Ucap Mikey.

Air mata tak tahan terbendung di kelopak, air asin menyusuri pipi Emma, dengan parau lisan terakhir ia Ucapkan.

"Takemichi . . Jaga Mikey untukku." Senyuman manis ia tunjukkan pada labium yang kian memucat.

Suara tak kunjung keluar kembali pada labium sang adiratna. Bersamaan dengan rangkulan pada leher Mikey terkulai lemas mengikuti gravitasi, membuat sang adam berhenti berjalan dengan pupil menatap kosong kearah depan.

"Emma?"

"Emma-chan?"

Mikey menengok ke arah sang adik yang terkulai lemas memejamkan mata pada bahu sang kakak, seakan kedamaian kini mengambil alih dirinya.

Pemilik nama tak kian menggubris nama yang dipanggil.

"Emma?! Emma hey! aku berjanji pada kenchin untuk menjaga rahasia ini, tapi . . dia juga mencintaimu, kalian saling mencintai." Kurva tipis tersirat pada labium milik Mikey menatap ke arah Emma yang kini terlelap.

"Jadi . . ketika kita sampai dirumah sakit aku akan memanggil Kenchin oke?" Keringat muncul pada pelipis Mikey, menatap khawatir pada sang adik yang tak kunjung membalas ucapannya.

"oke Emma?"

"Emma?"

Senyuman meluntur pada bibirnya, menatap kosong ke arah depan.

"Takemicchi." Mikey menyerahkan jaket miliknya pada Takemichi yang langsung diterima oleh sang pemilik nama.

"Jaketku . . pasangkan pada Emma." Paraunya.

Takemichi terdiam bingung, "ya?"

"Emma. . dia terasa agak dingin . ." Atensi menatap kosong dengan wajah yang gemetar dengan bibir yang sedikit gemetar.

***

sedihnya kerasa ga si?:')

Move-(on) ; kokonoi hajimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang