1. Awalan

17 1 0
                                    

Rasel menatap ponselnya dengan tatapan kosong, ketika mendapatkan notif dari papanya, ia langsung membukanya, ternyata papanya itu mengirimkan dua pesan.

Papa :
Ce, mama kambuh lagi

Papa :
Bisa kamu pulang sekarang?

Dua pesan singkat yang mampu membuat hati Rasel terenyuh, bahkan napasnya pun tiba-tiba sesak.

Cukup lama untuk Rasel mencoba menetralkan kembali degup jantungnya dan menepis kemungkinan-kemungkinan buruk yang sekarang berkelebatan di kepalanya. Tetapi tidak bisa. Ia tidak bisa berpikir bahwa semuanya baik-baik saja saat ini.

"Lo kenapa, Sel?" Tanya Tania--teman dekat Rasel.

Menyadari kondisi Rasel yang tidak baik-baik saja, teman-temannya yang lain ikut menoleh ke arah Rasel.

Sekarang Rasel sedang kerja kelompok untuk tugas IPA yang di kerjakan oleh 4 orang. Mereka kerja kelompok di rumah Tania.

Galang, cowok yang sedari tadi sedang sibuk menyusun tugasnya segera beranjak dan mendekat ke arah Rasel. Dengan khawatir, ia mengusap pelan kepala pacarnya itu dan menyelipkan beberapa anak rambut ke telinganya.

"Mama.. kambuh lagi." Ucap Rasel dengan napas yang tidak beraturan.

Galang mendekap Rasel untuk menenangkan gadis itu, sementara Tania berinisiatif berdiri untuk mengambil segelas air.

"Mama lo gak kenapa-napa. Percaya sama gue," ujar Galang dengan lembut sembari terus mengusap kepala Rasel.

Rasel semakin menguatkan genggaman tangannya pada baju Galang, ia menggeleng dengan kuat, tidak mau berharap banyak pada ucapan cowok itu barusan.

"Lo mending anterin Rasel pulang, Gal, urusan tugas biar gue sama Tania aja," ucap Argan dengan santai.

Argan menoleh pada tugas kelompoknya yang sudah hampir jadi. "Di kerjain dua orang juga bisa ini mah, dikit lagi jadi." Ucapnya lagi dengan penuh keyakinan.

"Lo seriusan? Itu masih banyak loh yang harus di bikin." Tanya Galang tidak yakin sementara Argan hanya berdeham.

Tania datang dengan segelas air putih di tangannya, ia segera menghampiri Rasel dan memberikan air itu padanya. "Minum dulu."

Rasel menerimanya dan meneguk semua airnya hingga tandas, ia berterima kasih kepada Tania.

"Lo anterin Rasel aja, Gal, gue sama Argan bisa kok ngerjain tugasnya tanpa kalian, tenang aja." Kata Tania meyakinkan. Ia tidak tega melihat Rasel yang kini wajahnya sangat pucat.

Rasel punya penyakit panic attack jadi tidak bisa di kagetkan oleh hal-hal yang menurutnya sensitif. Apalagi soal keluarga. Ia akan merasa semua keburukan akan menimpanya sebentar lagi.

Bahkan terkadang panic attack nya bisa kambuh jika hanya memikirkan sesuatu hal yang buruk.

Galang dengan sigap langsung mengangkat tubuh kurus Rasel, ia akan menggendongnya sampai ke dalam mobil.

"Kita duluan, ya, kalau ada yang kalian gak bisa, tanya-tanya gue aja."

~~~

MAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang