Prolog

25 5 1
                                    

Para pelayang yang berada di sekitar Xiu Mei merasa kebingungan dengan kain yang telah dililitkan di kepala milik majikan mereka.

"Nona mengapa berpakaian seperti ini?" tanya pelayan dengan suara rendahnya agar tidak menyingung perasaan majikannya.

"Memang kenapa?" tanya Xiu Mei tidak peka dengan perasaan gelisah milik para pelayannya.

"Diluar panas kan?" tanya Xiu Mei sambil berpura-pura melihat kondisi diluar kediamannya.

"Apa salju sekarang bisa membuat insan di bumi menjadi kepanasan?" tanya pangeran yang tiba-tiba memasuki kediaman sang putri.

Putri hanya bisa mengekuarkan cengirannya ketika mendapat jawaban langsung dari gegenya, lebih tepatnya sindiran untuknya.

Dalam hatinya, ia sedang merutuki kebodohannya yang terlalu gampang melupakan sesuatu hal yang terkadang  dianggapnya tidak penting.

"Iya, maksud Putri diluar panas, eh maksudnya dingin gege, jadi putri memakai kain ini di kepala putri." jawab Xiu Mei dengan suara yang ia buat selucu mungkin dengan harapan dapat meluluhkan gegenya ini.

Dengan helaan nafas pangeran hanya mengusap pelan kepala yang telah terlapisi kain adiknya dan berjalan keluar dari kediaman adiknya.

*****

"Nona kami memerlukan bantuan nona untuk meracik ramuan pengobatan terbaru." Pinta para tabib dengan memohon kepada Xiu Mei.

Xiu Mei terus melotot kearah tangannya yang digengam erat oleh salah satu tabib, bukan kah ini bertanda jika dosanya kembali bertambah?

Dengan sekali sentakan ia melepaskan gengaman tersebut dan dihadiahi tatapan terkejut dari para tabib.

"Astaghfirullah, maafkan hamba ya Allah, tidak niat kok tadi..." Batin Xiu Mei yang sebenarnya adalah perempuan muslimah dari zaman modern.

"Kenapa harus transmigrasi ke Kerajaan Cina sih?", "Kenapa enggak ke Kerajaan Aceh aja?" dumelnya kesal dan berharap bisa berukar tubuh dengan masyarakat Aceh pada zaman dulu sehingga tidak ada skinship seperti ini, dan lebih bahagianya dia tidak dianggap aneh karna memakai hijab.

"Aku pasti akan membantu, apa yang bisa aku lakukan?" Ucap Xui Mei dengan tawa awalnya.

"Mohon ampun Nona, kami tidak mengetahui apapun, biasanya kami menuruti semua perintah nona..."

Xiu Mei merasa semakin tertekan mendengar jawaban mereka "Anjim, astaghfirullah...".

Xiu Mei merasa akan gila sekarang, dia pernah ikut organisasi Palang Merah Remaja. Akan tetapi, dia tidak sampai meracik obat sendiri. Masalah lebih besarnya adalah dia hanya tamatan SMA karna dia belum tamat kuliah ketika bertrasmigrasi kesini.

Apa aku kasih resep membuat masker wajah saja?

Mereka tidak akan berani menegur bukan?

Xiu Mei relah memutuskan untuk mengajarkan Masker wajah dari beras, kunyit dan kopi saja. Pasti mereka tidak tau ini.

Dengan senyum sombongnya ia menyuruh mereka untuk mempersiapkan segala hal.

Xiu Mei benar-benar merasa jika orang zaman dulu sebodoh itu.

Muslimah TransmigrationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang