01

12 2 0
                                    

Bora memijat keningnya yang sedikit pusing, tubuhnya sudah lemas sejak siang tadi. Layar laptopnya menyala menampilkan Microsoft Word yang terisi hanya setengah halaman, membuatnya kembali menghela nafas.

Ia membenarkan letak kacamata yang bertengger apik di hidungnya dengan pelan, lalu menyandarkan punggung pada sofa di belakangnya dan memejamkan mata. Pikirannya sangat tidak fokus saat ini, entah mengapa. Ia mencoba mengetikkan beberapa kalimat, lagi dan lagi, tetapi hanya berujung tombol backspace yang ia tekan.

Tidak biasanya ia tidak ada ide saat sudah di depan laptop seperti ini, tombol on di otaknya seperti ditekan menjadi off agar tidak bisa berpikir. Bora melirik ke sebelah kiri laptopnya, memindai notebooknya yang penuh oleh coretan plot cerita, coretan-coretannya sendiri pun membuatnya sangat mual sekarang.

Moodnya membuatnya bingung sendiri, sebenarnya apa yang terjadi padanya? Ia butuh apa sekarang pun ia tidak tahu, otaknya tidak bisa berpikir.

Bora menatap jam di pojok kanan layar laptopnya, 17:10. Telinganya menangkap bunyi pin apartemen yang ditekan dan suara pintu yang terbuka, ia sudah malas berpikir siapa yang masuk apartemennya dan lebih memilih menjatuhkan kepalanya ke dalam lipatan tangan di atas meja.

Taehyung membuka pintu dengan senyuman lebar di wajah, mengingat ia telah melewati hari yang sangat bahagia hari ini. Hendak berbagi cerita kepada kekasihnya dengan sekantong makanan di tangan, wajah senang Taehyung luntur saat melihat apa yang terjadi ketika ia menginjakkan kakinya di ruang tamu. Sampah kertas dan bungkus keripik kentang favoritnya berserakan di mana-mana dengan Bora yang berada di tengah-tengah semua itu.

"Min Bora."

Yang dipanggil sontak mengangkat kepalanya ke arah sumber suara, memperlihatkan wajah mungilnya yang kusut dan bibirnya yang sedikit pucat.

Taehyung mendekat dengan helaan nafas yang keras, meletakkan tas plastik yang ia bawa lalu mendudukkan dirinya di hadapan Bora. Melepaskan kacamata wanitanya dengan perlahan, lalu menatap wanita di depannya ini lekat-lekat.

"Coba kasih tau aku, ini kenapa? Kenapa semua berantakan? Kenapa kamu pucet?" yang ditanya hanya melengkungkan bibirnya kebawah, hendak menjawab sebelum Taehyung bangkit dari duduknya. Berjalan ke arah dapur seperti hendak mencari sesuatu, diikuti kedua mata Bora yang ikut menatapnya kesana kemari.

"Kamu belum makan siang, kan? Di dapur kamu ga ada makanan, apalagi sisa-sisa makanan. Kenapa sih? Suka banget ya kamu ga makan? Iya? Suka? Jawab aku."

Taehyung bertanya dengan wajah yang sedikit mengeras, kesal. Melihat kekasihnya pucat dengan wajah yang sangat berantakan. Ia kesal, khawatir. Mendengar nada suara Taehyung yang sedikit terdengar marah, Bora semakin melengkungkan bibirnya ke bawah, matanya mulai berkaca-kaca dengan bahu yang bergetar kecil, ia mulai menangis sekarang. Kepalanya sudah pusing, perutnya lapar, chapter yang ia tulis tidak terselesaikan, ditambah kena marah Taehyung.

Lengkap sudah hari ini, pikirnya.

Taehyung masih diam dalam duduknya, menatap wanitanya dengan raut yang mulai melunak, masih menunggu penjelasan walaupun batinnya berkata untuk segera menarik wanita di depannya ini ke dalam pelukan. Bora yang sangat mengerti bagaimana Taehyung, berusaha menjelaskan dengan menatap cukup lama ke arah laptop, menampilkan tulisannya yang hanya mengisi setengah lembar halaman, lalu menunjuk notebooknya yang penuh coretan dengan telunjuk yang bergetar. Kembali menatap Taehyung, entah mengapa saat melihat kekasihnya hari ini, tubuhnya terasa tidak bertenaga sama sekali, pusingnya semakin menjadi, membuat ia kembali terisak lebih kencang.

Bora sedikit tersentak ketika pria di depannya menariknya dengan sedikit cepat ke dalam pelukan. Tangisnya semakin kencang dengan suara yang teredam di dalam pelukan mereka. Taehyung mengelus pundak kekasihnya cukup cepat dengan mata yang terpejam, menghela nafas kecil.

"Sayang.... Look. Aku bukannya ngelarang kamu buat berhenti nulis, engga. Engga sama sekali. But please, please. Jangan ga makan sampai pucet kaya gini.... Aku khawatir, Bora. Aku takut kamu sakit, aku ga mau sayang, ga mau...." Taehyung mengeratkan pelukannya, suara tangis Bora sudah mulai sedikit tenang sekarang.

 "S-sorry? A-aku ga inget makan.... A-aku mikirin cerita aku.... Aku kehabisan ide.... Aku-"

"Sst, sayang. Hear, kamu bisa telpon aku? Kita bisa ngobrol sebentar, buat alihin perhatian kamu supaya otak kamu istirahat mikir sebentar. Aku tau chapter di draf kamu masih banyak. Sayang, please... Don't push yourself that hard, okay? I'm begging you."

Taehyung masih terus mengusap punggung Bora, kali ini dengan sangat pelan dan lambat. Memberi ketenangan.

"Aku tadi mau telpon kamu...."

"Kenapa ga jadi? Hm?" Taehyung menyandarkan dagu di atas pundak wanitanya dengan nyaman.

"Kemarin kamu bilang ini project yang paling kamu nanti-nanti semenjak kamu jadi fotografer.... Kamu cerita seneng banget kemarin, bukan cuma bibir kamu aja yang senyum, mata kamu juga ikut senyum. Aku jadi ikut seneng banget denger kamu cerita. Hari ini hari yang kamu paling tunggu, Taehyung. Aku ga mau egois, telpon kamu cuma bikin kamu dengerin ocehan aku, aku gak mau ganggu kamu...."

Taehyung menarik pelukannya sebentar, menatap wajah peri kecilnya. Pucuk hidungnya terlihat sedikit memerah, matanya yang berair menatap dirinya sayu. Taehyung kembali memeluknya dengan erat, menempatkan kepalanya ke dalam ceruk leher Bora lemah.

"Oh God.... I love this woman with all of my heart." Ucapnya lemah, terdengar seperti bisikan. Taehyung menyamankan pelukan mereka, sebelum Bora memanggilnya pelan.

"Tae...."

"Hm?"

"Kepalaku pusing banget...."

Taehyung yang baru ingat kekasihnya ini belum mengisi perutnya dengan makanan berat dari siang segera melepaskan pelukan mereka lagi, kali ini dengan mata yang sedikit melotot panik. Ia segera mencari tas plastik yang tadi ia bawa dan mengeluarkan isinya dengan gerakan cepat.

"Astaga, sayang, ya ampun, aduh." Ucap Taehyung yang masih mencoba mengeluarkan makanan yang ia bawa tadi dengan buru-buru.

"Tae.... Pelan aja...."

"Iya maaf, ya ampun, kamu makan dulu, ya? Aku suapin, habis ini minum obat."

Bora menerima suapan dan mengunyah dengan tenang. Taehyung menyuapinya dengan sabar, membersihkan sisa makanan yang berada di sudut bibir kekasihnya jika ada. Laptopnya sudah Taehyung matikan sejak tadi, khawatir jika Bora masih saja memikirkan lanjutan chapternya.

"Sayang.... Jangan gini lagi, ya? Kalau kamu lagi stuck, telpon aku aja, please. Gausah mikirin apa-apa, langsung hubungin aku aja." Bora mendengarkan dengan mulut penuh yang masih sibuk mengunyah, menatapnya polos lalu menganggukan kepala pelan. Persis seperti anak kecil yang sehabis dimarahi ibunya.

Taehyung menyuapi suapan terakhir, lalu beranjak untuk mengambil obat di dalam kotak obat-obatan. Menyodorkan segelas air dan satu tablet yang mereka tahu, itu adalah obat sakit kepala.

"Ini, kamu minum ini dulu habis itu ke kamar. Aku beresin ini semua dulu, then i'll go to your room and hug you till you sleep."


END




Hi! 
Thanks for reading, dear.

NotebookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang