Srett... srett... srett...
Bunyi sebuah ujung benda panjang yang dapat mengeluarkan tinta itu bergesekan dengan sebuah lembar tipis berwarna putih diatas meja. Entah sudah paragraf ke-berapa kalimat yang telah ditulis oleh Monica selama berjam-jam, hingga...
Tok.. tok.. tok..
Suara ketukan pintu menghentikan pergerakan dari gadis itu. Mendengkus pelan namun, tak urung ia beranjak dari kursi kayu tua itu. "Iyaa sebentar," ucapnya dengan sedikit nada jengkel, lalu ia membuka pintu kamar dengan kasar.
Terlihat seorang laki-laki dengan wajah tengil watados sambil menggaruk bagian belakang lehernya tanpa tertinggal cengiran menjengkelkan yang sekarang, hal itu membuat Monica menghela nafas panjang dan memutar kedua bola matanya malas.
"Ngapain sihh?," tanya Monica dengan nada tak suka. "Mau jemput lo," sahut laki-laki tersebut. "Ini masih siang Anggaa panas banget males ihh," rengak Monica sambil berbalik hendak menutup pintu namun, hal itu urung dilakukan saat tangannya ditahan oleh tangan kanan Angga dan tangan kirinya lagi digunakan untuk menahan pintu.
"Ayoo dong Mon, temenin gue, gue traktir dehh," tawarnya saat Monica tidak kunjung menghentikan berontakannya.
"Yaudah deh, tapi beneran ya? gue mau eskrim rasa matcha!," putus Monica yang pada akhirnya menyetujui tawaran lelaki licik didepannya yang sialnya tampan itu.
"Nahh gitu dong daritadi, iyee iye gue beliin," balas Angga.
"Yeayy, terimaakaasih Angga," sorak Monica yang tanpa sadar reflek memeluk tubuh Angga.
Angga yang tanpa adanya persiapan, terkejut dan mundur beberapa langkah. Meletakkan kedua tangannya dipinggang Monica guna menahan berat badannya yang tidak seberapa itu.
Angga terkekeh melihat betapa antusiasnya Monica ketika itu menyangkut hal-hal manis, salah satunya eskrim. "Buset.. anak kecil" gumamnya ketika sudah melepaskan tangannya dari tubuh Monica. Setelah itu ia membalikkan tubuh Monica dan mendorong kedua pundak gadis itu untuk segera memasuki kamar.
"Udah sana siap-siap dulu, pelan-pelan aja yaa, gue tungguin kok" titah Angga kepada Monica karena sepertinya gadis itu akan grasak-grusuk mengingat kecerobohannya yang terkadang bisa menghancurkan benda sekitar.
Angga mengusap kepala bagian belakang Monica sebentar, sebelum akhirnya ia berbalik kembali ke ruang tamu dan meninggalkan kamar Monica dengan pintu yang sudah terkunci rapat itu untuk berganti baju.
Didalam kamar, Monica memegang dadanya dan menghela nafas lega, mencoba menetralisir degup jantung yang tidak normal itu sejak Angga datang dan mengatakan kesini mau menjemput dirinya.
kira kira Angga mau ngajak gue kemana ya?
Monica menepuk pelan dahinya ketika ia melirik kertas diatas meja yang terdapat beberapa tulisan tangannya tersebut. "Untung tadi Angga ga langsung masuk," ucap Monica lega karena biasanya lelaki itu tanpa tahu malu memasuki kamar Monica seakan itu kamar Angga seorang.
Segera ia, membereskan tulisan-tulisan tersebut dan menyimpannya ke dalam sebuah box didalam lemari, berlanjut ia kini mencari sambil berfikir, baju mana yang akan ia pakai siang ini karena menyesuaikan cuaca diluar sana yang sangat menyengat membakar kulit.
"Kenapa juga sih ngajaknya siang-siang udah tau langit Jakarta sepanas itu," jengkel Monica yang mengingat kini, jam 14.00 WIB dan itu adalah siang bolong. Namun dia tidak jadi mengatakan kalimat-kalimat terkutuk yang sudah tertahan sejak tadi karena Angga sudah berkata akan membelikannya eskrim.
Setelah kurang lebih 20 menit menunggu, akhirnya Monica keluar dari kamarnya dengan penampilan menggunakan celana panjang berwarna beige dan atasan sweater navy yang sangat cocok ditubuh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong, Ingatlah
Teen FictionLangit warnanya biru. Jingga itu matahari terbenam. Katanya sih begitu, sampai pada akhirnya semua hilang dan berbentuk menjadi lebam. ------------------------------------ Mereka bilang Monica itu cantik, baik, dan penyayang. Tapi... Angga bilang m...