#2 Terima?

1.1K 58 8
                                    

"Mana ada aku kalah, Ustadz Imran yang patahin Papan aku tadi siang"

"Aku heran deh, lagian kenapa sih Dzaky bisa segitu nekatnya ketemu kamu? Ya aku tau dia suka sama kamu, tapi kalo gini caranya yang rugi kamu juga"

Jembusan nafasnya terdengar kasar,
Memilih untuk berbaling kala fikirannya kembali ingat pada kejadian siang tadi.

"Aku udah bilang buat jauhin aku, tapi kamu tau sendiri Dzaky anaknya gimana"

"Terus kenapa kamu engga bilang semuanya sama Kang Imran tadi?"

"Mana sempet, keburu takut"

Tawa Salwa terdengar, pun dengan Dianna disana. Tidak menyangka jika respond Salwa, sang 'Adik' dari Ustadz Imran sangat diluar dugaannya.

Lagipula hanya Salwa yang berani seperti itu.
Baik dalam keadaan marah atau tidak, Salwa bisa melakukannya.

"Ntar aku bilangin sama Kang Imran deh! Lagian kalo gini terus, aku kasian sama kamunya"

"Jangan Sal.. ntar aku dikira bilang yang engga-engga udah bawa-bawa Akang kamu"

"Tenang aja, Akang tuh sebenernya baik. Coba sekali aja kamu kalo ketemu jangan ngerasa takut, pasti beda"

"Engga, engga berani"

"Sal"

Panggilan itu terdengar, lantas kepalanya menoleh ketika isyarat itu ia dapati, dengan segera Salwa beralih pada Dianna yang tengah menyusun sesuatu diatas kertas sana.

Besok adalah hari Ulang Tahun Alara.

"Gimana?"

"Gampang, ntar aku kasih Akang buat dikasih tau sama Ustadzah lain─ Ustadzah Irma aja kali ya? Kita juga lumayan deket sama Ustadzah Irma"

"Boleh, tapi minta izin dulu sama Abi kamu"

Kepalanya mengangguk,
Kembali beralih pada Alara yang hendak menuntup matanya untuk segera tidur.

"Aku tidur dirumah malem ini, kamu sama Dianna ya? Besok pagi juga aku engga bisa langsung kesini, ada perlu sama Ummi"

"Yaudah, udah biasa juga kan?"

"Engga kangen?"

"Idih.. engga"

"Parah!"

Tubuhnya beranjak,
Merapihkan tataan jilbabnya sebelum benar-benar keluar dari kamar mereka.

























































































──

Brakk!

"ALARA!"

Gebrakan terdengar dengan teriakan itu terdengar, hal itu jelas membuat Alara meloncat kaget dengan mata yang sepenuhnya terbuka.

"Jam berapa ini? Mau tidur terus kamu? Bangun!"

Matanya melirik jam,
"Astaghfirullah'azim! Ya Allah, Afwan Ustadzah.. saya engga tau, maaf Ustadzah.."

"Cepet turun, susul yang lain"

"I-iya Ustadzah"

Tubuhnya bergegas kala Ustadzah Irma mulai pergi meninggalkan kamar,

"Dian─ ish! Kenapa engga bangunin aku coba"

Decakan terdengar sebelum tubuhnya beranjak pergi dari sana dengan mukena juga sajadah yang sudah berada ditangannya.











































































































GATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang