BRAK....!
"LYNA!"
Suara dobrakan pintu di sertai panggilan melengking seorang gadis membuat semua penghuni kelas tersentak kaget, sedangkan sang pelaku tanpa ada rasa bersalah langsung menuju ke bangku teman mainnya.
Bellyna sempat akan melempar gelangnya jika saja dia tidak ingat kalau gelang itu gelang satu-satunya yang tidak di jual di manapun.
Bellyna menatap sebal si pelaku yang tak lain adalah Melissa, "Apaan sih Mel?"
Melissa duduk di depan Bellyna, mengabaikan ocehan penghuni kelas yang ditujukan padanya. Sekarang masalahnya ada yang lebih gawat daripada mendengarkan ocehan para penghuni kebun binatang ini.
"Demi apa, Lo tadi dibully Kak Agnes?!" Tangan Melissa berada di kedua bahu Bellyna, dia mengguncangnya dengan kuat membuat sang empu yang punya badan pusing.
"Gue pusing Mel!" Bellyna menyingkirkan tangan Melissa, sedangkan yang punya tangan hanya cengengesan.
"Hehe, sorry Lyn."
"Tapi Lo tadi bener dibully sama Kak Agnes?" Tanya Melissa yang dijawab anggukan dari Bellyna.
"Kenapa gak Lo lawan aja?"
Bellyna menatap Melissa dengan datar, gila kali nih anak.
"Lo mau gue mokad?"
"Ya enggak lah."
Bellyna memutar matanya malas, "Kalau gitu diam."
Melissa menutup mulutnya, tapi itu tak bertahan lama. Melissa kembali bicara setelah melihat Bellyna selesai berkutat dengan gelangnya.
"Eh Lyn, Lo jadi masuk klub bola voli?"
Bellyna berdehem sebagai jawaban.
Melissa memicingkan matanya, tak terlalu yakin dengan alasan Bellyna. Mungkin Bellyna punya maksud lain.
"Lo bener suka voli atau karena Kak Damian?"
"Damian? Kenapa malah bahas cowok?"
Melissa berdecak, dia mengubah posisi duduknya agar lebih nyaman untuk menggibah.
"Ya, karena jadwal latihan klub bola voli putri sama dengan jadwal latihan klub bola basket putra. Apalagi tempat latihannya satu gedung cuma beda ruang aja.
Lo yakin bukan alasan karena pengen ketemu Kak Damian kan?"
Bellyna menatapnya malas, "Gue masuk voli karena emang suka, bukan karena cowok! Lagian gue gak mau deket sama cowok yang namanya Damian itu." Karena cowok itu pemeran utama pria. Ucap Bellyna walau yang terakhir dia ucapkan dalam hati.
Melissa melongo tak percaya, apa temannya ini masih normal? Kok Bellyna gak mau dekat dengan pangeran sekolah?
"Lyn, Lo normal kan?"
Bellyna menatap Melissa sebal, emang Melissa kira dia apa? Orang gila.
"Gue normal lah." Sentaknya.
"Wah, ngomongin apa nih kok keliatan seru." Ucap salah satu siswi yang menghampiri keduanya.
"Lagi ngomongin Kak Damian." Jawab Melissa kepada Vera, siswi tadi.
"Kak Damian?"
Bagai magnet, segera beberapa siswi langsung ikut nimbrung menggibah mengabaikan satu makhluk yang tampak tidak tertarik dengan semua pembicaraan ini.
"Kalian pada percaya gak kalau si Lyna ini gak tertarik sama Kak Damian?!" Ucap Melissa dengan gaya lebaynya.
"Serius?!"--Vera

KAMU SEDANG MEMBACA
Bell (Edisi Hiatus)
Teen FictionBellyna tahu jika dunianya itu palsu. Sebuah dunia yang ditujukan para pembaca untuk mencari hiburan. Bellyna tahu jika dirinya hanyalah satu dari semiliaran figuran yang ada di dunianya. Berbicara dan bertindak sesuai dengan keinginan Sang Penulis...