Chp. 1 : Friendzone!

3.3K 127 25
                                    


Aku bergeming bersama pria itu Hanya terdengar suara langkah kaki dan orang orang yang di sekitar kami, juga terdengar beberapa kendaraan yang melintas begitu saja
di jalan.

"Ra"
Pria itu memanggil ku. Ia selalu memanggil ku dengan sebutan itu. Aku suka panggilan itu. Aku mendongakan kepalaku. Menatap dirinya lekat. Ia tersenyum padaku. Senyuman indah itu. Sangat begitu cerah dan berwarna. Apa arti dari senyuman itu? Ia berdehem "Ra. Aku ingin jujur padamu. Selama sepuluh tahun kita berteman, kita tidak pernah saling jujur jujuran kan?"

Aku mengernyit. Detak jantung ku berdetak kencang lagi. Ia selalu membuat ku seperti ini. Membuat ku penasaran dan membuat jantung ini ingin meloncat . "apa itu?" tanya ku. Pria itu mengelus dagunya dan berdiam lama. Ia seperti Memikirkan sesuatu. Apa yangia pikirkan? Andai aku bisa membaca pikirannya. Seperti nya ia ragu untuk mengatakannya. Oh tuhan, apa ia juga menyukai ku? Ku harap begitu.

"Aku takut bilang pada mu. Sebenarnya ini rahasia yang sangat benar-benar dibilang rahasia"
Lagi lagi ia membuat ku mati penasaran. Aku menghentikan langkah kaki ku lalu menatap ia bingung sambil mengerutkan kening ku
"dasar bodoh. Yang namanya rahasia ya memang rahasia bodoh. Sebenarnya kau ingin katakan atau tidak hm? Jangan buat aku penasaran." balas ku lalu menjitak kepala nya.

Ia meringis, benar benar lucu. Ia mengusapkan kepalanya sambil merengutkan bibirnya. Lucu. Ia seperti bayi laki-laki yang marah ketika tidak dibelikan permen. "Kau selalu kasar. Kenapa kau tidak berubah jadi gadis yang lembut ,ugh?
Aku tidak jadi bilang" kesalnya lalu berjalan dan meninggalkan ku. Aku tertawa kecil. Ia benar-benar sangat lucu.

"Hei justin. Cepat katakan padaku. kau ingin membuat ku mati penasaran hm?" ujar ku meninggikan nada ku lalu berlari kecil menghampiri dia.
Pria itu menghentikan langkahnya. Ia bergeming. Tatapannya menatap sebelah kanan. Ada apa dengan dia? Aku berdiri disampingnya, menatap justin dengan bingung. Aku melihat manik mata justin. Ia melihat, seorang gadis yang berdiri di halte bus di sebrang sana.
"Ini dia rahasia ku ra" ujarnya dengan tatapan yang tidak beralih ke gadis itu. Ia tersenyum kecil ke arahnya.

Tubuh ku mulai membeku. Aku terdiam. Ada muncul perasaan yang tak pernah aku rasakan jika berada di samping justin. Ini bukan perasaan nyaman. Ini bukan perasaan senang. Perasaan ini lebih menyakitkan.
"M--m--maksud mu ?"tanya ku curiga Justin menoleh ke arah ku, ia tersenyum lagi "rahasia ku adalah
aku menyukai gadis itu. Ia dari fakultas hukum. Aku menyukai gadis itu sejak lama. Hm mungkin sejak semester pertama. Lihat dia ra. Selera ku bagus kan dalam memilih wanita" jelasnya lalu kembali menatapnya. Dan masih tersenyum.

Aku terdiam membeku. Perasaan ini. Aku benar benar tidak suka merasakan ini. Jadi itu rahasia justin. Sialan, bahkan aku mengiranya lebih. Mata ku terasa perih. Oh tuhan, apa aku ingin menangis? Jangan menangis disaat aku bersama dia tuhan. Aku tidak ingin membiarkannya tau. Aku tidak ingin semuanya berantakan. Gadis itu, ku akui. Dia memang cantik.
"Hm ra? " ujar justin membuyarkan lamunan ku.
"Ah iya . selera mu bagus. Dia sangat
cantik "
Dan saat itu. Aku mulai menyakiti diriku sendiri.

★★

Aku mencintai nya. Tapi dia tidak mencintaiku. Untuk apa? Untuk apa jika ia mencintai ku. Dia hanya menganggap ku sebagai teman. Ya! teman bukan lebih.
Aku terdiam, menatap bawang merah
yang berada di atas piring. Tangan kanan kumemegang sebuah pisau. Ku alihkan tatapan ku ke pisau tajam
dan mengkilat itu. Merasakan sakit hati ini, membuat ku lapar. Aku mulai memotong bawang merah itu.
Mengiris nya dengan kecil dan tipis tipis. Sialan, aku menangis. Aku menangis karena bawang atau
karena justin? Hiks. Yang benar saja, aku pasti menangis karena bawang
ini--walaupun ku akui aku menangis karena justin-- aku mulai emosi, pria itu membuat ku gila. Seharusnya dari awal aku tidak mengenal dia. Seharusnya kita tidak bersahabat. Aku sangat emosi, perasaan ku mulai kacau berat. Ku iris bawang itu dengan cepat.

Don't Hurt MeWhere stories live. Discover now