#KarnavalMenulis
#FCP
#Dayke-7
#Part7-PernyataanNata
#1011kata***
PART 7
Pembukaan kantor cabang agen travel tempat Nata bekerja sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari. Semua itu dilakukan karena semakin banyaknya jumlah peminat yang mengunjungi kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Belakangan ini orang-orang yang berkunjung ke Jogja bukan hanya wisatawan lokal, melainkan wisatawan asing pun banyak yang hadir, karena semakin berkembangnya berbagai macam tempat wisata.
Banyak tempat-tempat baru yang dulunya tidak terjamah oleh banyak orang, kini mulai ditemukan dan dijadikan peluang bisnis. Mulai dari pantai, hutan, dan juga tempat-tempat kuliner menarik.
Konon katanya, Jogja itu selalu membuat orang yang pernah singgah ingin kembali lagi dan lagi. Maka dari itu, selalu banyak wisatawan yang berkali-kali datang. Dan berkat semua itu, akhirnya kantor cabang bisa segera dihadirkan.
“Setelah mendengar pemaparan dari setiap penanggung jawab masing-masing, saya pikir persiapan sudah 70 persen. Jadi, untuk acara pembukaan kantor cabang kita pekan depan, saya pikir akan berjalan sesuai rencana. Dan saya ucapkan terima kasih untuk teman-teman yang sudah bekerja keras untuk acara nanti,” pungkas pemilik kantor tempat Nata bekerja.
Semua orang yang ada di ruang meeting itu merespons ucapan sang atasan dengan baik. Sebelum akhirnya meeting selesai dan dibubarkan, karena waktu sudah mulai beranjak petang, jam kerja pun sudah usai, dan sayup-sayup suara adzan terdengar dari beberapa titik.
Di ruangan itu kini hanya tersisa Nata seorang diri, ia duduk termenung sambil memainkan bolpoin berwarna silver miliknya. Sejak memasuki ruangan sampai meeting selesai, Nata memang terlihat berbeda.
Saat meeting berlangsung, Nata sempat ditegur oleh atasannya karena melamun dan tidak tanggap saat ditanyai tentang pekerjaannya. Tidak biasanya ia bersikap seperti itu, hingga beberapa rekan kerjanya saling melempar tatapan penasaran dan penuh tanya.
Nata yang biasanya merupakan tipe karyawan yang profesional dan selalu bertanggung jawab atas segala pekerjaannya. Namun kali ini, pikirannya telah mengalihkan konsentrasi yang ia miliki.
Selain urusan pekerjaan yang cukup menguras energi fisik dan psikisnya, Nata pun memang disibukkan dengan urusan pribadi. Salah satunya kebimbangan akan perempuan yang selalu dirindukannya nyaris setiap hari.
Sejujurnya, Nata sudah tidak sabar ingin menikahi perempuan pilihannya. Namun, Arti masih belum berbicara dengan orang tuanya, dan Nata tidak memiliki pilihan lain, selain bersabar menunggu kabar darinya.
Seorang laki-laki masuk ke dalam ruangan meeting, dengan lap tersampir di pundaknya dan alat kebersihan di tangannya. Ia cukup terkejut karena melihat masih ada orang di ruangan itu.
“Mas Nata belum pulang?” tanya Said—petugas kebersihan sekaligus office boy di kantor. Namun, pertanyaannya tidak diacuhkan oleh Nata.
Said mengernyitkan dahi, lalu menepuk pelan bahu Nata, hingga membuatnya tersadar dan terperanjat dengan tepukan itu.
“Pak Said.” Nata mengusap wajah dengan kedua telapak tangannya.
“Nyuwun ngapunten nggih, Mas. Saya jadi ngagetin,” sesal pria paruh baya itu.
“Enggak, Pak. Kenapa?”
“Tadi saya tanya, Mas Nata kok belum pulang?”
“Oh, itu ... iya belum, Pak. Tapi sekarang saya mau pulang,” ucap Nata sambil merapikan buku catatan, ponsel dan laptopnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
General FictionSetelah mempercayakan jiwa raganya untuk ditata ulang di tempat yang jauh dari kota kelahiran. Pada akhirnya Arti Nurapriliani harus kembali tanpa bisa menolak dan memilih meninggalkan sosok yang ia percaya menjadi pelabuhan terakhir hatinya. Meski...