Part 13 - Alasan Di Balik Sebuah Balon

107 35 6
                                    

#KarnavalMenulis
#FCP
#Dayke13
#Part13-AlasanDibalikSebuahBalon
#1088Kata

***

PART 13

Tak lama lagi, penerbit tempat Arti bekerja akan berulang tahun ketiga, dan dalam menyambut hari tersebut, tim marketing dan seluruh jajarannya akan mengadakan sebuah event besar-besaran. Salah satunya dengan mengadakan seleksi terbit gratis bagi para penulis berbakat, di seluruh tanah air.

Sebelum semua itu terlaksana, rapat pun diadakan terlebih dahulu, dan semua karyawan yang bersangkutan harus mengikutinya.

Arti yang baru memasuki bulan ketiga bekerja, ia belum tahu apa-apa mengenai hal ini, tetapi untunglah rekan-rekannya sempat menjelaskan meski hanya sekilas.

Suasana rapat berjalan dengan kondusif, semua planning dari setiap divisi telah disampaikan dengan detail, sehingga semua pihak bisa mendengar dan tahu masing-masing pekerjaan yang akan dihadapi untuk menyambut ulang tahun kantor.

Sebelum rapat ditutup, tiba-tiba pintu utama ruangan rapat terbuka, tampak seorang laki-laki yang tak asing bagi Arti memasuki ruangan, ia mengenakan batik lengan panjang dan duduk di kursi yang sedari tadi kosong. Sosok itu langsung dipersilakan untuk bicara di hadapan karyawan yang hadir.

“Selamat siang semuanya. Saya minta maaf atas keterlambatan ini, karena urusan yang tidak bisa saya tinggalkan. Namun, sejak awal saya sudah menyimak rapat melalui kamera di sana,” ujarnya sambil menunjuk kamera di pojok ruangan.

Semua orang yang hadir saling berpandangan tak percaya, bahwa ternyata acara rapat direkam secara langsung, bukan untuk dokumentasi semata, melainkan supaya laki-laki itu bisa bergabung.

“Saya pikir semua ide program untuk acara nanti sangat menarik, saya tidak sabar menantikannya, Teman-teman. Oh, dan saya pikir semua teman-teman di sini sudah bekerja keras untuk terselenggaranya acara ulang tahun kantor kita nanti. Supaya semuanya bekerja lebih semangat, saya punya hadiah untuk siapa pun. Masing-masing akan mendapat bonus uang sebesar 25 persen gaji, dengan cara harus membuat balon yang akan saya berikan harus utuh dalam waktu tiga puluh detik.”

Laki-laki itu meminta seseorang untuk membagikan sebuah balon dan sebuah jarum pada setiap karyawan yang hadir. Setelah semuanya memegang balon masing-masing, mereka diminta untuk meniupnya sebesar mungkin. Saat semua balon sudah tertiup, ia kembali mengintruksikan supaya balon itu utuh dalam waktu tiga puluh detik.

Tanpa diminta, mereka semua nyaris ribut dengan saling menusuk balon teman-temannya supaya meletus. Waktu tiga puluh detik pun akhirnya habis, dan mereka kembali tenang ketika laki-laki yang memberi intruksi membuat peringatan.

“Stop! Waktu habis!”

Semua karyawan perlahan tenang, dan beberapa dari mereka saling menertawakan tingkah konyol masing-masing.

“Adakah yang punya balon utuh?”

Arti dan Melani maju ke depan sambil memeluk balonnya, setelah sebelumnya menepi ke pojok ruangan karena keriuhan yang terjadi.

Saat bertemu dengan Alpin di Kineruku, Arti mengetahui nama laki-laki itu Zayyan, tetapi ia tidak menyangka jika dirinya merupakan sosok penting di kantor yang telah memberinya pekerjaan.

Melani dan Arti sontak menarik perhatian rekan-rekannya, karena balon mereka masih utuh. Zayyan pun tampak tersenyum puas dan penasaran dengan alasan yang dimiliki dua perempuan yang kini mulai berteman itu.

“Melani … alasan kamu menghindar ke pojok sana kenapa?” tanya Zayyan penasaran.

Gadis berambut sebahu itu menatap sekeliling, lalu menatap Arti sekilas sebelum menjawab pertanyaan atasannya.

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang