MONACHOPSIS

3

Hari ini lia pulang lebih sore dari biasanya setelah bermain di rumah Sisil bersama Arsen.

"Assalamualaikum." Lia membuka pintu rumah itu dan heran kenapa rumahnya kosong padahal kalau menjelang maghrib seperti ini keluarganya pasti sedang berkumpul di ruang makan untuk persiapan makan malam, tapi anehnya sekarang rumah terlihat sepi.

lia mengambil ponselnya dan menelfon ayahnya "Ayah dimana, kok rumah kosong?"

"Ayah lagi di luar nak, kenapa?"

"rumah kok kosong, pada kemana?" lia menaiki tangga dan berjalan menuju kamarnya, dulu kamar Lia ada di lantai 1 tapi sejak ada nayla dia pindah ke lantai soalnya katanya fisik nayla itu lemah jadi kasian kalau harus naik turun tangga. Alhasil Lia yang mengalah dan pindah ke lantai 2.

"Oh ini lagi dinner di luar" Lia menaikkan sebelah alisnya, tangannya yang baru saja akan memutar knop pintu kamarnya itu otomatis berhenti ketika mendengar jawaban ayahnya.

"tadi nayla ngajak buat ngeliat restoran baru ayah temennya dia, tadinya mau ngajak kamu tapi kamunya ga pulang-pulang"

"Padahal kan bisa nelfon kalau emang niat mau ngajak"

"Apa sayang?" ayah ga denger, disini rame banget"

" Ga kok, have fun yah"

"Ha? yaudh nanti kam-..." entah apa yang di katakan oleh Tara di seberang sana, Lia sudah keburu mematikan telfon itu sepihak. Lia masuk ke kamarnya, melempar tas dan kunci motornya ke lantai.

Natalia : "Lo dimana? gua di rumah sendirian"

Abang : "Gue dinner sama ayah sama bunda sama nayla di luar" Natalia : "Sejak kapan lo punya bunda?"

Abang : "Lia..." Natalia : "Oke.. Kok ga ngajak gua?"

Abang : "Tadi katanya Nayla udah chat lo tapi ga dibales" Natalia : "Ya orang cuma chat sekali mana gua tau, orang kalau niat ngajak mah bakal di telfon"

Abang : " Lo kenapa deh? udah gausah ngambek ntar gua bawain makanan"

Tanpa menjawab apa yang dikatan Arkan, Lia menutup telfon itu, dia merebahkan dirinya di atas kasur. tatapannya kosong melihat langis langit kamarnya " Kalau gua beneran terlupakan gimana ya? kalau aku beneran tergantikan gimana bun? Takut" begitu batinnya.

Alih alih membersihkan diri, Lia memilih beranjak dari kamarnya, mengambil kunci motornya dan pergi keluar.

" Halo?"

" naon Li?"

"Lo udah makan malem belum Sil?" tanya Lia sambil menaiki motornya.

"Belom, nape?"

"Gua kerumah lo ya, numpang makan" tanpa menunggu jawaban dari Sisil, Lia langsung saja masukkan ponselnya ke dalam saku dan mengendarai motornya keluar

"Pak, saya mau pergi, kunci aja gerbangnya kayaknya saya ga pulang, ayah juga kayaknya pulang nya malem deh" begitu ia pamit kepada pak satpam Lia langsung menutup helm full face nya dan mempercepat laju motornya.

****

"Lo tumben bener numpang makan kemari? di rumah lo ga ada yang masak apa gimana?" tanya Sisil yang sekarang sedang melepas masker peel off nya.

"Lagi pada dinner di luar" sahut lia santai sambil memakan tortilla pedas pemberian sisil.

"ANJING!!!??" tanpa aba-aba Lia melempar tortilla ke arah Sisil yang kini menoleh ke arahnya dan melotot dengan tajam.

"Mulut lo kotor banget dha, hewan mulu yang disebut"

"Ya maap, tapi beneran itu anjrit? Lo ga di ajak gitu? Abang lo biasanya yang selalu ngajak lo kalau pergi"

"au"

"Jangan aa au aa au lo, ngamuk kek apa kek gitu, yakali lo anak kandung ga diajak dinner. Goblok bener dha, terus kalau tadi lo ga kesini lo ga makan dong. kan bi Siti lagi cuti. wahhh parah, lo harus protes sih li. kalau gua jadi lo mah bakal ngomel 7 hari 7 malem"

"Ya makan, paling beli nasi diluar. males ribet ah, buat apa juga marah, buang-buang ludah doang"

"Ck, lo kira ludah lo emas apa sampe sayang bgt buat dikeluarin"

"Iya, ludah gua emas. mau gua ludahin ga? lumayan buat uang jajan lo nanti kalau di jual"

"Najiss" Sisil memutar badannya ke arah cermin dan melanjutkan aktifitasnya.

KREEEKKK ...

pintu kamar sisil terbuka, menampakkan Siska yang merupakan ibu dari sisil "Nak, makan yuk. udah ditunggu ayah di bawah. Lia juga ya nak" ajak Siska sambil tersenyum yang dibalas anggukan dari keduanya.

"Malem ini gua nginep ya"