burung berkicau dengan merdu menyambut sang mentari yang bersinar terang. disinilah Nara yang berada dalam dunia mimpi.
"Bangun Nara!" ucap sang bunda yang mulai mengoyankan badan Nara. Tanpa waktu yang lama gadis itu bangun dan mulai merapikan kamar sederhananya.
"Mama aku berangkat ke sekolah pakai apa?" Tanyanya dengan wajah khas yang masih kusut.
"Kamu naik angkot aja yah nak, soalnya bapak kamu anterin pak Banu ke kantor pagi ini."
"Siap mamaku tersayang." Nara mencubit pelan pipi mamanya. Nara adalah anak mandiri, sejak kecil dia sudah terbiasa harus mengalah dengan keadaan. Baginya diadopsi sebagai anak angkat saja sudah membuatnya bahagia.
Dulu dia merasa kesepian bahkan mengira tidak akan pernah mempunyai kasih sayang orang tua, namun itu semua telah terlewati dan sekarang dia telah mendapatkan orang tua yang menganggapnya seperti anak sendiri.
Nara sudah siap berangkat dengan rambut yang dicacing rapih serta tak lupa jepitan motif bunga melati. pindah di sekolah yang elit membuatnya sedikit grogi.
SMA NUSA BANGSA, siapa sih yang tidak kenal sekolah ini. Muridnya rata-rata anak sultan. Semua ini bisa terjadi karena adanya bantuan pak Banu. Majikan bapak selama merantau di Jakarta.
"Ma, aku berangkat dulu."
"Iya hati-hati dijalan, jangan nakal di sekolah barunya," kata mama sambil tersenyum hangat.
"Iya dong mahh."
Nara melihat sekeliling sekolah barunya. Semuanya terlihat mewah dan hanya Nara yang pakai angkot, untung saja dia berhenti agak jauh dari sekolah. Dia jalan perlahan-lahan sambil memandangi setiap kelas. kini tujuanya adalah ke ruang BK untuk menemui pak Jamal selaku wali kelasnya di 11 ipa 2.
Nara terkejut ada seseorang yg menyenggol tanganya. Badanya tinggi, rambut rapi serta wangi parfumnya sangat harum, hanya saja ia tidak melihat wajahnya dan ada sesuatu yang jatuh.
"Hei!heandset bluetooth lo jatuh," panggil Nara. Orang tersebut tidak mengubris sama sekali malahan berlari kencang. "Dasar cowok."
****
Nara mengikuti pak Jamal untuk bisa ke kelasnya. Ternyata dia baru tahu kalau kelas yang akan ditempatinya nanti berada di lantai 2. Awalnya Pak Jamal mengira aku adalah keluarga dekat dari pak Banu, namun Nara sudah menjelaskan bahwa dia sama sekali tidak punya hubugan kekeluargaan dengan pak Banu."Perkenalkan anak-anak, bapak punya teman baru buat kalian. Namanya Inara Kalea Lathifa. pindahan dari SMA 45 Semarang . bapak harap kalian bisa berteman baik dengan Nara," titah pak Jamal
"Iya pak." seisi kelas serentak menjawab.
"Nara kamu duduk disamping Adel!" perintahnya sambil menunjuk cewek berkacamata dengan rambut ikat.
"Iya pak." mengangguk tanda dia sudah tahu dimana tempat duduknya.
Adel tersenyum hangat menyambut kedatagan Nara. Sudah lama dia tak punya teman duduk karena mungkin tak ada yang berminat untuk berteman dengan dirinya yang culun.
"Aku Adel," Ucap Adel sambil menjabat tangan Nara.
"Nara."
Nara dan Adel mulai saling bercengkrama sepertinya dia sahabat yang serasi. penuh dengan kesederhanaan.
"kita ke kantin yuk, aku yang traktir sebagai tanda kita udah jadi sahabat gimana?."
" Why not," ujar Nara tampak antusias.
"lets go." Adel mengambil tangan Nara dan berjalan menuju ke kantin.
Dua gadis ini tampak menikmati semangkok bakso, namun saat rombongan 3 laki-laki datang ke kantin semua malah melirik dan terpusat pada ketiganya.
"Dell, lo kenapa sih lirik mereka kayak kagum gitu," tanyanya dengan wajah ingin tahu.
"Itu anak- anak Damianos. geng famous dan paling ditakutin di sekolah ini," jawabnya dgn wajah antusias.
"Ooh itu."
"Kok cuman jawab itu, gak yang kayak waowww."
"Nggak lahh, cukup tau doang," ujarnya dengan wajah santai.
geng Damianos lewat disamping Nara."Hatiku sedang terang benderang. Gavin tuhhh handset lu yang hilang." tanganya menunjuk pada dua gadis yaitu Adel dan Nara. Pantun jaki mengagetkan Nara dan Adel yang sekarang sudah jadi pusat perhatian.
"LO AMBIL YAH MILIK TEMEN GUE ?" tanya Galen dengan mata yang sinis.
"Ini tadi gue nemuin saat ada cowok senggol gue dan lari," jelas Nara.
Tiba-tiba datang cewek dengan rambut pendek beserta teman-temanya.
"Gue tahu Lo cewek baru dan beraninya mau nyolong hendset milik Gavin." Qayla menunjuk Dela dan berintonasi tinggi.
"Gue udah jelasin dan terserah kalau kalian mau percaya atau nggak, intinya kalau itu punya temen lo ambil ini." Nara memberikan hendset itu pada Qayla.
"Berani loh yah." Qayla menjambak rambut Nara. Nara tidak tinggal diam, dia juga menjambak balik rambut Qayla. Mungkin semuanya mengira Nara adalah wanita lemah tapi, itu semua salah.
"Sudah hentikan, Mungkin anak baru ini memang benar," ucap Gavin melerai pertengkaran kedua wanita ini. semua mata fokus pada pertikaian antara Qayla dan Nara.
"Cewek baru tapi keberanianya tingkat dewa. Malah berantem sama si Dewi perang." ucap salah satu gadis yang ada disitu.
"Gue fokusnya sama anak-anak Damianos, keren banget. biarin deh dia bertengkar gue liatin aja kak Gavin."
Suasana kini memanas apa lagi Qayla seperti harimau yang siap menerkam mangsanya kapan saja.
Nara kini berusaha menguasai emosi yang ada dalam dirinya. Amarah itu seakan ingin menguasai nya. Hanya satu yang kini dipikiranya yaitu tidak mau mencari masalah karena orang tuanya pasti kecewa.
Dia menurunkan nada bicaranya dan berusaha bersikap sopan " Gini, aku berani berjanji kalau handset itu aku dapet karena jatuh dari pemiliknya dan kalian boleh percaya atau ngak. Intinya aku udah jujur sama kalian semua."
Mendengar penuturan dari Nara, akhirnya seluruh siswa bubar terutama anak-anak Damianos. Qayla masih memandang sinis kepada kedua gadis yang tak bersalah.
"girls kita ke ruangan cheeleders, ngak usah makan disini karena kantin udah ternodai sama cewek-cewek kampugan," sindir Qayla kepada dua gadis yang tak bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTARTIKA
Teen FictionBisakah kita memilih jalan cinta yang tidak menyakitkan antara dikejar atau mengejar?. Ibarat ANTARKTIKA sebagai benua terdingin yang ada dibumi seperti itu juga Reinando Saga Jouvalino. Tak tersentuh dan sulit untuk menembus hatinya. "Kalau kemarin...