prolog

0 0 0
                                    

Orang-orang bilang, anti sosial itu sebuah kelainan. Mungkin tidak semua orang beranggapan semacam itu, hanya sebagian besar saja. Asal kalian tahu, aku tidak peduli seberapa banyak manusia yang selalu berspekulasi tentang diriku sebagai seorang gadis tidak normal yang dunianya hanya berputar disitu-situ saja.

Contohnya... Rutinitas mutlak yang bahkan tidak beranjak sesentipun. Lingkunganku hanya berputar pada dua siklus tempat semata. Rumah dan sekolah.

"Lo sekali-kali keluar kemana gitu chi. Kayak orang nggak punya temen aja Lo." Ujar seseorang. Sang pengganggu handal yang main nyelonong masuk ke kamar adiknya.

Leonardo Zikri Bagaskara. Kalian panggil saja LEON. Tapi tolong jangan berekspektasi terlalu tinggi tentang cowok di sebelahku ini. Dia tidak seSinga yang kalian pikirkan.

Mulutnya tidak setenang seperti sang raja hutan. Kepribadian yang terlalu kontras yang sering kuragukan tentang sedarah atau tidaknya kami berdua.

"Nggak bisa ngetuk pintu dulu?"

Bukan mengucapkan maaf, si tikus ini justru melemparkan tubuhnya sendiri ke kasur kesayanganku. Membuat halaman novel yang sedari tadi kubaca beralih ke halaman yang lain.

Emosi yang memang sejak tadi sudah dia bangunkan, semakin naik ke ubun-ubun saat Leon mengapit kepalaku kedalam ketiaknya.

"Pipi Lo makin tembem aja sih dek. Kayak GIAAANT MOOOCHII" Leon menarik pipiku hingga membekas merah.

Namun dia berteriak kencang dua detik setelahnya. Karna aku menendang aset masa depan miliknya hingga dia terjatuh ke lantai sambil merintih kesakitan.

"MY FUTUUUUUUUUREE!!!!!!"

***

Please wait for the next if you like this story

The WarmestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang