1

34 2 0
                                    

Aku sedang merapikan pakaian-pakaianku di lemari yang terlihat seperti telah diterjang badai. Weekend memang waktu yang tepat untuk ngebabu.

Hpku yang aku letakkan di kasur bergetar. Kutenggokkan kepalaku untuk melihat siapa yang menelpon.
Laki-laki itu.

Aku bimbang. Haruskah kuangkat?

Getarannya berhenti.

Aku baru saja hendak kembali fokus pada lemariku tetapi tertahan pada getar yang kembali ditimbulkan oleh hpku.

Penting sekali kah?

Aku menghela nafas. Kuputuskan untuk mengangkatnya.

"Halo, Assalamu'alaikum?"

"Wa'alaikumussalam. Lagi apa? Sedang sibukkah?"

"Ada perlu apa?" Tak kujawab pertanyaannya

"Mas baru gajian"

Aku mengerutkan kening mendengar jawabannya

"Lalu?" Tanyaku terheran-heran

"Boleh mas ngirim ke rekeningmu?"

Keningku semakin berkerut. Apa maksudnya?

Kuutarakan pertanyaan yang muncul dibenakku "Maksudnya?"

"Mas, kirimin uang ke rekeningmu ya?"

Aku bingung, merasa marah dan kesal.

"Buat apa?"

"Buat jajanmu" katanya

Aku beneran kesal sekarang.

"Maaf, Aku siapanya kamu?" Kutekan suaraku agar tidak terdengar ketus.

"Maaf lebih baik uangnya dikasih ke Ibu kamu saja" ujarku sopan

"Mama sudah Mas kasih. Tinggal kamu yang belum"

What exact does he mean?! Nggak jelas banget. Aneh. Aneh yang sekian kalinya.

"Kan kamu yang kerja keras. Aku nggak ada bantuin apa-apa. So, buat apa aku juga ikut kecipratan? Kamu aneh deh" Aku terkekeh menyamarkan kekesalanku. Mamaku selalu bilang apapun yang terjadi apapun kondisinya tutur kata harus sopan.

"Tapi Aku pengen ngasih kamu" suaranya kembali terdengar

Alasan macam apa itu. Sial, makin panjang percakapan nggak jelas ini.

Ku pandang sedih lemariku yang berantakan. Sabar nak bentar lagi ujarku dalam hati.

"Begini, Aku kan bukan siapa-siapanya kamu dan kamu juga bukan siapa-siapanya aku yang mewajibkan kamu untuk memberiku uang. Itu bukan hak aku. Mending kamu kasihin ke orang fakir deh yang hitungannya lebih bermanfaat" jelasku panjang lebar. Kudapati diriku lelah setelah mengoceh panjang lebar. Aku menyesal membuang energi suaraku dengan sia-sia.

"Mas kerumah ya?"

"Ha?" Jawabku bego. Nih orang bikin spaneng.

Buru buru kutambahkan "Ngapain? Jangan ngadi-ngadi!"

"Mas kasih cash aja mau?"

Wah ini orang gendeng sepertinya. Nilai bahasa Indonesianya lulus saja kah? Jawabannya nggak mencerminkan orang yang paham dengan kalimatku.

"Aku nggak mau itu uang kamu" kerasku

"Kita nikah aja ya" dia melanjutkan "Kalau kita nikah, uang mas jadi uang kamu"
Kuputuskan sepihak panggilan itu.

Dan dia ternyata memang gila. Buang-buang waktu saja.

Hpku bergetar lagi. Berisik. Orang aneh.

Kutolak panggilannya. Ku tekan flight mode.

Ini bukan yang pertama dia bertingkah tidak jelas. Sejak sebulan lalu dia mulai aneh.
Entah berapa banyak kata aneh yang sudah kusebutkan.

Mendadak menyebut dirinya mas. Waktu itu kutanggapi saja dengan geli. Aku tertawa waktu itu, lucu nggak cocok dia ngomong gitu. Dulu seru dan asik ngomong dengannya. Sekarang? Entahlah. Aku pusing sejak sebulan lalu.

Mencoba menulis😅
I have no idea kenapa tiba-tiba dapat ilham buat nulis 😂

No TitleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang