3

32 1 0
                                    

Aku mengetahuinya setelah mama mengetuk pintu kamarku

"Dek, ada Mas Gael dibawah" sahutan mamah terdengar.

Sial harusnya aku tau kalau dia memang senekat itu. Dasar bebal.

Ku buka pintu. Tampak mamah yang kusayang menatapku teduh.

"Ada apa mah? Abang mana? Kok aku?" Tanyaku bertubi-tubi. Gelisah seperti cacing kepanasan

"Ada dibawah juga? Mungkin ada perlu sama kamu. Kamu temuin dulu ada abang juga kok" jelas Mamah

"Iya deh mah, bentar Vada ambil kerudung dulu sama ganti baju"

"Iya sayang" mamah menutup pintu

"Apa sih maunya orang itu?" Gerutu dalam hati

Walaupun kesal aku tetap merapikan diri. Kuputuskan untuk memakai gamis rumahan polos kupadukan dengan kerudung instan. Hitam. Biar kelihatan suram. Kalau bukan karena mamah aja ishh.

Sayup-sayup kudengar suara Abang dan Mas Gael yang sepertinya asik dengan dunia mereka sendiri.

Terus ngapain masih butuh aku. Jangan bilang karna uang itu. Awas aja.

Ku arahkan kaki ku menuju ruang tamu. Saat langkahku hampir menjangkau sofa, tatapan kami bertemu, aku terkejut. Tatapan itu tajam dan lembut. Eh. Cepat-cepat kualihkan pandanganku ke arah selain matanya. Tatapan ku bertemu dengan Abang. Abang asem apa maksud tatapan usilnya itu. Ishh kenapa sih.

"Assalamu'alaikum vada" salamnya. Aku tau suaranya. Adem kayak ubin masjid. Otakku mulai error deh ini. Sial. Ya Allah maafkan hambamu sudah banyak umpatan yang keluar dari hatiku.

"Wa'alaikumussalam, Mas" aku menjawab salamnya. Aku memanggil Mas karena ada Abang disini. Kalau cuman berdua ogah aku.

"Ada perlu apa, Mas?" Tanyaku datar masih berdiri kelihatan tenang walaupun hatiku gelisah.

"Nggak sopan ada tamu tapi berdiri gitu. Baiknya ngomong sambil duduk dek" tegur abang halus.

Aku meringis, aku memang nggak sopan, syukurnya nggak ada papah sama mamah.
"Iya, bang. Maaf, Mas" ucapku sopan biar cepat. Aku mau tidur.

"Nggak papa" jawabnya kalem.

Dari ekor mataku, kulihat dia mengeluarkan sebuah tas cantik yang kuyakini isinya sebuah kotak yang tentu saja tak kuketahui isinya. Dia menaruh di meja yang ada dihadapanku hadapanku.

Aku melirik Abang, Abang senyam senyum. Kesel.

"Ini apa,Mas?" Mataku fokus ke arah itu

"Ini buat kamu, kemarin Mas ada dinas keluar, Mas ingat kamu. Jadi Mas beliin. Semoga kamu suka ya." Fokusku kembali ke Mas Gael. Tatapan matanya tajam tapi lembut ke arahku. Aku menunduk.

Ah syukurlah bukan uang itu. Emak Babeh gue masih ngasih gue jajan. Lah dia siapa yang seenaknya menawarkan uangnya.

"Oh iya Mas, terima kasih ya Mas. Maaf sudah merepotkan" ucapku kaku

"Nggak ngerepotin kok sama sekali" balasnya

Hampir saja aku memutar mata. Bahaya nanti ditegur abang.

"Yaudah, kalau gitu, Bang, Mas Gael izin ke dalam dulu ya? Oh iya mas, mau minum apa lupa nawarin hehe" aku melihat ke meja cuman ada air gelas kemasan dan kue kering yang memang disediakan oleh mamah untuk tamu.

Kasian Mas Gael, Mamah belum nawarin kayaknya.

"Teh boleh, makasih ya"

"Oke mas, oh iya mas sudah makan malam?"

Kuabaikan tatapan jahil abang

Kata mamah tamu harus dijamu dengan baik. Iya walaupun aku tadi nggak sopan tetap harus ngasih makan nanti kalau dia belum makan terus pingsan gimana. Aku lebay. Banget

"Boleh, kalau kamu mengizinkan" balasnya.

"Ha?" Jawaban bego dari bibirku terlontar lagi. Muka cengoku terpampang 6 detik.

Kugelengkan kepalaku untuk mengembalikan fokusku. "Mas serius mau makan? Memangnya belum makan?"

"Sudah sih,tapi karna kamu tawarin jadi mas terima. Nggak sopan kalau nolak"

Ya Allah nonjok orang boleh nggak sih "Tolak aja sih. Kalau gini kan ribet bambang" sungutku dalam hati. Salah jalan nawarin dia makan. Masa nggak tau itu cuman tawaran formalitas. Menyusahkan saja. Astaghfirullah dosaku.

Sekilas Aku melihat Mas Gael tersenyum geli. Dia ngerjain aku rupanya.

Abang cuman pajangan ruang tamu. Duduk santai tanpa beban, nggak bantuin adeknya. Parah.

"Oke, mari mas ke MEJA MAKAN" luntur sudah sikap sopanku. Aku langsung kabur ke dalam untuk membuatkannya teh. biar Abang yang tuntun ke jalan yang benar. Lagian dia sudah hapal jalan di rumah ini.

Ribet banget sih.

No TitleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang