Online 5

113 8 0
                                    

Zilvania dan teman-temannya berkumpul di lapangan sekolah untuk jam pelajaran olahraga yang dijadwalkan hari itu: lari maraton. Mereka siap berlari mengelilingi lapangan sebanyak beberapa putaran, tetapi ada sesuatu yang membuat mereka agak gugup: Pak Jihan akan menjadi pengawasnya.

Pak Jihan, guru olahraga mereka, terkenal karena kebiasaan omongan cabulnya yang agak menyebalkan. Namun, hari itu, semangat Zilvania tidak terpengaruh oleh tingkah guru mereka. Dia bertekad untuk memberikan yang terbaik dalam penilaian lari maraton, meskipun harus diawasi oleh Pak Jihan.

Saat pelariannya dimulai, Zilvania memacu langkahnya dengan penuh semangat. Dia berlari dengan cepat, mengikuti irama langkahnya yang kuat. Namun, dia tidak bisa menghindari perasaan cemas saat melihat Pak Jihan berjalan di pinggir lapangan, mata yang tajam memperhatikan setiap gerakan mereka.

Saat berlari di sepanjang lapangan, Zilvania berdampingan dengan Gwen, temannya yang selalu ceria. Mereka berdua saling bertukar info dan terus menerus berbicara, meskipun sedang fokus pada lari mereka.

"Sering-sering main Ponsel malem-malem ngapain, Zil?" tanya Gwen sambil mengatur irama langkahnya.

Zilvania menghela napas. "Ah, cuma baca-baca chat aja, kok. Itu loh yang gue kirim ke lo tadi malam, akunya bernama Bubbly_Ara," jawabnya sambil menghindari tatapan tajam Gwen.

Gwen mengerutkan keningnya. "Si cewek lebay najis itu?" tanyanya sambil menambahkan sedikit ocehan. "Dia tetap kegatelan, ya?"

Zilvania tersenyum sambil menggeleng. "Iya, Lo benar. Tapi, ada yang chatnya agak lebih gila. Dia bahkan sok-sok an typing imut anjirr."

Gwen terkejut. "Serius? muntah banget gue mah,"

Zilvania menggaruk kepalanya, berusaha menemukan kata-kata yang tepat. "Em, gimana ya jelasinnya, gue bingung."

Di tengah-tengah lariannya, Zilvania dan Gwen mendengar suara teriakan Pak Jihan. "Cepat, anak-anak! Lari lebih cepat! Saya ingin melihat punya kalian, eh maksudnya kalian bergerak-gerak!" teriaknya dengan nada tinggi. "Hei!!! Itu yang bergerombol, Zilva, Gwen ini lari maraton ya bukan lari arisan."

"Ih apaan deh si mulut cabul itu," kata Gwen dengan mata sinisnya.

"Udah biarin ayo cepat ke garis finis."

Setelah mereka menyelesaikan lari maraton, Zilvania dan Gwen duduk di bangku lapangan, masih memikirkan percakapan tadi.

"Tau nggak, Gwen, si Bubbly_Ara itu benar-benar over the top," ujar Zilvania sambil menggelengkan kepala.

Gwen tertawa. "Iyakan?!"

Zilvania mengangguk setuju. "Sungguh absurd, gue hampir mau berkata, 'kok kamu alay norak lebay sih' untung ingat kalau ini lagi di akun fake."

Gwen terbahak-bahak mendengarnya. "Haha, itu pasti akan membuatnya terperangah! Tapi serius, Zil, gue rasa lo harus lebih waspada ke akun itu."

"Kenapa?"

"Eum, feeling aja sih."

Zilvania mengangguk, ekspresinya sedikit serius. "Iya juga sih, tapi gue mau prank dia lebih brutal dan barbar lagi!"

Gwen langsung bersemangat. "Oh, gue suka ide itu! Lo bisa membuatnya lebih super konyol dan menggelikan!"

Mereka berdua mulai berpikir tentang rencana mereka untuk membuat prank sambil tertawa-tawa dan merencanakan sesuatu yang lucu. Tiba-tiba Rayyan muncul dari balik bangku di samping lapangan.

"Hei, ada apa di sini?" serunya sambil melangkah mendekati mereka dengan ekspresi yang penuh penasaran.

Zilvania dan Gwen saling pandang sebelum Zilvania menjawab dengan canda, "Gak ada apa-apa tuh."

Rayyan mengangkat alisnya dengan keheranan. "Lah kalian berdua ini apa kalau gak ada apa-apa? Hantu? Udara? Orang transparan?"

Gwen tertawa keras. "Bisa aja lo pantat kuda."

"Hih, sana pergi. Lo kan dah janji gak bakal kepo ke gue lagi," kata Zilvania dengan nada penuh amarah dan kekesalan. "Gue punya pilihan untuk lo. Satu, Lo tetap disini tapi gue yang pergi. Dua, Lo pergi dan gue tetap disini."

"Gue pilih tetap disini tapi Lo jangan pergi," Jawab Rayyan, mukanya menunjukan raut yang menjengkelkan.

"Mau ku tampol pakek sepatu lo?"

Rayyan membalas dengan senyum genit. "Cuih, sok agresif banget loh, Zil. Tapi, oke deh, kalau gitu gue pilih yang kedua, biar kamu yang pergi aja."

Zilvania menggelengkan kepala dengan kesal. "Bocah ini emang bikin kesel," gumamnya sambil melirik Gwen yang ikut tersenyum-senyum.

"Sudahlah, Zil, biarin aja dia. Orang kepo mulu," ujar Gwen sambil menepuk bahu Zilvania dengan penuh pengertian.

Rayyan menyeringai. "Eh, tapi tunggu dulu, sebelum lo pergi, boleh minta tolong nggak?"

Zilvania mengangkat alisnya dengan skeptis. "Apa lagi?"

Rayyan menggumam pelan, "Bisa minta pinjem pulpen? Gue lupa bawa."

Zilvania terkekeh keras, "Serius? Itu aja yang mau lo minta? Udah lah, ambil aja sendiri di kelas."

Rayyan memamerkan senyum kemenangan. "Nah, gitu dong, makasih ya, Zil."

"Sekali-sekali gue mau jadi sosok baik, nanti jangan dibiasain ya!" ujar Zilvania sambil berjalan menjauh dari Rayyan yang masih tertawa-tawa.

Gwen menggelengkan kepala dengan senyum. "Ya ampun, Rayyan ini memang bikin bingung. Tapi, lumayan menghibur."

"Emangnya bandut apa? Bisa menghibur di saat kesepian," sahutnya dengan nada jahil.

"Haha, bisa aja lu. Kan kita juga butuh sedikit hiburan, kekacauan agar hidup berwarna ya kan!?"

Zilvania mengangguk setuju. "Ya, kadang-kadang kita butuh sedikit bumbu-bumbu dalam hidup."

TO BE CONTINUED

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN SEBANYAK-BANYAKNYA!!! SEE YOU NEXT CHAPTER.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang