Hanah cuma bisa berdiri ragu di depan ibunya. Tadi sore Zaky dateng bawa kontrak perjanjian pernikahan mereka dan sekarang waktunya Hanah bilang ke ibu kalo dia mau nikah. Tapi setelah lima menit Hanah belum juga buka suara.
“Kamu ada masalah?” tanya ibu khawatir. Dipikir ada hal penting karena Hanah dateng-dateng bilang mau bilang sesuatu.
“Enggak Bu, anu..”
“Apa sayang?” ibu menarik tangan Hanah, bikin cewek itu duduk di sebelahnya.
“Hanah mau nikah Bu,”
Beberapa detik ibu cuma natap Hanah. Tanpa ekspresi. Mungkin ibu masih mencerna pernyataan itu karena sangat mendadak.
“Nak, maksud kamu??” ibu bingung, Hanah disebelah gigitin bibirnya sendiri.
“Ada yang lamar aku Bu dan aku bilang bersedia,” Hanah menahan air matanya, nggak tega sebenernya untuk bohong ke ibu. Tapi mau gimana lagi, ini jadi peluang untuk Hanah
“Ibu gak pernah tau kamu punya pacar, tiba-tiba udah mau nikah aja. Siapa emang laki-laki beruntung itu yang bikin kamu bersedia nikah sama dia?”
Hanah bungkam. Sebutan laki-laki beruntung itu sama sekali gak sesuai. Hanah merasa bersalah sekarang.
“Bu, besok aku kenalin kok katanya dia juga mau dateng ke rumah. Ibu mengizinkan, kan?” izin Hanah. Tiba-tiba air mata ibu turun, sambil tersenyum bangga natap anak sulungnya.
“Putri Ibu udah gede, ya. Udah ada yang ngajak nikah,” kata ibu sambil ngusap kepala Hanah. Hanah gak kuat liat wajah ibu, akhirnya membawa sang ibu ke dalam pelukannya. Dalam hati Hanah mengucapkan maaf berkali-kali.
“Besok Ibu kasih jawabannya ya. Ibu harus liat dulu orangnya gimana,” ibu melepaskan pelukan, menjawil hidung anaknya.
“Hanah janji, Bu. Hanah janji bakal melunasi hutang ayah. Sagas juga bakal tetep bisa lanjutin sekolahnya sampe lulus!” Hanah mengelus pipi ibunya.
“Terimakasih Hanah,” ujar ibu dan Hanah menggelengkan kepalanya.
Sementara pada kenyataannya, ibu mengkhawatirkan putri satu-satunya ini. Seperti ada yang salah dengannya.
“Bu, Kak, kok pada nangis?” dateng Sagas dengan tas gembloknya. Kaget karena masuk ke rumah ngeliat dua perempuan itu nangis di ruang tengah.
“Lo darimana?” tanya Hanah. “Kerja kelompok- ini ada apa sih?” Sagas masih berusaha tanya.
“Kakakmu mau nikah,” jawab ibu dan Sagas seketika gak bisa nyembunyiin raut kagetnya.
“Kasian gue sama cowoknya,” ledekan Sagas membuat Hanah auto bangkit dan langsung mukulin bokong adiknya itu. Sedangkan ibu yang masih duduk di sofa memperhatikan sambil tersenyum. Berharap kedepannya masih bisa liat pertengkaran kekanakan kedua anaknya.
“Aduh Kak ampun! Lagian siapa sih emang? Gue gak pernah tau lo punya pacar,”
Hanah bukannya jawab, malah nendang tulang kering Sagas. Cowok itu mengaduh kesakitan, ibu pun langsung menegur Hanah.
“Hanah!”
“Biarin aja Bu. Biar gak kurang ajar sama kakaknya!” saut Hanah yang mulai menjauh.
“Yang kayak gitu tuh yang mau jadi istri?” julid Sagas yang lagi ngusap kakinya. Ibu gelengin kepala. “Kamu makanya yang sopan sama kakakmu!”
“Iya iya Bu, Sagas minta maaf ya. Oh iya belum salim,” Sagas mengambil tangan kanan ibu untuk dicium, lalu berlari masuk ke kamar. Ibu lagi-lagi tersenyum.
***
Keesokkan harinya di waktu yang menunjukkan pukul 12.50 yang mana tandanya 10 menit lagi Zaky akan berkunjung ke rumah. Hanah menatap pantulan dirinya di cermin. Riasan biasa di wajahnya membuat Hanah keliatan lebih cantik. Rambut yang digerai dengan sedikit gelombang di bagian bawah serta gaun biasa yang jatuh ke bawah berwarna merah muda cerah.
Pintu kamar Hanah terketuk lalu ada kepala Sagas menyembul dari luar. “Kak, buruan udah mau jam 1!” kata Sagas, Hanah menatap adiknya itu dari cermin. Sagas sadar kakaknya ini lagi gugup.
“Lo siap gak?” tanya Sagas membuat Hanah tersenyum. “Siap,”
Sagas pun masuk ke dalam, menggandeng tangan kakaknya. “Gaun lo kayak pernah liat,”
“Ini gaun punya Ibu. Ada fotonya Ibu pake ini di album foto,”
Sagas mengangguk-angguk paham. Pantesan diliat-liat gaunnya kayak gak asing. Ternyata punya ibu.
Mereka keluar, ibu yang udah siap duduk di ruang tamu termangu begitu liat kedua anaknya. Putrinya memakai gaun, putranya memakai jas. Mereka berdua keliatan cantik dan tampan.
“Ya ampun anak-anak Ibu pada cakep banget sih,” puji ibu. Hanah senyum malu, sedangkan Sagas membanggakan diri. “Oh iya dong jelas,”
“Narsis banget!” cibir Hanah.
“Udah mau jam 1 kokㅡ” belum juga ibu selesai bicara, ada suara mesin mobil yang mendekat. Sagas berlari keluar dan langsung senyum lebar semangat lalu berdehem untuk bersiap menyambut. “Ekhem!”
“Kamu samperin gih,” titah ibu dan Hanah langsung berdiri menggantikan Sagas.
Mobil itu terhenti di perkarangan kecil milik keluarga Hanah. Keluarlah Zaky yang sama rapihnya, membawa beberapa bingkisan di kedua tangannya. Sagas dengan sigap mengambil bingkisan itu sambil mengucapkan halo.
“Hai,” sapa Zaky begitu di depan Hanah. Dan tanpa Hanah duga, Zaky mencium keningnya. Ibu yang ngeliat gak bisa tahan untuk senyum, sedangkan Sagas julid kayak biasanya.
“Silahkan duduk,” ibu menginterupsi membuat Zaky memindahkan atensi. Zaky pun salim dan duduk di tempat yang disediakan.
“Selamat siang semuanya, saya Zaky yang mau meminang Hanah. Semoga Tante merestui kami,” ujar Zaky. Ibu masih menatap laki-laki itu. Pakaiannya keliatan mewah dari atas sampai bawah. Tadi juga Sagas sempat berisik katanya mobilnya juga mewah.
“Salam kenal Zaky. Mmm kamu disini dulu ya sama Sagas. Hanah, ada yang mau Ibu omongin sama kamu,”
Keadaan seketika dingin begitu ibu bilang begitu. Sagas juga mau protes karena ditinggal berduaan sama pacar kakaknya ini. Ibu menarik Hanah masuk, Hanah cuma bisa pasrah.
“Jujur sama Ibu! Maaf sebelumnya, bukannya Ibu mandang kamu matre. Tapi kamu terima dia apa karena uangnya? Tolong jawab jujur, Hanah,”
Hanah membeku gak tau harus jawab apa. Harusnya ibu gak perlu minta maaf, toh Hanah kan emang butuh uangnya Zaky. Tapi dia juga berkorban untuk menolong laki-laki itu 'kan.
“Ucapan kamu kemarin selalu membayangi Ibu, Hanah. Ibu gak mau kamu berkorban sampe begini cuma untuk melunasi hutang ayah dan bayarin sekolah Sagas. Kita bisa cari uang sama-sama, Ibu bisa cari kerja dan Sagasㅡ”
“Enggak Bu! Ini bukan cuma seperti yang Ibu bilang! Uang 70 juta Bu, uang darimana kita dapet untuk satu bulan ini? Belum lagi dihitung sama bunganya, belum juga keperluan pendidikan Sagas. Aku mohon Bu, biarin aku yang nyelesaiin permasalahin ekonomi keluarga kita!” Hanah tetap pada pendiriannya. Ibu cuma bisa natap putrinya itu sedih, air mata yang mengalir diusap kasar oleh ibu.
“Maaf Bu, tapi tolong biarin kali ini aja...”
Bukannya jawab, ibu buru-buru balik ke ruang tamu. Sagas dan Zaky menoleh bersamaan, liat raut ibu yang menggebu dan Hanah yang keliatan sedih.
“Maaf, tapi saya gak bisa merestui anak saya dengan kamu,”
tbc.
![](https://img.wattpad.com/cover/282520033-288-k889708.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐩𝐮𝐭 𝐚 𝐫𝐢𝐧𝐠 ⨾ junho, chowon
Fanfiction𝐏𝐔𝐓 𝐀 𝐑𝐈𝐍𝐆 - In which, Hanah tired of life and Zaky need a wife. ©S16CANDLES, 2021