Part 1: Life Must Go On

36 1 0
                                    

"Hey beib, ntar malem mau jalan kemana?"
"Ah sayang besok kita makan di Pitza Had yukk .."
"Ihh bajumu cantik hari ini, iya bajumu doang."
"Wahh tumben sepatunya cocok sama kamu, biasanya engga."

Sampai bosan rasanya, kalimat sejenis begituan yang kutemui hampir tiap saatnya di mana, kemana pun aku pergi. Setiap pasangan mulai meng-ekspos rasa sayangnya. Bahkan tidak jarang dengan cara yang berlebihan.

Apa sih cinta itu? Untuk apa mereka melakukan hal seperti itu? Ada untungnya kah? Bolehkah seperti itu? Tahu darimana mereka yang semacam itu? Haruskah aku mengikuti yang begituan? Kapan mereka akan berhenti? Kapan ini semua berakhir?
Masih topik yang sama. Susah lepas dari pikiranku. Ingin mencoba memusnahkannya. Toh mereka juga punya hak, dan aku tidak terganggu dengannya. So, Life Must Go On.

Kalo kata orang disalah satu buku yang pernah kubaca, "Kalau ngikutin arus terus, apa bedanya sama kotoran?". Nah disini sih aku jadi ngerasa bahwa semua yang banyak dilakukan orang, belum tentu benar, tepat, bijak, jadi kalau saya bisa menjadi diri saya sendiri, meskipun harus berbeda dengan yang lain, kenapa harus takut? Malu kalau dibilang jomblo? Malu karna ga punya pacar?

Ohh jadi kalian yang sudah berpasangan merasa udah hebat? Merasa udah punya segalanya? Ngayal lu .. Kebahagiaan? Kesenangan? Itu yang kalian cari? Hanya itukah jalannya? Atau mungkin kalian mau melanjutkan ke jenjang lebih lanjut dan bisa dibilang pernikahan? Sadar umur dong ..

Yang orang liat sih bukan jabatan, bukan apa yang kita punya, bukan harta. Ada yang lebih penting dari itu, yaitu karya! Tetap berkarya, hasilkan sesuatu dan jangan hanya punya gelar, jabatan didepannya doang. Yang katanya anak hukum, anak kedokteran, anak seni, tapi melencengnya ke hal cinta cintaan, dan ga menghasilkan satu karya pun; emang bisa dibilang anak kuliah? Yang ada anak kuliahan. Beda dikit sih kuliah sama kuliahan, yang sama bener anak kuliah, yang satu cuma anak kuliah tapi main main.

Eits, jangan salah paham dulu, ini ga ditujukan untuk anak kuliahan saja. Kalian yang jauh lebih muda dari itu, mungkin juga banyak yang mengalaminya. Pacaran, cinta, sudah semakin banyak. Bahkan sampai ada istilah Jones segala. Jomblo ngenes? Sadar diri dong, yang ngenes itu kalian yang pacaran. Kenapa? Karna kalian harus mengatasi kesedihan, kesepian kalian dengan bantuan orang. Kami yang jomblo bakal lebih mandiri, tertata, disiplin dan besoknya bakal siap menjalani hidup. Ga asal asal ngakuin anak orang sebagai milik kita, lalu diekspos begitu saja. Bangga dapet cewek cantik? Bangga dapet cewek kaya? Bangga dapet cewek seksi? Halahh busuk sok kepunyaanmu aja, padahal berapa bulan juga lepas tuh.

So? Ini pandanganku, kalo ngerasa kasar, pedes, ga enak, tersinggung, berarti anda orang yang ngenes hoahahaha.

"Yaelahh lu ketawa ketawa sendiri, serem gue liatnya."
"Ehh, bro disini?" Gue terkejut, Bro Dhanne tiba tiba dateng nepuk pundak gue. "Haha gpp lah gue lagi senggang, terus ngelamunin hal konyol yang terjadi di sekitar kita sekarang."

Dhanne tersenyum, "Siape bro?"
"Lah kok siape, gue bilangnya hal konyol, bukan ngomongin orang."
"Cewek yang dikelas bawah? Udah tahu bro? Jenny namanya, lumayan lho."

Duaarrr!!! Inilah saat dimana emosi ku meledak, pengen nampar seseorang yang diajak omong ga nyambung, dan lagi lagi nyasar nya ke masalah cewek.

"Lu belum pernah gua tampar kan Dhanne?"
"Haha belum lah, lagian kok serius amat sih. Kenapa harus benci sama hal beginian? Kan wajar kalo kita ada rasa sama lawan jenis."
"Wajar sih wajar, tapi belum saatnya. Lagipula ga usah berlebihan lah, cewek bukan segalanya kok. Kalau gue fokus studi sama musik dulu!"
"Santai vid, santai haha. Yaudah geh urusin pelajaran mu, band mu sana wkwkw. Dah ya, gue cabut duluan. Kelas lu mau masuk tuh."
"Asem, wkwkw sana buruan pergi jauh jauh, ga usah balik."

Dhanne berjalan pergi, melambaikan tangan, dan hilang dari pandangan.

Jam pelajaran kelima kelas David pun dimulai.

All About That MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang