Sampai bel pulang sekolah berbunyi pun, Shelle masih belum kembali kedalam kelas. Kulihat tasnya masih ditempat duduk nya. Seisi kelas mulai berhamburan keluar, guru yang terakhir mengajar pamit, dan Ethno berdiri didepan pintu kelas menatapku.
"Tadi itu kenapa vid? Shelle tiba tiba keluar pas ngeliat muka lu. Aku ga yakin muka lu sebegitu menakutkannya. Apa mungkin lu udah ngelakuin sesuatu ke dia? Elu pernah kenal sama dia?"
Seakan akan diinterogasi, dengan dakwaan tajam, aku mencoba mengelak. Kucoba menceritakan semua yang kualami tadi pagi, dari waktu bertemunya aku dengan si Shelle di seberang jalan sambil menuntun sepeda. Karna arah jalannya berlawanan, tak kusangka dia menuju ke sekolah yang sama denganku. Apalagi kulihat dia tidak bisa mengendarai sepeda nya, tapi kenapa sampai duluan bahkan sempat perkenalan di kelas?
Ethno mengangguk anggukan kepala, tanda dia paham akan semua ceritaku.
"Hmm .. gitu toh, jadi lu pernah ketemu tadi pagi, dan lu tawarin bantuan tapi dia tolak? Ya berarti dia masih curiga aja mungkin lu orang jahat ato gimana. Jalan terbaik sekarang lu bawa tuh tas, terus cari dia, coba balikin ke dia dan bilang minta maaf."
"Lah kok malah gue no yang minta maaf? Gue udah baik nawarin bantuan malah dia yang nolak, dan pergi gitu aja. Yang barusan juga, gue cuma mau kenalan, dengan cara sopan pula, dia malah ketawa terus keluar gitu aja. Salah gue dimananya?"
Ethno geleng geleng, "Bukan begitu vid, lu belum tau aja yang namanya cewek. Susah dimengerti deh, pokoknya skarang lu ambil aja itu tas terus sana balikin ke dia."
Tepat sekali! Aku ga tau apa apa tentang cewek karna ga tertarik. Dan tanpa tahu mau bagaimana lagi aku mengambil tas Shelle, dan merangkulnya ke pundak ku. Berat juga, ketika kutengok isinya perlatan makeup, hampir semua dan tidak ada hubungannya dengan pelajaran. Lalu kulihat juga, pakaian dalam .. ehh?!! Segera kututup tasnya dan ngeluyur keluar kelas.
Ethno berseru dari belakangku, "Jangan lu coba intip lho vid, ga baik!"
Aku tetap berjalan tanpa menoleh, "Berisik!"
Kuitari sekitar sekolah, kucoba cek beberapa kelas, sudah kosong, banyak yang sudah pulang. Kucoba tanya ke ruang guru, dan tidak ada yang melihatnya semenjak jam pelajaran kedua.
Aku agak kebingungan harus kemana lagi mencarinya. Oh iya tadi dia bawa sepeda, coba kucek sepeda nya ada apa enggak di parkiran, pikirku.
Segera ku berlari dengan tas nya kurangkul di pundak, menyusuri lorong, keluar lobi hingga akhirnya sampai di parkiran. Sekitar 5-7 sepeda yang masih terparkir disitu. Dan yang mengejutkan lagi, ada dari salah satunya diparkir, sepedaku yang hilang tadi pagi!
Ketika akan ku hampiri sepeda ku, tiba tiba seorang gadis datang menghalangiku. Tidak lain, adalah Shelle!
"Ngapain kamu tiba tiba lari ngampirin sepedaku! Mau nyuri?" suaranya begitu imut ketika marah, ehh maksudku bukan gitu, imut dalam artian lain bukan berarti aku suka mendengarnya.
Dan dia melirik ke pundak ku, didapatinya tas yang dibawaku adalah miliknya, "Ehh itu kan tasku, ngapain kamu bawa bawa? Sini balikkin!"
Dia langsung menyambar tas yang daritadi kurangkul, tentu aku terkejut, "Hah? Bukan gitu kamu salah paham tadi dari jam pertama sampe pulang kan kamu ga balik ke kelas, kupikir kamu kemana terus tasmu ketinggalan jadi kubawa mau balikkin ke kamu."
Mukanya memerah, dia langsung berbalik entah kenapa, "Ga usah sok perhatian deh, aku ga butuh." kali ini suaranya gemetar.
Langsung ditaruhnya tas ke ranjang sepeda dan kulihat sedang berusaha mengeluarkan nya dari parkiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
All About That Moment
RomansaDavid, tidak pernah ada ketertarikan dengan yang namanya Cinta. Ketika setiap temannya satu persatu mulai terjatuh didalamnya, dia hanya fokus pada Studi, Musik, dan Hobi nya yang lain. Sampai kemudian ia duduk di bangku SMA, kenal dan dekat dengan...