Part 1

41 3 3
                                    

Kita putus!

Kalimat itu sudah ke-tiga kalinya Dean ucapkan hari ini, yang artinya sudah ada tiga gadis yang ia pacari sekaligus ia putuskan dalam satu hari.

Antares Deano, laki-laki bercap playboy kelas kakap se-SMA Garuda, memang sudah terbiasa menjalin hubungan singkat dengan banyak gadis. Para gadis bahkan kompak menjuluki laki-laki setengah dingin itu sebagai Pangeran Brengsek.

Coba tanya gadis-gadis Garuda, setengah dari mereka pasti pernah jadi pacar Dean hanya dalam hitungan jam. Miris, bukan?

Meski citranya buruk, Dean tetaplah Dean -laki-laki penuh karisma yang tak pernah luput dari perhatian. Ketampanannya membuatnya selalu dipuja, meski tingkah lakunya sering berujung onar, terlibat tawuran, atau ulah brengseknya yang di luar nalar.

"Total ada 3 cewek: Adriana, Aleta, dan Amanda. Bos, targetnya semua inisial A!" seru Ken dengan semangat, menepuk bahu laki-laki tampan lainnya yang kini sudah menggeleng dan tertawa sumbang.

"Nggak waras, anjir. Bener-bener brengsek lo, An!"

Selain dipandang sebagai playboy nomor satu se-Garuda, Dean juga anggota genk Boomerang, genk paling berpengaruh di SMA Garuda. Boomerang terkenal di seantero SMA Jakarta, membuat pamor Dean tak pernah redup. Laki-laki itu bahkan sering menjadi trending topic di media sosial sekolah lain, mengalahkan pamor para cowok ganteng dari sekolah lain.

"Iya. Dari lahir emang gue udah brengsek," jawab Dean sambil tersenyum menanggapi Vanda, anggota Boomerang yang telah mengatainya gila tadi.

Vanda, si penggila berat musik dan motor klasik, kini menatap Dean dengan senyuman heran.

"Coba jelasin motivasi lo pacaran sama cewek yang inisialnya A semua hari ini!" tanya Joshua, member genk yang terkenal dengan vibes malaikatnya dan sikap ceria yang jadi dopamin untuk anak-anak Boomerang.

Dean hanya mendengus. "Nggak ada." Ia menyandarkan kepalanya di sofa.

"Kalo nggak ada, ngapain lo pacarin, bego?" tanya Jimmy, yang sebelumnya diam, ikut larut dalam percakapan yang sebenarnya tidak penting.

"Gue ketemu mereka di koridor tadi pagi. Yaudah, gue pacarin tiga-tiganya sekalian. Mumpung baru jomblo," jelas Dean apa adanya, membuat semua anak Boomerang geleng-geleng kepala.

"Anjir!" Vanda spontan berujar.

Joshua terdiam sejenak, lalu bertanya, "Trus, mereka mau?"

"Ya, maulah, dodol. Kalo nggak, mereka nggak bakal jadi pacar Dean dan diputusin Dean hari ini," sahut Ken geregetan.

"Josh, lo kayak nggak tau Dean aja. Cewek mana pun kalo dia tembak, ya pasti maulah," tambah Brian, anggota Boomerang yang paling tua dan dikenal sebagai 'sexy brain' karena kepintarannya.

Dean mendengus lagi, merasakan beratnya tanggung jawab sebagai playboy. "Gue nggak peduli," ucapnya sambil tersenyum sinis.

Namun, nasihat dari Argi, ketua Boomerang, tetap menggema di telinganya, "Karma itu ada, An. Nggak selamanya lo bisa mempermainkan cewek. Ada saatnya lo bakal jadi korbannya. Inget satu hal itu!"

Pikiran itu mengganggu Dean, meski ia tak pernah merasa akan terjebak dalam permainan cinta.

Tiba-tiba, suasana menjadi tegang saat Vanda panik setelah menerima telepon. "Sialan! GUE OTW KE SEKOLAH LO!"

"Kenapa sih? Apanya yang sialan?" tanya Joshua, jengah.

"Adek gue! Dia bilang dikurung di gudang," sahut Vanda, segera meraih jaketnya.

"Adek lo kenapa?" tanya Kennan, ikut panik.

"Gue nggak tau tapi dia bilangnya dia dikurung di gudang."

"Sejak kapan lo punya adik?" Tanya Argi. Vanda bergeming sejenak, "Ada. Gue emang nggak cerita ke kalian."

"Gue harus tolongin adek gue sekarang!" Lanjut Vanda.

"Ini nggak bisa dibiarin, gue ikut." protes Brian, sudah berdiri.

"Lo ikut nggak, nyet?" tanya Ken pada Argi.

Argi pun mengangguk. "Gas!" jawabnya dengan semangat.

Dengan cepat, anak Boomerang bersiap-siap menuju sekolah adik Vanda. Dean yang masih setengah tidur buru-buru ditoyor oleh Jimmy. "Heh, lo nggak ikut?"

Dean menggeleng. "Males. Nggak usah pake pukul jidat gue juga, anjing!"

"Terserah! Lo harus ikut. Gue maksa," kata Jimmy, menyeret Dean yang mengomel.

Ketika sampai di parkiran, mereka harus menghadapi tantangan baru-satpam sekolah yang curiga. "Gimana caranya keluar? Satpam, noh!" ucap Joshua.

"Dimana-mana uang kuncinya. Sogok!" usul Argi, mendekati satpam dan memberikan uang sogokan.

Tanpa basa-basi, satpam mengizinkan mereka keluar.

"Geser... nggak muat!" protes Kennan saat mereka semua masuk ke mobil.

Dean merasa terdesak di pinggir, menggerutu, "Udah mentok, ini anjir!"

Kekacauan semakin menjadi saat Jimmy masuk dan mendorong pantat Joshua secara reflek. Joshua yang didorong berakhir nyungsep di bawah jok, "Anjing!"

"Sowy. Lo sih lama." canda Jimmy tertawa pelan.

Sesampainya di SMA Taruna, anak Boomerang langsung jadi pusat perhatian terutama para siswi Taruna. "Anak Boomerang ngapain kesini?"

Saat Vanda berusaha menelfon adiknya dan menanyakan lokasi gudang, Kennan menatap jengah sembari menyeloteh, "Kalo gini bakal lama. Keburu ayam punah Van."

Argi yang juga tidak sabar dengan cepat menunjuk salah satu siswa Taruna dan memerintahnya. "Buruan cari lokasi gudang sekolah ini!"

Siswa laki-laki yang ditunjuk Argi secara random pun buru-buru mengiyakan permintaan Argi.

"Ini gudangnya?" tanya Jimmy begitu mereka sampai di depan suatu ruangan.

"Iya!" jawab laki-laki penunjuk arah dengan ketakutan dan langsung pergi setelah Argi menyuruhnya pergi.

Vanda mendekat ke pintu gudang, berteriak, "Dek, Ara! Lo di dalam? Ini abang."

Samar-samar terdengar suara isakan Ara di dalam sana, "Kak Vanda, Ara takut!"

Vanda kemudian berusaha mendobrak pintu gudang. Namun, semua usahanya gagal. Yang lainnya juga tidak tinggal diam dan usaha mereka tetap tidak membuahkan hasil.

Sementara itu, Dean yang sebenarnya malas untuk melakukan ini semua akhirnya ikut maju menggantikan, dan dengan sekali dorongan,

**Bruk!**

Pintu terbuka sempurna.

Di dalam sana, Ara tengah terisak dan terpojok.

Vanda mengepalkan tangannya, hatinya terasa tersayat begitu melihat adiknya dalam keadaan yang sangat kacau. Rambut Ara berantakan, seragamnya kotor, dan tubuhnya dipenuhi lebam.

"Sialan! Lo diapain mereka sampe kayak gini? Bilang ke gue siapa yang udah lakuin ini ke lo, Ara!" teriak Vanda dengan suara penuh kemarahan.

Ara yang sudah tak sadarkan diri dalam dekapan Vanda tidak menjawab apapun. Teman-teman Dean ikut terselut emosi melihat keadaan Ara yang begitu menyedihkan.

Dean yang bersikap dingin lambat laun merasa ada yang aneh dalam dirinya. Melihat Ara tampak begitu menyedihkan, Dean jadi iba.

Rasa marah mendadak meluap dari dalam diri Dean bersamaan dengan gelenyar aneh di hatinya. Dean setengah heran pada dirinya sendiri karena tidak biasanya Dean peduli dengan orang asing. []

Jangan lupa vote teman-teman 🖤

DEANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang