Part 2

35 2 0
                                    

Antares Deano, laki-laki itu tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan memangku kepala gadis yang tidak pernah ia kenal sebelumnya seperti sekarang.

Argi dan anak Boomerang yang lain memang sangat menyebalkan baginya. Disaat semua orang sebenarnya bisa menemani Vanda untuk mengantar adiknya ke rumah sakit, hanya Dean yang harus dipaksa menemani Vanda meskipun Dean sebenarnya sangat ogah-ogahan. Apalagi harus memangku kepala Ara, adik Vanda yang masih tak sadarkan diri, membuat pahanya terasa kebas dan Dean tak bebas.

"Kenapa nggak gua aja yang nyetir? Kepala adek lo berat." Protes Dean. Laki-laki dengan baju seragam yang sudah dilepasnya dan tergeletak di jok belakang, menyisakan kaos hitam di badan kekarnya itu menatap kesal ke arah Vanda yang sedang menyetir dengan ugal-ugalan.

"Udah nggak usah protes. Lo jagain adek gue aja yang bener. Jangan lo apa-apain."

Dean mendecih, "Maksud lo?"

Vanda tersenyum, "Adek gue cantik, An. Setan bisa lewat kapan aja dan goda lo. Jadi tolong jangan apa-apain adek gue. Diem aja udah." Ujar Vanda sama sekali tidak masuk akal bagi Dean.

Dean menggeleng heran, tidak habis pikir di tengah keadaan yang genting seperti ini bisa-bisanya Vanda berpikiran semacam itu. Membuat Dean yang kesabarannya sudah habis sukses mengumpat lumayan keras, "Bacot lo ah."

Dean kemudian menatap ke arah luar jendela demi meredakan emosinya tanpa tahu bahwa Ara rupanya telah sadar. Gadis itu perlahan-lahan membuka kedua matanya.

Ara yang kaget mengetahui ada laki-laki asing yang kini memangkunya pun reflek berteriak, gadis itu juga tak luput menampar pipi Dean, "AAAAAAAA, Siapa lo?"

"LO MAU APAIN GUE? LO MAU NYULIK GUE?" Tanya Ara lagi, panik

Dean memalingkan wajahnya ke kiri akibat tamparan Ara tadi. Tamparan Ara yang lumayan keras membuat pipinya terasa panas. Hal itu tentunya menyulut emosinya kembali. Dean tak segan untuk menahan tangan Ara yang kembali ingin memukulnya.

"Gue mau bunuh lo!" Ujar Dean geram. Baru kali ini ia ditampar oleh gadis. Ya meskipun Dean terkenal playboy dimana-mana, gadis-gadis di luar sana tidak ada yang berani menampar wajah tampannya.

Vanda di depan sudah tertawa melihat drama yang baru saja terjadi dan merasa sedikit lega karena adiknya sudah sadar.

"Ara, lo udah sadar?"

Ara spontan menoleh ke arah Vanda begitu mendengar suara Vanda. Gadis itu baru menyadari bahwa ia ada di mobil kakaknya.

Tapi yang Ara bingungkan, siapa laki-laki asing yang sedang ada di hadapannya dan sedang memangkunya ini?

"Kak, kita mau kemana? Dia siapa?" Tanya Ara.

"Kita harus ke rumah sakit, sayang. Lo tadi pingsan. Gue khawatir lo kenapa-napa." Jawab Vanda khawatir.

"Adek nggak papa. Nggak usah ke rumah sakit. Pulang aja!"

"Tapi_"

"Tapi lo belum jawab gue, ini siapa?" Tanya Ara memotong ucapan Vanda sambil menatap Dean yang kini memalingkan wajahnya, menghindari tatapan Ara yang penasaran sekaligus tidak nyaman berada di posisinya yang sekarang.

"Temen abang, Dean." Jawab Vanda singkat. Laki-laki itu kemudian tersenyum nakal saat kembali melayangkan tanya, "Kenapa? Ganteng ya?"

Dean sukses melotot saat Vanda berani-beraninya melayangkan pernyataan gila semacam tadi. Dean kemudian menendang jok kemudi sampai Vanda agak terdorong ke depan.

Ara yang ditanya seperti itu menggeleng, "Nggak. Ganteng lo kemana-mana." Gadis itu kemudian buru-buru bangkit saat Dean menatapnya dengan raut wajah tak percaya.

DEANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang