12 th February, 2015.
"Kapan dia akan membuka matanya?"
"Li-lihat! Jari-jarinya bergerak!""Ah, sial sekali! Jadi dia hidup lagi?"
"-boleh aku mencekiknya? Aku ingin dia mati saja agar tetap bisa menjadi temanku."
"Kau sudah gila, ya?!"
Lelaki yang terbaring tenang di brankar itu mengernyitkan dahinya, merasa terganggu dengan kebisingan di sekitarnya. Ada suara banyak orang, mungkin sekitar lima orang, lelaki dan perempuan. Lelaki itu hendak membuka matanya, tetapi rasanya begitu berat, apalagi ketika rasa nyeri mendadak menyerangnya. Rintihan pelan terdengar dari bibirnya yang pucat. Seluruh tubuhnya terasa sakit, seolah ada banyak rantai-rantai besi yang mengekangnya. Terlebih bagian kepalanya, rasanya sangat sakit dan sangat berat.
Beberapa menit kemudian, dia berhasil membuka matanya. Dia langsung diserang oleh sebuah cahaya yang menyilaukan, membuatnya harus memejamkan matanya untuk sesaat. Dia belum terbiasa oleh sergapan cahaya.
Dia berada di sebuah ruangan dengan cat putih gading, dengan bau zat anestesi yang menyengat, dan lima kepala yang mengelilinginya dengan tatapan penasaran.
Lelaki itu melotot, refleks terduduk, melupakan segala rasa sakit yang mencengkeram tubuhnya ketika selang infus di tangannya tidak sengaja tertarik. Dia tidak akan seterkejut itu jika orang-orang (atau sepertinya bukan) yang mengelilinginya itu seperti orang kebanyakan. Orang normal pada umumnya tidak ada yang mempunyai mata yang hitam sepenuhnya, atau kulit seputih kertas, atau bahkan bisa melayang-layang di udara.
Serius, dimana dia saat ini? Apa dia berada di dunia lain?
"Tidak, tidak, tolong jangan berteriak!"
Mata lelaki itu semakin melotot ketika salah satu di antara orang-orang aneh itu melesat cepat ke arahnya dan meletakan satu jarinya yang seperti kayu kering itu ke bibirnya. Sosok itu memiliki suara yang bergema, membuatnya semakin percaya bahwa dia sedang berada di dunia lain. Lelaki itu seketika merinding bukan main.
"Jangan takut, kami adalah teman-temanmu." ujar sosok itu seraya tersenyum. Sebuah senyuman akan enak dipandang kalau tanpa gigi-gigi tajam yang mencuat keluar dan darah yang menetes-netes. Dan sosok itu memiliki paket komplit. Gigi taring, dan darah. Sempurna.
Tunggu, apa katanya tadi? Teman?
"Apa aku sudah mati?" adalah sebuah pertanyaan yang keluar dari bibir lelaki itu setelah berhari-hari terbaring bagai seonggok mayat. Karena sangat tidak mungkin dia memiliki teman-teman yang seperti ini, kecuali jika dia memang sudah mati.
"Belum. Setidaknya sampai aku mencekikmu." jawab sesosok makhluk yang paling menyeramkan di antara yang lain. Sosok itu tinggi menjulang, memiliki bola mata hitam pekat, dan pedang yang tertancap di dadanya. Sesaat dia berpikir jika sosok itu adalah Goblin.
"Jangan menakutinya seperti itu, Bright!"
"Apa peduliku? Anak itu memang seharusnya mati."
Wow! Dia baru saja tersadar, dan langsung disuguhi oleh perkataan semacam ini? Dia jadi menyesal telah membuka matanya tadi.
Lelaki itu mulai menerka-nerka dengan perasaan takut luar biasa. Apa makhluk-makhluk ini adalah Malaikat Pencabut Nyawa? Tetapi..., bukankah itu sangat keterlaluan, karena dia baru saja tersadar dan sekarang nyawanya harus dicabut?
Ketika dia hendak bertanya lagi, meminta penjelasan, pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Beberapa perawat dan seorang dokter segera masuk, di belakang mereka ada seorang pria tinggi yang mengikuti dengan wajah berseri-seri sekaligus khawatir. Dugaannya bahwa dia sedang di dunia lain mendadak terhapuskan, karena dia yakin di dunia lain tidak ada perawat-perawat dan dokter berjas putih. Faktanya bahwa dia masih hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
welcome back dear
Mystery / ThrillerPasca kecelakaan yang menimpa dirinya, Off mempunyai kelebihan untuk bisa melihat 'mereka' yang telah tiada. Lalu, di suatu hari, dia bertemu dengan sesosok arwah yang mengaku sebagai kekasihnya. Apa makhluk itu bercanda.?