4

431 62 13
                                    

Gun adalah kekasihnya.

—kebahagiaannya, sebagian hidupnya dan juga segalanya.

"Gun… Gun," pertahanannya yang kokoh runtuh, lelaki itu menangis. Merasa bodoh karena tidak bisa berbuat apa-apa selain menyesali semuanya. Rasa sakit di kepalanya, di dadanya, dan kesedihan yang mendera tubuhnya, membuat Off putus asa. Dia ingin mencari Gun, tetapi tidak tahu kemana.

Off merosot, membiarkan tubuhnya terduduk di lantai seperti orang tolol yang tak berdaya, "Gun…" lirihnya dengan suara serak.

Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, menggerogoti dadanya. Sesak yang dirasakannya tidak bisa digambarkan. Off benar-benar benci dengan dirinya sendiri.

Gun tidak boleh pergi. Tidak boleh..

"Off?" suara Tay terdengar dari arah belakangnya. Pria itu tertegun melihat Off berada di sini, terduduk seperti orang lemah dan menangis. Ini bukan seperti Off yang biasanya yang selalu menampilkan ekspresi dingin.

Off mengepalkan tangannya kuat-kuat, amarahnya memuncak tiba-tiba melihat kedatangan Tay, "Kenapa?" tanyanya pelan. "Kenapa kau melakukan ini, Phi?"

Tay melangkah mendekati pemuda itu, "Off…" dia hendak menyentuh bahu sepupunya itu tetapi Off segera menepisnya dengan kasar.

"KENAPA KAU MENYEMBUNYIKAN INI?!"

Teriakan Off membuat Tay terdiam. Pemuda itu benar-benar sedang dalam amarah dan kesedihan. Tay tidak tahu harus memulai darimana, dia takut membuat Off lebih terlarut dalam kesedihan.

"Kau sudah ingat semuanya?" tanya Tay, dia memandang sepupunya dengan ekspresi muram.

Off mendengus, sinis, "Bagaimana aku bisa mengingat semuanya kalau kau menyembunyikan semua ini dariku?" dia berdiri di depan Tay dengan mata menyalang tajam. Dia marah, kecewa dan tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh Tay selama ini.

"Demi kebaikanmu, Off—"

"Kebaikan?" Off tertawa sinis. Sekilas dia seperti seseorang yang mengalami skizofrenia, tertawa seraya menangis,

"Gun datang padaku sebagai sosok tanpa raga! Dia menemaniku seminggu ini tanpa aku ketahui kalau dia adalah kekasihku. Hari ini aku baru tahu, baru mengerti semuanya setelah Gun memberikan kunci kamar ini padaku. Dia ingin aku mengingatnya. Dan sekarang…, sekarang dia pergi, bahkan aku belum sempat mengingatnya dengan baik. Kenapa kau sangat brengsek, Phi? Kenapa?"

Nada suara Off merendah, "Dia kekasihku.., hidupku."

Tay terlihat kaget mendengar pernyataan Off barusan, tetapi perasaan bersalah lebih mendominasi dirinya.

"Jika aku mengatakan semuanya sejak awal, ketika kau baru saja sadar, kau pikir akan bagaimana jadinya? Kau tetap tidak bisa mengingatnya, Off. bahkan sampai detik ini, ketika kau tahu semuanya. Kau hanya akan terlarut dalam kesedihan selama berbulan-bulan. Kau pikir, Gun akan senang dengan kondisimu yang seperti itu? Aku menyembunyikan ini semua karena aku ingin menjagamu, memulihkan kesembuhanmu secara perlahan-lahan. Aku tidak ingin memaksamu untuk mengingatnya karena akan memengaruhi kesehatanmu. Mengertilah, Off. Kau adikku, tidak mungkin aku membatasi kebahagiaanmu."

Off terdiam, dia lebih tenang dari sebelumnya. Walau amarah masih menguasainya. Dia mengerti maksud Tay, tetapi bagaimanapun juga, cara yang dilakukan Tay itu salah. Entah hari ini ataupun nanti, Off akan tetap sedih ketika mengingat semuanya.

"Kau ingin menemui Gun?" tawar Tay.

Off mendongak, memandang Tay dengan matanya yang berair, "Kau ingin menambah penderitaanku karena melihat pemakamannya?" tanyanya, getir. Dia benar-benar tidak siap jika harus menghadapi semua ini. Ini terlalu… tiba-tiba. Dan juga, Off tidak ingin bunga Lily yang sudah dibelinya hari ini benar-benar menunjukan arti kematian dan duka yang mendalam.

welcome back dearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang