episode 3

422 66 7
                                    

Setelah hari itu, Alina menjalani hari harinya tanpa hambatan. Bahkan ketiga insan itu sering menghadiri acara lelang. Dan ya, merasa tidak ada efek atau kejanggalan setelah hari dimana sarung tangannya tertinggal, Alina merasa tidak peduli lagi dan terus menjalani kehidupannya hingga maut menjemputnya.

Sedangkan disisi lain, terlihat seorang pria tengah menatap langit pagi yang menyapa sejuk matanya diujung balkon. Tatapannya yang dalam, seolah olah sudah menjadi karakteristik tersendiri.

Tok! Tok! Tok!

"Masuklah."

Tak selang beberapa detik, seorang pria yang menggunakan pakaian formal pun masuk menghampiri pria tersebut.

"Saya sudah menemukan identitas dari wanita itu, Tuan." ujar pria yang berpakaian formal itu sembari menggenggam sebuah berkas.

"Bacakan saja, aku sedang tidak ingin membacanya."

"Seorang wanita yang bernama Alina Yurifa, berumur 23 tahun dengan status sebagai keponakan dari Tuan Hendra Naselan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Seorang wanita yang bernama Alina Yurifa, berumur 23 tahun dengan status sebagai keponakan dari Tuan Hendra Naselan. Wanita ini memiliki dua patner yang diinformasikan sudah dekat sejak orang tua mereka menjalani kerja sama rahasia. Mereka bernama Hefen Delandra dan Gildy Jhonatan. Nama panggilan akrab, Hefen dan Jhon. Wanita ini adalah anak kandung satu satunya dari Tuan Rivando Yurion dan Nyonya Aryfia Naserah, yang dikabarkan telah meninggal sejak 7 tahun lalu."

"Hendra Naselan, Adik dari Nyonya Aryfia Naserah?"

"Iya Tuan."

"Dimana wanita itu tinggal?"

"Tidak jauh dari kediaman pamannya, Tuan."

Regi mengangguk paham, "Hanya seorang diri?"

"Iya Tuan."

"Baiklah, Kau boleh pergi."

Sebelum benar benar pergi, pria yang diketahui adalah bawahan Regi itu langsung membukuk hormat hingga akhirnya benar benar pergi dari ruangan tersebut.

Tik!

Regi menghidupkan macis dan membakar ujung rokoknya dengan api yang sudah menyala.

Hufff...

Tak ada yang pria itu katakan atau lakukan selain menghembuskan asap rokoknya kesembarang arah. Dan diakhiri senyuman misterius yang tak dapat ditebak.

»»««

"Halo?"

"Alina, paman menyuruhmu kerumahnya," terdengar dari balik telfon itu suara lelaki yang sangat Alina kenali, Jhon.

Don't Again. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang