Bad Morning

98 1 0
                                    

"MONA??!!”

“Hm. Udah selesai mimpinya, Tuan Putri??”

Dengan refleks Nindy langsung melepas genggaman tangannya pada Mona.

"Hehe, sorry.." cengirnya yang dibalas oleh Mona yang mendelik kemudian menggelengkan kepalanya. Ia lalu beringsut turun dari tempat tidur sambil menguap dan pregi kekamar mandi.

Nindy hanya cemberut kemudian mengerjapkan matanya mengumpulkan kesadaran. Ia mengucek mata sayunya yang masih terlihat mengantuk dan mengecek keadaan sekitarnya. Ya, sekarang ia ingat kalau ia sedang menginap dirumah monster betina yang menjabat sebagai sahabatnya, Mona.

Terdengar suara air keran yang berasal dari kamar mandi. Sedangkan Nindy masih memilih bergulung ditempat tidur. Ia kembali teringat dengan mimpinya yang beberapa menit lalu buyar karna sahabatnya yang rese itu.

Pikirannya melayang pada mimpi yang masih tergambar jelas dalam ingatannya.

"Aaaa, padahal tadi sedikitt lagi gue bakal dicium sama pangeraan! Hufft" ia mengelus pelan keningnya,  berharap bahwa nanti malam pangeran itu akan kembali datang kedalam mimpinya.

"Pangeran? Oh, bagus deh bararti gue tepat waktu ngegetok lo tadi. Kalo nggak, pasti gue udah jadi korban mesum lo lagi tadi. Hiiii" sahut Mona yang baru keluar dari kamar mandi dengan memasang muka jijik membayangkan akan mendapat "Morning kiss" dari Nindy.

Bugh!!

Mona mendesis mendapat serangan dari Nindy yang melempar bantal kearahnya yang kini sudah duduk dipinggir ranjang.

"Enak aja lo ngatain gue mesum! Soal tangan tadi? Yaelah, cuma gitu aja dimasukin kehati banget si mba!" ia menyingkap selimut dan duduk bersandar dikepala ranjang.

"Cuma lo bilang?" tanya Mona dan menekankan pada kata 'cuma' yang dibalas dengan anggukan polos Nindy.

"Lo tau Nin? Lo bukan cuma megang-megang tangan gue. Tapi lo juga hampir bikin gue muntah gara-gara muka najis lo tadi yang senyum-senyum ala telenovela! Untung ada raket nyamuk yang nyelametin gue! Kalo nggak, kesucian gue pasti udah ternodai sama bibir lo itu! Iyuhhhh.." Mona bergidik membayangkan hal itu benar-benar terjadi padanya tadi.

Mendengar ucapan sahabatnya, Nindy teringat oleh benda keras yang digunakan Mona untuk "membangunkan" nya dengan begitu tidak manusiawi. Sontak Nindy melotot kearah Mona yang nyengir kuda menyadari kemarahan sahabatnya.

"Ohgitu.. jadi senjata yang tadi lo pake buat ngegetok gue itu raket nyamuk?? Monaaa!! Lo gak punya peri kemanusiaan banget sih! Pantesan sampe sakarang pala gue masih nyut-nyutan! Jahaaattt!!" teriak Mona tidak terima. Sedangkan sahabatnya itu hanya tertawa dan langsung bersiap-siap kabur melarikan diri sebelum Nindy sempat balas dendam.

"Hahaha sorry tuan putri.. Jangan diaduin ke pangeran yaa" ejek Mona setengah berteriak sebelum menghilang dipintu kamar yang kini terbuka lebar, meninggalkan Nindy yang mencak-mencak diatas kasur.

"Heeeh nenek sihir jangan kabur lo!!!"

                                  ***

Dua gadis yang beberapa saat lalu hampir mengibarkan bendera perang itu kini dengan akrabnya sedang sarapan bersama. Nindy sudah terlihat segar setelah mandi terbukti dengan rambutnya yang masih agak basah. Sedangkan temannya sekaligus sang tuan rumah  terlihat masih memakai baju yang sama dengan tatanan rambut khas baru bangun tidur yang sama pula. Cepol asal.

"Mon, gue tau ini rumah lo. Tapi bisa nggak lo ngasih gue pemandangan makan yang lebih enak sedikit? Ngeliat lo aut-autan gitu bikin gue nggak nafsu makan deh." ucap Nindy membuka pembicaraan yang hanya dibalas Mona dengan lirikan sekilas kemudian kembali fokus dengan sarapannya.

"Jangan kaya nyokap gue deh lo! Lo kan tau mandi pagi itu nggak masuk ke list kegiatan gue pas weekend. " jawab Mona setelah berhasil menghabiskan tempe mendoan keduanya.

"Ahh yaa terserah lo aja deh." sahut Nindy cuek. Menyeramahi orang didepannya ini hanya akan membuat naik darah.

Mona memang  gadis yang tomboy, malas, jutek dan kelewat cuek dengan sekitar. Sedangkan Nindy adalah gadis manis yang polos, feminin, dan selalu besikap baik kepada semua orang. Bisa dibilang kepribadian mereka berdua sangat  bertolak belakang.

Kesukaan Nindy pada semua hal yang berbau dongeng dan Fairy tale semakin membuat mereka seperti dua sisi mata uang yang berbeda. Namun justru perbedaan itulah yang membuat persahabatan mereka bertahan hingga saat ini.

Mona selalu menjaga Nindy dari laki-laki playboy dan berandalan, menghibur Nindy saat sedang badmood, dan memarahi Nindy jika ia berbuat baik kepada orang yang dianggap Mona salah.

Dan Nindy akan membantu Mona mengerjakan tugas, membela Mona mati-matian jika ada yang mencelanya, dan menyeramahinya jika Mona sudah kelewat cuek atau malas melakukan ini-itu.

Walaupun Nindy harus sering bersabar manghadapi sikap Mona yang kerap kali jutek, rese dan galak seperti nenek sihir -yang sudah menjadi panggilan kesayangan Nindy untuknya- ,namun ia tau bahwa Mona sangat menyayanginya dan begitu pula sebaliknya.

Ya, sungguh sepasang sahabat yang saling melengkapi.

Dan soal mimpinya, Nindy sudah menceritakannya pada Mona -tanpa di minta tentunya- sebelum mereka turun untuk sarapan. Ia menceritakan semua detilnya tanpa ada yang tertinggal. Termasuk kecupan dikening yang gagal karna raket nyamuk sialan yang digetok seorang nenek sihir kekepalanya yang tidak berdosa.

Dan reaksi pertama yang diberikan Mona adalah -sudah pasti- menertawainya habis-habisan. Nindy sudah kebal dengan sikap kurang ajar sahabatnya itu sehingga ia tidak merasa tersinggung sama sekali dan hanya mengerucutkan bibir sekilas lalu kembali antusias bercerita bahwa ini pertama kalinya ia bermimpi menjadi seorang princess seperti di dongeng yang sering ia baca. Dan lagi-lagi, ia ditertawai dengan kejam oleh sahabatnya itu.

"Btw, kenapa sih tiba-tiba lo bisa mimpi ketemu pangeran nggak jelas kaya tadi? Gue pula yang jadi korban!" tanya Mona saat selesai menghabiskan 2 mendoan, 2 tahu, dan sebuah lontong.

"Mau tau aja apa mau tau banget???" goda Nindy kemudian menggigit potongan roti terahirnya.

"Gak usah mulai alay deh lo! Lagian gue mau jawab apapun lo bakal tetep cerita kan?? " jawab Mona jutek.

"Issh dasar nenek sihir! Itu lo tau, hehe." cengirnya.

"Yaudah buruan kalo mau ceritaa!! Gue sibuk nih!" Mona meneguk sisa air digelasnya sampai tandas. Nindy mulai menegakkan tubuhnya dan berdeham cukup keras dengan agak lebay seperti seorang penyanyi yang akan perform.

Dengan malas, Mona menopang dagu dengan kedua tangannya menunggu temannya mulai bercerita.

"Jadi, ini semua itu karna... Karna... Hm, ka-

"Kelamaan gue nggak jadi dengerin nih!" ancam Mona.

"Iya iyaa bawel." sergah Nindy langsung kemudian mengambil nafas panjang sebelum mulai kembali bercerita.

"Jadi, sebenernya ini semua gara-gara cowo itu." bukanya dengan wajah serius.

Mona berfikir sejenak dan membuka suara. "Hah? Cowo yang semalem di pesta itu maksud lo??"

TBC

                                 ***

(Not) A Fairy TaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang