"Siapa??" tanya Nindy lagi lebih antusias, menunggu jawaban Mona dengan penuh harap.
Mona menarik nafas kemudian me jawab dengan tampang serius.
"Cowo itu adalah... Babeh gue! Hahaha" tawa Mona meledak setelah mengatakan itu. Berbanding terbalik dengan Nindy yang cengo mamasang muka datar, tidak percaya si nenek sihir itu baru saja mencoba ngelawak --yang sama sekali tidak lucu tentunya--.
"Udah ketawanya? Sumpah lo galak aja Mon, gue malah ngeri kalo lo kaya tadi." ujar Nindy saat Mona terlihat sudah mulai normal kembali setelah ngakak habis-habisan karna lawakannya sendiri.
"Yee, suka-suka gue.." balas Mona cuek kembali ke sifat aslinya.
"Alhamdulillah ya Allah, temen saya gak jadi kesambet."
"Gak jelas lo!" Mona mendelik.
***
Siang harinya
Nindy menghampiri Mona yang sedang menonton acara bola diruang depan kosan nya.
"Lu betah banget sih dikosan gue! Pulang gih sono, hush.. hush.." Mona meragakan cara orang biasa mengusir kucing pada Nindy yang langsung cemberut.
"Bukannya makasih udah ditemenin malah ngusir. Nanti gue pulang, kangenn.." goda Nindy sambil mencolek dagu Mona yang langsung bergidik ngeri.
Sesaat hanya suara tv yang memenuhi ruangan sampai Mona dibuat kaget oleh Nindy yang berteriak.
"Ahaa! Gue punya ide Mon. Gue udah mutusin gimana caranya buat nyari tau siapa cowo semalem!" serunya dengan semangat 45 sambil mengacungkan telunjuk keatas.
"Ngapain sih, kurang kerjaan tau nggak nyari tau orang nggak jelaa kaya gitu. Udah gue bilang berapa kali, itu.cuma.orang.iseng." balas Mona sengit dengan menekankan tiap kata dihir ucapannya.
"Ihh, kenapa sih! Lo tuh harusnya ngedukung, gue butuh bantuan lo Mon.." ujarnya dengan wajah melas.
"Ogah. Titik."
"Pleasee.. Gue pengen banget tau siapa pangeran bertopeng itu. Lo kan tau ini yang gue pengenin dari dulu. As my best friend, lo wajib bantuin gue dong!"
Mona menghela nafas kemudian memutar badannya mengahadap ke Nindy. "Pertama. Dia itu cuma orang yang ngisengin lo dengan jadi pangeran bertopeng super romantis karna kegilaan lo sama fairy tale yang udah jadi rahasia umum. Kedua. Mending lo lupain khayalan dongeng lu itu karna itu semua GAK MUNGKIN. Ketiga. As your bestfriend, gue gamau bantuin lo ngelakuin hal konyol yang udah pasti bakal sia-sia. Jelas??"
Nindy terdiam mendengar ocehan panjang lebar sahabatya. Ya, iya sadar besar kemungkinan kalau lelaki semalam hanyalah salah satu teman sekolahnya yang mengerjainya. Tapi entah kenapa ia tetap ingin mencari taunya sendiri. Sangat ingin. Bahkan kalau perkataan Mona ternyata benar, ia tidak peduli. Yang jelas saat ini ia hanya ingin mencari tau sosok pangeran bertopeng yang sudah membawanya ke mimpi paling indah dalam hidupnya.
Mona memperhatikan Nindy yang menunduk disebelahnya. Ia mendadak diam setelah mendengar ucapannya tadi. Baguslah, berarti dia sudah mengerti. Pikirnya.
Tapi lama-lama ia kasihan juga melihat perubahan drastis ekpresi sahabatnya itu saat ia menolak keras keinginannya.
Huftt
"Lo beneran pengen nyari tau?"
Mona hampir terlonjak saat Nindy langsung mengangguk menatapnya dengan mata berbinar. Padahal sedetik yang lalu ia kelihatan sedih, sahabatnya itu memang ajaib sekaligus aneh.
"Yakin? Gak bakal nyesel?"
"Yakin 100%. 1000% malah!" jawabnya bersemangat dengan cengiran dibibirnya.
Mona diam sejenak lalu menjawab dengan lirih "yaudah."
"Hah? Serius? Lo mau bantuin gue kan??" tanyanya penuh harap.
"Hm"
"Yang bener jawabnyaa."
"Hmm."
"Mon-
"Iyaa bawelllll!!!" teriaknya langsung ditelinga Nindy yang langsung menutup kupingnya yang terancam tuli lalu cekikikan sendiri.
"Aaa thankyou Monaa sayangg.. Sini peluk dulu" Mona hanya bisa pasrah saat Nindy langsung menerjanganya dan memeluknya begitu kencang.
"Lo mau bunuh gue ya? Nindy lepaassss" Mona langsung menghirup udara sebanyak-banyaknya saat ia lepas dari pelukan mematikan Nindy lalu melotot seram kearahnya.
"Hehehe, sorry." cengir Nindy. Mona hanya melengos lalu kembali fokus pada TV didepannya.
Sebuah senyuman manis terukir dibibir Nindy.
"I will find you, My Prince."
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
(Not) A Fairy Tale
Teen FictionNindy adalah seorang gadis lugu yang sangat menyukai cerita dongeng. Bahkan disaat dia sudah duduk di kelas 2 SMA, dia masih suka membaca dongeng yang menjanjikan kisah cinta yang indah, romantis, dan "life happily ever after". Ia yakin suatu saat a...