Sepi. Itu yang Reina rasakan saat menginjakkan kakinya ke dalam unit apartement bernuansa abu abu ini.
Unit dengan fasilitas yang baik ditambah pemandangan gedung tinggi ibu kota yang terlihat dari kaca hendela kamar ini adalah unit yang Windi, ibunda dari Reina dan Renjun beli.
Gadis itu tidak sendiri melainkan bersama Renjun, karena memang Windi berpesan untuk datang bersama Renjun.
Keduanya sama sama diam, pikirannya melayang kepada pesan yang Windi kirim beberapa jam yang lalu.
"rosa dan anaknya sekarang serumah sama bunda, kalau adek sama mas njun sudah nggak mau pulang ke malang, bunda sudah belikan apartement, kuncinya sudah bunda titipkan ke mas tama"
Tama adalah kakak sepupu Reina yang kebetulan sedang berada di Jakarta untuk menemui rekan bisnisnya.
"Lo beneran gamau pulang ke Malang mas?"
Renjun tetap diam, bahkan tidak ada gelengan ataupun anggukan yang ia berikan untuk merespon pertanyaan dari Reina.
"Mas, anak kecil itu gak tau apa apa" ucap Reina lagi.
"Dan lo terima?"
Pertanyaan dari Renjun membuat Reina bungkam, siapa yang bisa terima? bahkan dari dua tahun yang lalu pun Reina tidak pernah terima.
"Gak ada yang bisa terima mas, kalaupun harus milih, gue lebih milih bunda selesai sama ayah"
Ucapan Reina membuat emosi Renjun memuncak "Lo kalau ngomong mikir" tegasnya.
Laki laki itu memang sedang tidak baik baik saja, walaupun ia tidak mengatakan apapun, Reina tau kakak laki lakinya ini sedang dalam masalah.
"Pulang sama Jaemin, gue mau tidur disini" tegasnya lagi.
"Gue juga tidur disini" sergah Reina.
"P.U.L.A.N.G" ucapan penuh penekanan yang Renjun berikan membuat Reina bungkam, gadis itu memilih mengambil tasnya sebelum melangkah keluar.
"Jangan kebanyakan ngerokok, besok gue dateng lagi" pesannya sebelum benar benar melangkah keluar.
Perlahan gadis itu mendudukan dirinya di bahu jalan, lampu jalan yang menyorotinya perlahan meredup menambah kesan sepi malam ini.
Udara yang dingin membuat gadis itu sedikit bergidik, ia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Jaemin agar menjemputnya.
Tanpa menunggu lama laki laki itu menjemput Reina di lokasi yang gadis itu kirimkan. Jaemin menyadari bahwa gadisnya sedang tidak baik baik saja ketika ia sampai disana.
Lagi lagi hoodie berwarna mint membalut hangat tubuh gadis itu, bahkan bau parfume milik Reina sudah menempel pada kain hoodienya.
"Minum anget dulu ya?" tawar Jaemin yang dibalas anggukan oleh Reina.
Jaemin menyuruh Reina untuk menunggunya di mobil sembari menunggu laki laki itu memesan teh hangat untuknya.
Sembari menunggu Jaemin kembali, Reina kembali larut dalam pikirannya sendiri, mengapa ayahnya tidak menghubunginya sama sekali?
Reina tertawa sumbang menyadari pertanyaan yang terlintas di otaknya, lagipula apa yang ia harapkan dari laki laki beristri dua itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE | NA JAEMIN
Fiksi Penggemar[°] Untuk reina, bagaimana rasanya dicintai oleh pria setulus narakha? ꜰʀᴇᴇꜱɪᴀ ᴜɴɪᴠᴇʀꜱᴇ 🌻