"Ayra!" Seorang gadis berpakaian serba ketat. Dari perawakannya dialah "ratu" di sekolah ini. Gadis itu berlari menghampiri Ayra sembari meneriakkan namanya.
Sejujurnya Ayra enggan merespon Naura, namun apa daya Naura menarik tasnya hingga membuatnya menghentikan langkahnya.
"nih, buku catatan Biologi, gue gak mau tau, pokoknya ini udah harus selesai nanti sore, lo bawain ke rumah gue oke."
Tanpa menunggu persetujuan Ayra, Naura memasukkan bukunya ke dalam tas Yura lalu melenggang pergi.Ayra hanya bisa pasrah karena jadi joki tulis seperti ini,oh tidak ini sangat tidak pantas disebut joki tulis lebih tepatnya Ayra dijadikan Babu tulis.
Melawan pun tak ada gunanya karena hal itu hanya akan membuat Ayra semakin dibenci dan dipandang rendah oleh mereka. Sebenarnya Ayra tidak pintar tidak juga terlampau bodoh, namun karena ketidakberdayaannya itu, semua orang memandangnya dengan sebelah mata dan mengganggapnya hina.
Ayra melanjutkan langkah kakinya menuju ruang kelasnya. Ayra berjalan kikuk dikarenakan tatapan nyalang dari hampir seluruh pasang mata yang ia lewati.
"Heh pembunuh, lo tu ga pantes sekolah disini" Gadis putih cantik nan tinggi itu mendorong bahu Ayra hingga membuat Ayra mundur beberapa langkah.
"a-aku bukan pembunuh" cicit Ayra
"cih..dasar pembunuh ga tau diri"
Adesti berdecih lalu berlalu dari Ayra , Gadis tadi namanya Adesti, dia teman sepergaulannya Naura makanya sifat mereka masih 11/12.Sepeninggalan Adesti, Ayra mempercepat langkahnya dia tidak tahan dengan cibiran serta makian yang secara terang terangan mereka semua utarakan.
Setibanya dikelas dia mendapati kotak warna kuning berukuran sedang di dalam laci mejanya.
Ayra berpikir apa ini 1 dari ribuan rencana penindasan yang mereka lakukan padanya.Diluar kotak tersebut terdapat kertas catatan.
Lihat kotak ini, dia berwarna kuning.
Sangat cerah dengan makna keceriaan.
Jangan mau dipurukkan oleh keadaan
Jadilah Ayra yang cerah dan selalu ceria.Buka kotak ini, kau akan menemukan puluhan permen yang pastinya sangat manis sama seperti dirimu.
Tersenyumlah,beri mereka semua rasa sesal karena sudah merendahkan berlian seberharga kamu.Tangan mungil Ayra perlahan membuka kotak tersebut.
Dan benar saja isinya penuh dengan permen dengan berbagai rasa.
Ayra mengambil permennya, Dan nampaklah lembaran yang terlihat sprti foto itu.
Dia mengeluarkan foto tersebut.
Dan betapa kagetnya Ayra kala mengetahui foto tersebut,
foto yang sebenarnya sangat tidak ingin Ayra lihaat, rasa sesak menggerogoti dadanya.
Bagaimana foto ini bisa ada disini, batinnya.
Tangan kirinya yang semula memegang kotak permen tadi kini mati rasa, kotak tadi jatuh, permen berserakan dilantai.
Ayra kembali menjadi pusat perhatian di kelas.
Ayra berlari keluar kelas menuju ke taman belakang sekolah.
YOU ARE READING
LINDAP
Non-Fiction• • • Cercahan perjalanan hidup yang terukir asam dalam alur cerita tanpa kejelasan. Penggalan kejadian demi kejadian kembali digali dari inti memori terdalam. Mengais lagi ingatan usang yang telah lama dibuang dan dilupakan Membuka luka lama setel...