Brum Brum
Suara motor itu menggema memenuhi pendengaran beberapa siswa-siswi SMA Starmoon yang berada di parkiran, kendaraan roda dua berwarna hitam itu menghentikan lajunya.
Mata tajam pengendaranya mengeliling mencari sosok gadis yang sangat ia cinta, dia membuka helm membuat pekikan kagum terdengar bersahutan. Pria itu turun dari motornya kemudian melihat jam tangan.
Dia melangkah memasuki kawasan sekolah, mana mungkin gadis itu sudah pulang, 'kan? Apa malah belum keluar?
Beberapa saat kemudian, matanya terkunci pada sosok gadis yang sedang mengobrol dengan dua pria yang sepertinya adalah adik kelas. Melihat itu dia sedikit kesal.
Dengan langkah cepat, ia mendekat.
Grep.
Tanpa di duga, pria itu memeluk gadisnya dari belakang. Menumpukan dagunya di bahu si gadis dan menatap dingin dua pria yang berada di sana.
"She is mine!" tegas si Pria.
Gadis itu mengerjap, aroma parfum yang sangat ia kenali. Apa dia bermimpi? Perlahan ia melihat tangan kekar yang memeluknya, terdapat cincin di jarinya. Ini nyata!
Si gadis berbalik, tanpa aba-aba dia memeluk pria itu dengan sangat erat. Dia rindu suaminya. Si pria membalas pelukannya.
"Aku rindu!" lirih Allea dengan suara bergetar.
Fano mengangguk, "Aku juga, aku rindu kamu."
Sedangkan dua pria tadi memilih untuk pergi, Fano mengusap kepala Allea lembut, menciumnya. Berpisah dua bulan dengan Allea adalah hal yang sangat sulit, Fano membutuhkan Allea di sampingnya.
"Kamu kok gak bilang mau pulang? hikss"
Fano tersenyum, "Kejutan, sayang."
Allea memukul lengan Fano, mengerucutkan bibirnya. Dia ingin pura-pura ngambek, tapi tidak bisa, dia merindukan Fano. Akhirnya ia kembali memeluk Fano lebih erat dari tadi, dia menangis dan memaki Fano pelan.
Gemas sekali, batin Fano.
Fano menggendong Allea ala koala, membawanya ke parkiran. Fano berhenti tepat di samping motor.
"Mau duduk di depan?"
"Nggak!" Allea menatap Fano, menunjuk tempatnya untuk duduk.
Fano mengangguk, dia menurunkan Allea di jok belakang lalu dia ikut naik. Allea segera memeluknya, seakan tidak ingin lama-lama lepas dari tubuh suaminya.
"Sabar, sayang. Aku mau pake helm dulu, kamu juga pake."
Fano memberikan helm untuk Allea, Allea memakainya kurang dari 10 detik, dia langsung memeluk Fano. Fano tertawa gemas melihat itu, kenapa Istrinya sangat menggemaskan, padahal hanya ditinggal dua bulan.
"Biasanya minta di pasangin," sindir Fano.
Allea mencubit perut Fano agak keras, "Cepetan ih! Aku malu diliatin mereka."
Jangan di tanyakan, mereka benar-benar menjadi pusat perhatian. Fano memakai helmnya, dia menjalankan kendaraannya keluar dari parkiran. Mengendarainya dengan kecepatan sedang.
"Gak pake panggilan kakak-Lea nih," celetuk Fano yang baru menyadari panggilan Allea berbeda.
"Nggak! Kata bunda jangan. Katanya harus pake aku-kamu."
"Bagus lah,"
10 menit kemudian, Fano menghentikan motornya di depan sebuah restoran. Allea mengerutkan kening, "Kenapa ke sini? Lea mau pulang."
"Iya, nanti pulangnya, aku lapar." kata Fano sembari membuka helm.
Allea turun, dia memberikan helm ke Suaminya. Setelah itu mereka memasuki restoran. Allea tak melepaskan genggaman tangannya dengan tangan Fano.
"Selamat datang, Tuan. Mari saya antar!"
Seorang pelayan menuntun pasangan suami istri itu ke sebuah meja, setelah itu Fano memesan apa yang ingin ia dan Allea makan. Mereka tidak sadar jika seseorang menatap keduanya dengan seringai licik.
"Di sana banyak cewek cantik?" cetus Allea.
Fano menjawab, "Banyak, tapi masih cantikan kamu."
"Bohong!" Beginilah awal mula terjadi nya perang:)
"Beneran, Yang. Gaada yang secantik kamu."
Allea memicing, "Halah, munafik itu namanya."
Ya Tuhan, Fano harus menjawab apa? Dia takut salah. Allea menatap Suaminya tajam, "Jujur aja, kalau ada cewek cantik ngomong. Aku tahu kok di sana cewek-ceweknya kayak gimana, apalagi yang cuma pake hotpants sama tanktop, itu kan yang jadi lirikan?" Fano membisu.
"Jawab!!"
"A-anu, maksud aku itu, yang cantik banyak, tapi aku kan ke sana buat kerja, bukan buat nyari Istri lagi."
"Berarti ada rencana nambah istri?!" Tuh kan, salah lagi.
"M-maaf, Tuan, Nona, i-ini pesanannya." Tiba-tiba seorang pelayan datang memecah pembicaraan Fano dan Allea.
Pelayan itu menyimpan makanan dengan tangan bergetar, Allea sadar, tapi tidak memperdulikan itu. Setelah si Pelayan pergi, dia langsung mengambil minuman berniat meminumnya.
Namun, semuanya sirna saat seorang pria datang seraya merebut minuman di tangan Allea, ia melemparkannya ke tempat sampah membuat Fano maupun Allea tercengang.
Pria itu membuang satu persatu makanan di meja, "Ok, lo harus bilang makasih sama gue." ucap pria itu pada Fano yang masih terkejut.
"Kak Tiger kok buang makanan kita?" tanya Allea memecah lamunan Fano.
Fano berdiri, Tiger tersenyum, dia mengacak rambut Allea. "Itu kewajiban gue, Lea."
Bugh.
Fano mencengkram kerah baju Tiger, "Maksud lo apa?" tanyanya dingin.
Tiger menaikan sebelah alisnya dengan wajah songong, Fano bersiap memukulnya lagi, tapi di tahan oleh Allea.
"Jangan kak!" cegah Allea seraya menarik tangan Fano agar melepaskan cengkeramannya.
Fano menggeram kesal, Tiger membenarkan bajunya, "Bukannya bilang makasih, malah di hajar gue. Dasar pembunuh berkedok penyelamat."
Tiger pergi begitu saja meninggalkan Fano yang terpaku mendengar perkataannya. Rahang Fano mengeras, tangannya mengepal hingga bergetar saking tidak terimanya dengan ucapan Tiger.
Allea segera memeluk Fano, menenangkan pria itu agar tidak terjadi kekacauan. Fano menarik tangan Allea keluar dari restoran itu dengan agak kasar.
"Pelan-pelan, langkah aku kecil." pekik Allea yang diindahkan suaminya.
Setelah mereka keluar dari restoran, mereka kembali melihat Tiger yang duduk di motor Fano. Manusia itu tersenyum tengil membuat mata Fano semakin tajam.
"Motor lo bagus. Berguna juga ya lo jadi pembunuh. Jadi bisa beli apapun hanya dengan satu ucapan."
Tiger berjalan mendekat, ia menepuk bahu Fano. "Pindah dari rumah lo hari ini!" Setelah mengucapkan itu, Tiger pergi menggunakan motornya.
Fano menatap kepergian Tiger dengan tatapan kebencian, "Sayang, kita pulang."
***
09-09-2021
~01-06-2022~
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLEA
Teen Fiction"Orang polos nggak ada di dunia ini, Sayang. Hanya saja, cara kamu melihat mereka dari sisi yang mana." ucap Allea. "Fan, Allea bukan wanita yang harusnya kamu nikahi." "Queen, how are you?"