🦁🦁KAYVAN ABIMANYU🦁🦁

16.1K 813 130
                                    

5 tahun kemudian

"Kay, kamu ngapain di sana? Ya Tuhan..."

"Sayang, turun!"

Seorang anak laki-laki berumur lima tahun melambaikan tangannya girang, dia berada di ujung rooftop rumah. Orang tuanya hampir hilang akal melihat kelakuannya.

"Kayvan, turun!"

Anak laki-laki itu melihat ke bawah, "Kay loncat Mama?" tanyanya polos.

Williams Kayvan Abimanyu Miller, anak pertama dari Fano dan Allea. Anak laki-laki yang lebih senang dengan nama 'Kayvan Abimanyu' itu kurang menyukai marga di awal dan di akhir namanya.

"MATA MU LONCAT, LEWAT PINTU!" Ayahnya sudah tidak tahan, dia mengacak rambutnya frustasi. Sungguh, anaknya ini sangat nakal dan keras kepala.

Si anak tertawa riang, matanya tertutup saking lepasnya dia tertawa. Ayahnya ketika kesal sangat lucu. Tanpa sadar, dia semakin dekat dengan ujung tembok.

"KAYVAN!"

Kaki anak laki-laki itu menginjak tepi tembok membuat tubuhnya oleng, dia pun kehilangan keseimbangan dan akhirnya tubuhnya melayang. Suara jeritan ibunya terdengar sayup-sayup di telinga Kayvan, dia merasa kepalanya pening.

Bruk!

Kayvan memejamkan matanya kuat saat merasa tubuhnya terjatuh kuat, tapi di tubuh seseorang. Kayvan memegang sesuatu yang menangkapnya lalu membuka mata.

Yang pertama dia lihat adalah wajah datar ayahnya. Kayvan meloncat dari pangkuan itu, tubuhnya memang terbilang kecil untuk anak seumurannya.

"P-papa..."

Fano. Ayahnya itu menatapnya tajam, Kayvan yang melihat itu tanpa pikir panjang langsung berlari masuk. Dia berteriak heboh saat ayahnya mengejarnya.

"TOLONG, TOLONG KAY! TOLONG!!"

Kayvan melihat sebuah pintu kamar terbuka, dia pun berlari ke sana dan menutupnya kuat. Kayvan bernafas lega, dia mengunci pintu itu.

Kayvan menoleh kebelakang, dia langsung diperlihatkan ruangan penuh mainan dan foto bayi kembar yang berada di setiap inci ruangan itu. Kayvan menatap semua yang ada di sana dengan tatapan kosong.

Dor!

"Bunuh mereka atau ibu kamu yang kami bunuh!"
"Prince jangan..."
"JANGAN!!"

Kayvan terjatuh ke lantai, dadanya terasa sangat sakit, dan air matanya mengalir begitu saja. Suara dan bayangan itu berlomba-lomba menghantam kepala bocah lima tahun itu.

"M-mama...," Naluri Kayvan menggerakkan tangan mungil itu untuk menjambak rambutnya sendiri. Dia melakukannya dengan kuat.

"Papa... sakit..." Kayvan memukul wajahnya sendiri tanpa bisa tertahan. Kayvan tidak tahu kenapa ia bisa melakukan ini semua. Ini terjadi tanpa bisa di kontrol.

"Keinfa bangun! Jangan tinggalin Mama!"
"KEINFA!!"
Dor!
Dor!

"KAYVAN BUKA PINTUNYA, SAYANG!" suara teriakan dari luar hanya mampu Kayvan balas dengan tangisan keras, tangannya masih terus menyakiti diri sendiri. Memukul, menampar, dan menjambak.

ALLEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang