Warning: Typos, OOC, Modern AU, Xicheng, SMUT!, Below 18 Y.O forbidden to read this chapter
(When you miss your boyfriend but you are denial.)
.
.
.
.
.
Bak sudah tergulir rapi gulungan film, hari selesai dengan monoton. Keadaan luar masihlah sepi namun sebagai salah satu bagian entertaiment ia tak bisa mundur untuk diam di rumah.
Dengan matahari yang telah tenggelam, pada akhirnya motor sport yang dikendarai mencapai area tempat yang dituju. Area itu adalah sebuah rumah dengan pagar kayu tinggi. Pemilik motor sport tersebut masuk mulus ke dalamnya, memarkirkan motornya di depan dan langsung melenggang menuju pintu depan. Menekan bel beberapa kali untuk memberitahukan kedatangan pada yang mengundangnya datang.
Dari dalam seorang lelaki muda membukakan pintu, berwajah ketus, sama ketusnya dengan kalimat sapaannya. "Tumben cepat." Si lelaki yang terbalut sweater ungu menyeletuk.
Sosok yang disambut ketus tersebut menyunggingkan senyum teduh. Terulur tangannya untuk mengusak rambut pemuda yang membukakan pintu untuknya sebari ia melangkah masuk.
"Kau sendiri yang memintaku datang setelah pekerjaanku selesai kan?"
"Di samping, aku tidak mau membuatmu menunggu." Kulit yang tersentuh jemarinya terasa segar khas baru membasuh diri, dingin menyenangkan sisi wajah pemuda itu ia tangkup dalam rangkanya mengecup bibir di depannya untuk beberapa saat. Balasan-balasan kecil yang didapatkan memanjakan hati dan indra perasa, semua di terima dengan kasih penuh dan afeksi yang tak terbantahkan darinya pada yang lebih muda.
Sebagaimana lengan sang pemuda mulai melingkar pada lehernya, ia balas dengan rengkuhan di pinggang. Lembut namun tegas nan posesif.
Ciuman tersebut berlangsung beberapa lama sampai akhirnya si pengendara motor tadi, sebut saja Lan Huan memundurkan dirinya. Pas saat itu si pemuda, kekasih Lan Huan itu, Jiang Cheng menamparnya di pipi. Tapi bengal Lan Huan, malah di kecup sekali lagi bibir yang telah seringkali ia rasakan tersebut, lalu terkekeh berkata, "A-Cheng, jangan malu seperti itu." Bagaimana tidak si pria berumur kepala tiga itu berkata demikian? Wajah bersemu merah kekasihnya, Jiang Cheng terlalu kentara malu walau sikapnya agak kasar seperti biasa.
"A-Cheng," —panggilnya, si pemilik nama menoleh merenggut tapi tidak juga membebaskan diri dari pelukan yang lebih tua. "Apa?" Tanya balik si adik Jiang Yanli itu.
"Maaf aku baru bisa mengunjungimu sekarang, tolong jangan marah A-Cheng." Ungkap Lan Huan sekali lagi. Pria berambut klimis itu tersenyum memandang kekasihnya, lembut dan manis lakunya mengelus punggung sang kekasih dibelakang. Pekerjaannya sebagai pembaca berita menahannya di beberapa hari krisis ini, jadi ia bahkan tidak sempat sekali pun mengunjungi kekasihnya padahal seisi rumah keluarga Jiang tengah kosong. Lan Huan sendiri tidak tahu apa alasannya, yang jelas Jiang Cheng hanya memberitahunya kalau keluarganya sedang pergi dan dia sendiri di rumah.
Rengutan di wajah Jiang Cheng makin mendalam, sekali lagi lelaki yang baru di usia pertengahan dua puluh itu menampar kekasihnya. "Setidaknya kau jawab pesanku sesekali! Tidak boleh aku tahu kabarmu huh tuan sok sibuk?!" Tapi tidak berefek tamparan tersebut.
"Hm—" Sebenarnya boleh saja, begitu batin sang pria. "Tentu boleh," Lan Huan mengangguk, "Tapi apa memintaku untuk segera datang mengunjungimu selama keluargamu tidak ada di rumah juga termasuk?" Merah padam seketika wajah si pendengar.
KAMU SEDANG MEMBACA
What If? (Sexy Edition)
Random[[ Kumpulan drabble Mo Dao Zu Shi ]] What If Versi Rated 🔞 Mo Dao Zu Shi © Mo Xiang Tong Xiu Main Pairing: Wangxian, Xicheng, Nielan, MIngXiYao Chap 1: "A-Cheng my dear, behave." Sang pria tersenyum dalam makna ganda walau sekilas nampak kalem se...