leaving

4 1 0
                                    

Hari ini adalah hari yang menegangkan untuk seorang Ara. Pasalnya, hari ini adalah hari dimana ia akan bertemu dengan orang yang menawarkan pekerjaan dengan bayaran tinggi itu.

Dan disinilah ara disebuah toko roti kecil namun bernuansa classic dan memancarkan kemewahan dari interiornya.

ara yang mengenakan kaos berwarna cream dilapisi cardigan kuning dan dipadukan dengan jeans itu melangkah masuk kedalam toko roti itu dimana ia langsung disambut oleh seorang wanita dengan aura anggun dan begitu menawan.

"Halo, kamu ara yah, teman adiknya Wendy?"

ara tersenyum sambil mengangguk mengiyakan pertanyan gadis cantik itu.

"perkenalkan nama saya Aluna " gadis itu dengan ramah mengulurkan tangannya pada ara. Dan tentu saja aluna langsung menyambut uluran tangan gadis cantik itu.

"bagaimana kalau kita mengobrol diruangan saya? supaya lebih nyaman"

ara tersenyum dan mengangguk.

Lagipula ara masih terlalu kikuk untuk melakukan hal lain selain senyum dan mengangguk patuh.

Lalu akhirnya ara mengikuti langkah gadis itu yang kemudian membawanya kesebuah ruangan yang tidak begitu besar memang, namun tetap terasa nyaman dan tetap memancarkan kesan elegan dari segi interior ruangan itu.

ara tebak, gadis ini tidak berasal dari keluarga sembarangan.

***

Dan disinilah ara duduk dengan kaku dan tegang dihadapan gadis bernama aluna itu.

aluna sebenarnya sosok gadis yang ramah dan murah senyum. Tidak seperti yang aluna bayangkan. aluna mudah bergaul dan pintar mencairkan suasana agar tidak menjadi begitu tegang.

Namun, entah kenapa ara tetap merasa asing dan gugup duduk berhadapan dengan gadis itu. Mungkin karna aura gadis itu yang begitu anggun dan membuat ara yang bak seonggok debu jadi menciut dihadapannya?

"Baiklah ara, saya akan langsung ke intinya." ucap aluna memecah keheningan diantara mereka.

"Saya dan suami sudah menikah selama 5 tahun dan sayangnya kami belum bisa memiliki keturunan. Lebih tepatnya tidak bisa." ara bisa melihat eskpresi sendu dimata aluna saat menceritakan hal itu.

"Awalnya saya dan suami baik-baik saja dengan hal itu dan tidak mempermasalahkannya. Karna suami saya pun tidak menuntut dan mempermasalahkannya. Hanya saja, setahun belakangan, dorongan dan desakan datang dari keluarga suami saya."

"Mereka mendesak kami untuk segera memiliki keturunan. Suami saya harus memiliki keturunan untuk bisa mewarisi perusahaan keluarganya."

Ara tercengang dengan cerita yang diutarakan aluna. Bagaimana bisa seorang bayi diharapkan kehadirannya hanya karna sebuah jabatan dan kedudukan?

"Dan semakin kesini desakan itu semakin besar setelah kakak tiri dari suami saya sebentar lagi akan memiliki putra pertamanya dari pernikahannya"

Ara masih diam dengan penjelasan aluna. Lagipula ia harus memberi respon seperti apa?

"Maka dari itu, hanya ini solusi yang bisa saya berikan untuk suami saya. Dengan mencari wanita yang bersedia untuk mengandung anak dari suami saya didalam rahimnya"

Woah, hal gila apa yang sedang ada dihadapan ara ini? Bahkan aluna nampak begitu santai saat mengucapkan itu? Apa tidak ada sedikitpun rasa sakit dihatinya? Bukankah jika seperti itu, itu artinya ia harus merelakan suaminya memiliki keturunan dari wanita lain? Itu artinya suaminya harus..

Hidden Where stories live. Discover now