#FIVE ¡
Pukul 12 malam.
Seharus-nya ketiga saudara ini sudah tidur, namun suara berisik membuat anak pertama terbangun.
Menguap lebar, mengucek mata, lalu menatap jam pada ponsel.
"Berisik sekali.. "
Dengan langkah malas, gadis itu berjalan di depan kamar rindou.
Tangan-nya membuka pintu tersebut dan melihat si bungsu masih bermain game-nya di tengah malam.
"Rindou.. tidur.. "
Rindou menoleh, lalu kembali menatap layar-nya, tidak mempedulikan perkataan [name].
Tidak bisa marah, karena rasa kantuk lebih menguasai otak-nya sekarang.
Dengan sembarangan [name] merebahkan diri di kasur adik-nya.
"Rindouu, tidur.. " kata-nya lagi setengah sadar.
—
Pukul 2 malam, laki-laki itu mulai mengantuk, ia menguap lebar dan melepaskan controller-nya.
Layar-nya ia matikan, menggaruk rambut tidak gatal, kini ia sadar kakak perempuan-nya tengah tertidur pulas di kasur-nya.
Terdiam sejenak, ia menatap sekitar.
Pintu-nya sedikit terbuka, [name] lupa menutup-nya tadi.
Ia segera menutup, dan diam berdiri sambil menatap kakak-nya lama.
Tidak tega—membangunkan, akhir-nya ia merebahkan diri secara pelan-pelan.
Sepuluh menit berlalu, rindou tidak bisa tidur, badan-nya berbalik ke kanan dan ke kiri.
Entah karena tidak ada kerjaan atau apa, ia melirik wajah [name].
"Tumben ga ngiler. "
Menatap paras cantik tersebut lama membuat sang adik sedikit salah tingkah sendiri.
Iseng ingin mengelus pipi-nya secara pelan, gadis itu melengguh membuat sang lelaki membatu sejenak.
Kelopak mata [name] sedikit terbuka, manik ungu khas haitani-nya yang sipit karena kantuk membuat wajah rindou memerah padam.
"Rindou belum tidur..? " gumam [name] setengah sadar.
Si bungsu tidak bisa berkata-kata, jantung-nya benar-benar berdetak tidak karuan.
Entah [name] benar-benar sadar atau mengigau, ia mengelus pipi rindou lembut.
"Tidur, ya. "
—
Tatapan tajam mengarah pada anak pertama dan anak terakhir.
Dengan perasaan cemburu dan kesal, ran membuka korden lebar-lebar membuat kedua-nya terbangun secara cepat.
"Sudah siang. "
"Silau.. "
Bukan-nya membangkitkan diri, rindou malah menaikkan selimut-nya dan masih setia memeluk kakak perempuan-nya.
Perempatan imajiner muncul di pipi kiri ran, kemudian ia menggoyangkan bahu rindou kasar.
"Bangun. "
"Uh! apa, sih!? "
"Sudah siang. "
"Lalu kenapa? hari ini kan libur sekolah. "
Ran mencibir, kemudian ia berpindah berbisik di telinga [name] lembut.
"Kakakku yang cantik, bangun, ya, nanti kakak jadi bau karena air liur rindou. "
Merasa telinga-nya ada sesuatu, [name] refleks mengubah posisi tidur-nya dan tersenyum geli.
"Ran, hari ini libur, sesekali kau juga boleh begini, kok. "
Sang tengah terdiam sejenak, helaan nafas keluar dari mulut-nya.
Mau tidak mau, ran ikut tidur bersama saudara-nya.
Ia berada di sebelah kiri [name], sedangkan rindou di sebelah kanan.
Manik ran tertuju pada wajah pulas [name], ia tersenyum sendiri.
Namun saat pandangan-nya tidak sengaja muncul wajah rindou rasa-nya benar-benar merusak pemandangan.
Jari ran menyisipkan rambut kakak-nya di belakang telinga dan mengelus pelan dahi [name].
Iseng.
Sebuah ciuman di pipi yang tidak disadari oleh siapa-siapa kecuali diri-nya.
"Selamat tidur. "
— TO BE CONTINUED …