2.

636 84 36
                                    

Note : No MC Include.

Genre : Family, Humor, Fluff, little bit angst.

Warning : Over-protective Brothers, Mammon centric.

.

.

.

Happy B'day... Baby Mammon...?!

by

nshawol566

.

.

.

Senyap dan gelap ruangan menjadi salah satu alasan manik Mammon bergetar takut. Tangan mungilnya tak berhenti mencengkram kuat pakaiannya yang telah basah dengan bulir keringat.

Pengap dan lembab.

Kondisi udara buruk membuat paru-parunya tak dapat meraup serakah oksigen disekitarnya.

Dadanya terasa sakit ketika detak jantungnya berdegub kencang. Terlebih, suara detak itu bahkan dapat didengar oleh telinganya sendiri. Meningkatkan rasa panik Mammon.

Langit Devildom tak secerah Celestial Realm. Dan bila malam tiba, suasana mencekam begitu kentara dirasakan si kecil Mammon.

Setelah beberapa waktu terlewati, panik membuat sakit pada lutut Mammon terasa kembali.

"Uhk! Uhk!" Mammon terbatuk kasar. Debu ruang di dalam gedung tua itu mencekat pernafasannya ketika tehirup. Air mata perlahan turun, membasahi kedua pipinya.

"Awhhh," penyihir itu merendahkan tubuh di depan Mammon. "Demon kecil ini sudah merasa sesak," ia lalu mengangkat kedua bahu tinggi. "Tetapi aku tidak peduli, karena aku memang ingin membalaskan dendamku."

"Uh..." Mammon kecil merintih. Menatap penyihir itu dengan wajah memelasnya. Setiap tarikan nafasnya kini terasa begitu berat. "...kenapa kau melakukan ini, nyonya?"

"Cih," Penyihir itu memutar bola mata malas. "Ayahmu membuatku menjadi gelandangan. The Avatar of Greed satu itu... pasti berbuat curang saat berada di Casino."

Mammon terbatuk sekali lagi. Sebelum dapat merespon perkataan penyihir itu. "A-Aku tidak mengerti..."

Penyihir itu mendengus. Mencubit lengan Mammon kuat. Bahkan ketika ia meringis untuk dilepaskan, penyihir itu semakin menekannya. "Kau tidak perlu mengerti," mendengar rintihan Mammon yang semakin keras, ia pun melepas cubitannya. Hanya untuk mengantisipasi demon lain menemukan lokasinya saat ini. "Haha, kau hanya demon kecil," penyihir itu menjentik kening Mammon. "Otakmu bahkan belum tumbuh dan berkembang."

Melihat wajah Mammon yang semakin dipenuhi kerutan rasa takut, membuat penyihir itu menyeringai puas.

"Terlebih, ia memiliki demon terkuat di dekatnya," penyihir itu mengepalkan tangannya erat. "Membuatku tidak dapat memburu Mammon. Lucifer... si demon sadis yang tidak memiliki hati itu."

Mammon menendang kaki penyihir itu kuat. Menahan sakit lututnya yang mulai kembali berdenyut nyeri. "Jangan menghina Lucifer!!"

Penyihir itu memijat bagian yang baru saja ditendang Mammon. Mengumpat, lalu menamparnya."Bocah... sialan...! Apa kau coba melindungi pamanmu itu???"

"Uhhuhu..." tubuh Mammon bergetar hebat. Kepalanya tertunduk sesaat pipinya terasa panas. Bahkan cetakan tangan penyihir itu kini terlihat. Menghiasi paras manisnya.

Happy B'Day... Baby Mammon?! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang