Prolog : di Stasiun

278 34 1
                                    

Sunoo membenarkan tali tas jinjing di pundaknya. Seharian ia baru selesai dari sekolahnya yang terletak dua stasiun dari rumahnya di atas bukit. Melelahkan sekali menjalani rutinitas sebagai anak SMA karena wajah yang berhenti menua di usia 18. Hidup berpindah-pindah beratus tahun dengan berbagai identitas juga pada akhirnya memulangkannya ke negara asalnya sebelum menjadi vampir membosankan. Ia menghela napas.

Kereta tiba tak lama setelah ia mencebik. Sekolahnya ini, sudahlah jauh dari mansion, isinya memang untuk anak ambis pula. Ia yang sudah tua ini tidak sanggup melihat semangat muda terpancar dari mereka dari pagi hingga petang. (Oke, bohong, Sunoo bukan lelaki yang pintar-pintar banget semasa hidup. Hidup lama yang membuatnya bisa masuk sekolah prestigious itu—sekaligus bantuan orang dalam). Ketika pulang pun masih harus diuji sabarnya karena kereta yang kerap datang terlambat. Tapi karena ini satu-satunya cara mengusir bosan, dan juga cara siswa sepertinya untuk ke mansion, Sunoo berusaha sabar.

Pintu kereta terbuka, orang keluar diprioritaskan. Sunoo mendekap tangan, memerhatikan gerbong kereta yang tidak ramai itu dengan cepat berubah kosong. Ia menatap malas orang-orang yang melewatinya—tapi refleks melotot begitu merasakan presensi salah satu di antara mereka menohoknya.

Sunoo menenangkan diri, dengan cepat berbalik.

Ditelisiknya punggung orang-orang yang tidak banyak itu.

Hingga matanya menyorot sosok asing berseragam yang tak biasanya turun di stasiun ini. Benar saja, aura luar biasa itu menguar dari dirinya. Matanya menyipit, perasaannya campur aduk. Orang itu berbalik, buru-buru Sunoo memasuki kereta yang akan menutup. Dilihatnya siswa asing itu seperti kehilangan sesuatu, menjelajah diri sendiri dengan mata memerhatikan sekitar. Dari balik kaca kereta yang akan melaju, Sunoo menggunakan visi istimewanya. Menghafal detail nama dan sekolah di dada blazer milik si orang asing.

Kereta pun meninggalkan stasiun. Sunoo tersenyum.

Dikeluarkannya telfon genggam keluaran terbarunya, memanggil kontak paling familiar.

"Pak Park, aku mau pindah sekolah. Aku akan keluar dari mansion."

Yang Jungwon, aku datang.

[]





aKUU EXCITED semoga selesai huhu aku pingin ringan-ringan aja sir tapi ntar takut diujung malah pingin berat brak bruk brak bruk. wish me luck :(

bites | sunoo-centricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang