[01]

193 33 1
                                    

"Aku pergi, selamat pagi."

Sunoo keluar setelah merapikan penampilan barunya di depan cermin. Senyumnya mengembang, pipi tembamnya terdorong ke atas. Girang memenuhi tubuhnya.

"Tuan Kim, sudah waktunya sarapan."

Ia langsung berlari keluar mendengar pelayannya menyerukan sarapan. Diambilnya roti bakar dan makan sendirian di meja makan dengan khidmat.

Walaupun namanya vampir, tidak seperti mitos yang beredar, Sunoo tidak perlu hanya selalu meminum darah. Bangsa mereka juga berevolusi tiap tahunnya, bahkan lebih cepat dari manusia. Ya, walau darah masih jadi sumber kekuatan mereka, tapi tidak diperlukan untuk kegiatan sehari-hari. Sunoo juga tidak perlu takut matahari, apalagi salib dan bawang-bawangan. Bawang putih bahkan hampir selalu jadi komposisi utama di masakan pelayannya di mansion ini.

Mengenai mansion, mansionnya memang besar dan megah tapi juga suram dan dingin. Penghuninya tidak bisa menyaingi luas bangunan ini. Sunoo bahkan harus terus melewati sarapannya sendirian di meja marmer yang sama dinginnya. Bertahun-tahun hidup seperti itu harusnya ia terbiasa, sih.

Tapi setelah hari ini, Sunoo akan mengusahakan perubahan di kesehariannya. Pipinya mengambang lagi. Tomat isian roti bakar tinggal di pipi kirinya yang penuh.

"Jakey-jakey!"

Selang beberapa detik, ia refleks berseru dengan mulut penuh ketika melihat pria yang lama tak ia jumpai datang ke meja makan dengan senyum tampan dan setelan rapi. Jake, pria itu, tertawa kecil.

"Haiii, ponakan. Berangkat sekolah? Sekolah baru lagi?" 

"Iya. Kamu kapan sampai? Aku kok gatau."

"Sebelum kamu pulang sekolah. Sampai sini aku langsung pingsan."

"Hah? Pingsan?"

Jake kali ini tertawa, renyah. Diusapnya tomat di pipi Sunoo dengan serbet. "Kecapekan. Udah sana sekolah."

"Oh iya, jadi ingat. Hari ini aku pindahan."

Jake mengambil kursinya di sisi Sunoo, pelayan menghantarkan bubur gandum ke hadapannya. Jake mulai menyuap setelah bertanya. "Pindahan apa? Sekolah?"

"Nu-uh. Aku bakal keluar dari mansion."

Jake terbatuk. "Apa kamu bilang?"

"Iya, aku bakal menetap dekat sekolah. Jadi nggak bakal sering ketemu kamu lagi walaupun kamu nginap di sini."

Jake masih tampak tidak percaya. Sunoo menatapnya dengan senyum jahil.

"Aku menemukannya. Auranya kuat sekali." 

Kali ini Jake bahkan tidak peduli bubur gandum yang susah-susah dibuatkan untuknya. "Kamu serius? Makanya memutuskan keluar mansion? Harus banget?"

"Harus. Sekolahnya di kota. Aku harus bisa menjangkaunya sesedekat mungkin."

"Walaupun keluar mansion?"

"Walaupun, Jake. Kamu baik-baik di sini, ya. Aku pergi sekarang. Barangku akan dipindahkan Pak Park pagi ini," Sunoo berdiri. Membawa susu kotak untuk ia minum selama perjalanan menuju kota.

Yang lebih tua masih memproses semuanya ketika Sunoo mengecup sudut bibirnya, berpamitan.

"Aku pergi, Pamaaan."

Jake memerhatikan senyuman itu berganti punggung kemudian menghilang dari pandangan. Pikirannya penuh, banyak pertanyaan menggantung tapi tidak mungkin menahan Sunoo sekarang. Ia pun kembali pada buburnya, merelakan tanya jawab mereka untuk kapan-kapan. 

[]




katakan halo pada paman jakey! sjshs maaf aku lagi coba ngetik dialognya campur-campur. mau cari enaknya gimana :(

bites | sunoo-centricTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang