kecelakaan

2.4K 271 8
                                    

Dengan penuh amarah remaja 20 tahun itu mengendarai motor sport mewahnya dengan kecepatan tinggi dan tak tentu arah.

Remaja laki-laki bernama Mario Raka damario itu merasa amat sangat kecewa setelah mengetahui sebuah rahasia yang selama 20 tahun ini disembunyikan oleh keluarganya. Dia bukanlah anak kandung kedua orang tuanya.

Mario terlalu kecewa pada keluarganya yang tega menyembunyikan hal sepenting ini darinya.

"Brengsek!"

Mario semakin menambah kecepatan laju motornya.

Dia menghiraukan ponsel yang terus bergetar di saku Hoodienya. Tujuannya sekarang ini adalah danau, tempat sepi yang dapat menenangkan pikirannya.

***

Motor sport mewahnya berhenti ditepi jalan raya sepi dekat danau yang berada dipinggiran kota.

Mario berjalan menuju pohon rindang yang berada ditepi danau.

Ia mendudukkan dirinya bersandar pada batang kokoh pohon itu.

"Kenapa gue baru tau sekarang?" Monolognya.

Bulir-bulir air mata mulai mengalir dari kedua mata indahnya membasahi pipi hingga bawah dagunya.

"Apa ini alasan kakek tua Bangka itu gak sayang gue, pantes aja si tua Bangka itu marah-marah terus kalo deket gue" ucap Mario, tangan kurusnya mengusap air mata yang membasahi pipinya.

Kakek tua Bangka yang dimaksud Mario adalah kakek dari pihak ayahnya.

Mario mengetahui hal itu setelah tadi secara tidak sengaja ia menguping pembicaraan kakek, nenek dan ayahnya diruang kerja ayahnya.

Mereka membicarakan perihal Mario yang menurut kakek tidak pantas menjadi penerus perusahaan ayahnya.

"Gue juga nggak mau jadi penerus ayah! Ngapain bawa-bawa gue segala buat ngurusin perusahaan padahal ada om Alvin" Mario mengambil kerikil yang ada di dekat kakinya lalu melempar kerikil itu ke arah danau.

Perasaan Mario saat ini sungguh tidak menentu. Rasanya ia tidak mau percaya dengan apa yang diucapkan kakeknya.

Mario bangkit dari duduknya, sekarang ini ia ingin pergi kerumah Alden, temannya untuk menginap disana selama beberapa hari.

Mungin selama beberapa hari ini ia tidak akan pulang kerumahnya sebelum hatinya merasa tenang.

Sebelum menaiki motor Mario mengecek handphone yang sedari tadi bergetar didalam saku Hoodie biru muda yang sekarang ini dia kenakan.

10 panggilan suara tak terjawab dari ayah.

21 panggilan suara tak terjawab dari ibunda.

3 panggilan video tak terjawab dari om Alvin.

5 panggilan suara tak terjawab dari kakek Bangka.

Mario hanya membiarkan telpon dan pesan singkat dari orang rumahnya. Setelah mengecek handphonenya Mario segera menuju rumah Alden menggunakan motor sport mewah miliknya.

***

Jarak rumah Alden dan danau yang ada dipinggiran kota memang cukup jauh.

Untuk mempersingkat waktu Mario mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi.

Mario hanya fokus pada jalanan yang ada didepannya tanpa menghiraukan sekitar.

Dan tanpa dia duga didepannya saat ini ada persimpangan jalan, Mario tidak sempat mengurangi laju motornya.

Brakk

Mario memejamkan matanya erat saat merasakan tubuhnya terpental dan jatuh ke aspal setelah motornya menabrak pembatas jalan.

Mario berusaha menggerakkan tangannya, dia memegang kepalanya yang mengeluarkan banyak darah, kepalanya menghantam aspal cukup keras karena helem yang tadi dia pakai terlepas.

Orang-orang yang ada disekitarnya mulai mengerubungi Mario. Bukannya menghubungi ambulance orang-orang itu malah mulai mengvideokan Mario yang sedang tergeletak tak berdaya diatas aspal dengan Hoodie biru muda yang mulai merubah warna karena darahnya.

"Kenapa jadi gini. Kalau ini akhir hidup gue..tolong jaga orang-orang yang gue sayang Tuhan. Jangan buat mereka sedih" Batin Mario berucap.

"Tolong.." dengan terbata Mario mengucapkan kalimat terakhirnya sebelum semuanya menjadi gelap.

TBC.

Hi Dad! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang