"nih makan lo, batagor sama es teh anget" ucap Dimas sambil menyodorkan nampan yang dibawanya ke depan Nataka.
"Bego! Mana ada es teh anget"
"Canda ta. Jadi julid banget lo sekarang sama gue"
"Bodo amat dim!" Cuek Nataka.
"Enak ya suasananya sepi, tapi gue kok agak merinding ya, lo merinding juga nggak ta?" Tanya Dimas, matanya mengedar menatap sekitar kantin yang hanya ada mereka berdua disana.
"Kagak gue b aja tuh" ucap Nataka tanpa mengalihkan pandangan matanya dari batagor yang ada didepannya.
"Yang bener lo? Kalo dah habis makan, kita balik ke kelas ya"
"Napa balik cepet-cepet kita baru duduk tadi"
"Perasaan gue nggak enak nih bro, kayak mau kejadian apa gitu yang nggak gue suka" ucap Dimas.
"Halah cuma perasaan lo aja tuh, aslinya nggak ada apa-apa"
"Sumpah peras- YA GUSTI" pekik Dimas tiba-tiba.
"Napa sih njng! Ngagetin tau nggak" sewot Nataka.
"Belakang lo ta! Belakang lo" bisik Dimas, wajahnya pucat seperti habis melihat hantu.
Nataka memutar tubuhnya menghadap belakang, dan betapa terkejutnya dia karena melihat Alden dengan jas OSIS yang melekat apik ditubuh jangkungnya sedang berdiri sambil bersedekap dada menatap tajam padanya dan Dimas, dan jangan lupakan Dean rekan sesama OSIS nya yang berdiri di sampingnya, ah dia tidak ingat bahwa kakak kandungnya itu ternyata megikuti organisasi OSIS disekolanya.
"A..aa..anu itu" dengan susah payah Nataka berusaha berbicara pada Alden.
"Berada di kantin saat jam pelajaran sedang berlangsung, kira-kira hukuman apa yang cocok untuk dua bocah ini Dean?" Tanya Alden pada Dean yang sedari tadi berdiri disampingnya.
"Terserah lo aja Al, gue ngikut"
"Pergi ke lapangan sekarang, hormat ke tiang bendera sampai bel istirahat berbunyi" perintah Alden dengan tegas.
Nataka dan Dimas dibuat pucat mendengar perintah dari Alden, bagai mana tidak jam pelajaran masih tiga jam lagi.
"Anu itu kak.. kakak jangan salah paham, semua ini nggak seperti yang kakak pikirkan" ucap Nataka mencoba menjelaskan pada Alden dan Deon.
"Isss ta, kok lo ngomongnya kayak cewek yang kepergok selingkuh sama pacarnya sih. Ambigu anjir" ucap Dimas.
Plakk
"Dimas bego! Harusnya lo bantu gue supaya nggak kena hukum, malah bercanda!"
"Sakit! Lagian siapa yang lagi bercanda" ucap Dimas sambil mengusap kepala belakangnya yang baru saja dipukul Nataka.
"Malah berantem, cepetan ke lapangan hormat ke tiang bendera sampe istirahat. Dan jangan coba-coba kabur!" Ucap Deon sambil menarik kerah Nataka dan dimas menuju lapangan, diikuti Aden yang berjalan dibelakangnya.
"Iya iya, sabar dong kak leher gue sakit nih" Dimas mencoba melepas tangan Deon yang berada di kerah bajunya, sedangkan Nataka bocah itu hanya pasrah mengikuti kemana dirinya ditarik oleh Deon.
"Tega banget sih kak sama anak kecil" ucap Nataka sambil memasang wajah memelas mencoba meluluhkan hati kakak kelasnya itu.
"Tega nggak tega gue harus tega, apa lagi sama dua bocah modelan kek lo berdua yang sukanya bolos"
"Ya elah kak, baru juga bolos sekali ini, masa langsung kena sih!" Sewot Nataka.
"Dah sampe, berdiri yang bener, lo ambil jarak satu lengan dari dimas!" Ucap Deon.
Dengan malas Nataka mengangkat lengan kanannya sesuai dengan perintah Deon.
"Silahkan pak ketua, waktu dan tempat saya serahkan pada Anda sepenuhnya" Deon mempersilahkan Alden untuk maju memneri hukuman pada dua bocah didepannya ini.
"Oke. Kenapa kalian ada di kantin saat jam pelajaran?" Tanya Alden dengan nada tegasnya.
"Itu kak, sebenernya Dimas belum sarapan jadinya Nata nemenin Dimas sarapan dulu di kantin. Beneran, sebenernya Nata nggak ada niatan mau bolos kok kak, Nata tadi di paksa sama Dimas jadinya Nata ikut deh" jelas Nataka sambil menatap Alden dengan tatapan kucing minta dipungut dari selokan.
"APAAN! GUE NGGAK ADA MAKSA LO YA!" Teriak Dimas tak terima.
"Lo maksa gue tadi ya!"
"Wahh ngibul lo, kecil-kecil udah berani ngibul sama orang tua ya Lo!" Ucap Dimas sambil menunjuk Nataka yang menunjukan wajah tak berdosanya.
"Stop! Apapun alasannya hukuman harus tetap dilaksanakan! Hormat ke tiang bendera sekarang, jangan coba-coba kabur saya dan Deon ada di sana untuk mengawasi kalian" ucap Alden lalu berjalan kepinggir lapangan yang teduh diikuti Deon dibelakangnya.
"Wlee, rasain lo berdua. Makan noh tiang bendera" ejek Deon.
Nataka dan dimas semakin dibuat dongkol olehnya.
"Gara-gara lo nih, mana make nyalahin gue segala"
"Iss gue kan cuma membela diri"
"Pembelaan Lo nggak guna Egee lagian yang ngajakin bolos kan lo duluan bukan gue"
"Bodo ih! Gue ngambek pokoknya nggak mau ngomong sama lo lagi" Ucap Nataka sambil menjauh dari Dimas.
Dua bocah itu saling bertatapan lalu setelahnya membuang muka sambil bersedekap dada.
"HORMAT KEBENDERA! DI ANGKAT TANGANNYA" Teriak Deon yang melihat dua bocah itu tak kunjung hormat.
"Hisss iya!"
Hening beberapa saat karena dua bocah itu fokus ke hukumannya hingga salah satu dari bocah itu angkat suara karena bosan dengan keheningan yang tercipta diantaranya.
"ini masih lama nggak sih dim? Gue dah pusing banget nih" ucap Nataka memulai obrolan.
"Sabar ya, bentar lagi bel istirahat kok"
"Tapi gue capek, pusing juga" keluh Nataka lalu hening kembali karena Dimas tak menanggapi keluhannya.
"WOI KITA KERUANG OSIS BENTAR, JANGAN BERANI NINGGALIN LAPANGAN SEBELUM KITA BALIK" Teriak Deon dari pinggir lapangan.
"IYA NGGAK AKAN, heran tu orang hobinya treak Mulu apa ya?" Gerutu Nataka.
Dimas memegang pelipisnya tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing, pandangannya juga berkunang-kunang membuat dirinya hampir limbung kedepan yang untung saja dapat ditangkap Nataka dengan sigap sebelum terjatuh.
"Lo kenapa dim?" Tanya Nataka khawatir karena wajah Dimas sudah terlihat sangat pucat.
"Gue oke kok, nggak papa" ucap Dimas, namun tiba-tiba tubuh itu kembali limbung dan terjatuh karena Nataka tidak dapat menahan tubuh Dimas yang lebih besar darinya.
Brukk
"Anjir Dimas! Kok lo malah turu sih, bangun woi, jangan bercanda deh! Kan gue yang bilang pusing dulu, kok malah lo yang pingsan duluan aturannya kan gue yang pingsan duluan bukan lo"
"Dimas sadar nggak lo, gue nggak bisa angkat Lo ke UKS , hikss.. gue harus gimana huwaaa Dimas bangun!" Karena bingung dan khawatir disaat bersamaan yang dapat dilakukan Nataka hanyalah menangis.
"Bangun sekarang njing atau gue tinggalin lo, lo kalo pingsan harusnya tau situasi dong sekarang cuma ada kita berdua disini hikss g-gue harus gimana"
Nataka masih saja terisak disamping Dimas, hingga akhirnya datanglah Alden dan Deon dengan wajah khawatirnya dari pinggir lapangan, mereka kembali karena medengar suara Nataka yang lumayan keras hingga membuat dua remaja angota OSIS itu memilih untuk putar balik takut terjadi sesuatu pada dua bocah yang ditinggalkannya.
Dan dengan binar bahagianya Nataka menatap Alden dan Deon yang bagaikan kesatria penyelamat baginya.
"Tolongin Dimas! Dia nggak mau bangun kak"
"Iya lo tenang kita bawa dia ke UKS ya" ucap Deon sambil mengusap kepala Nataka sebelum beralih untuk mengangkat Dimas.
"Ayo!" Ajak Alden pada adiknya itu lalu Nataka segera mengikuti Alden dan Deon dibelakangnya sambil terus terisak di sepanjang koridor menuju UKS.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! (HIATUS)
FantasyMario adalah remaja yang ingin terus hidup meskipun dia tidak memiliki tujuan hidup. Bagaimana jadinya jika Mario si remaja pemalas bertransmisi ketubuh Nataka aruki narendra anak bungsu keluarga Sanjaya yang dibenci oleh keluarganya. Apakah Mario...