Damian

1.7K 240 23
                                    

"Sedang apa kamu disini!"

Nataka membalikkan badannya mendengar suara bariton yang terdengar menakutkan di telinganya.

Dia membelalakkan matanya kaget, apa-apaan ini? Setelah lepas dari duo lampir sekarang dia harus terjebak dengan seorang raja singa menakutkan dengan wajah datar itu.

"Maaf pak saya asal masuk ruangan" Nataka menundukkan kepalanya takut.

"Atas izin siapa kamu berani menginjakkan kaki kotormu disini hm?" Seketika bulu kuduk Nataka berdiri mendengar suara rendah yang terkesan dingin milik pria didepannya itu.

"Kaki saya gak kotor kok pak walaupun dari tadi saya nyeker tapi kaki saya masih bersih nih coba liat, bersihkan?" dengan wajah polosnya Nataka mengangkat kaki kanannya memperlihatkan telapak kakinya yang bersih dengan sedikit bergetar.

"Keluar dari sini sebelum saya membunuhmu anak sialan!"

"Apaan! Saya ini anak pembawa kebahagiaan tau pak! Bukan anak sialan"

Pria itu menoleh dan menatap lekat Nataka yang juga sedang menatapnya sekarang. Nataka tidak bergeming, tetap menatap lekat pria dengan setelan jas hitam didepannya itu.

"Huh! Saya gak suka ya sama bapak!" Ucapnya sambil menunjuk wajah pria itu dengan tatapan tajamnya.

"Turunkan jari busuk mu itu dari hadapan saya dan stop memanggil saya dengan sebutan bapak!" Bentak pria itu dengan keras, mungkin suaranya akan terdengar hingga ke luar ruangan.

Nataka tersentak kaget mendengar bentakan keras pria itu.

Tak lama suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian dua orang berbeda usia itu, ternyata yang baru saja membuka pintu adalah Elin dan Nila, pengasuh pribadi Nataka.

"Tuan muda baik-baik saja? Maafkan kami tuan Damian karena lalai menjaga tuan muda Nataka" ucap Elin sambil membungkukkan badannya diikuti oleh Nila.

"Ternyata namanya Damian, pantesan mukanya jelek orang namanya juga jelek"

Elin membelalakkan matanya kaget mendengar Nataka yang mengejek Damian.

"Maaf tuan kami izin kembali ke kamar tuan Nataka, sepertinya tuan muda masih sakit jadi berbicaranya agak ngelantur. Sekali lagi maafkan kami" ucap Elin terburu-buru sambil menarik tangan Nataka dan Nila untuk keluar menghindari amukan Damian.

"Apaan sih! Gak usah tarik-tarik bisakan!"

"Cepat tuan muda sebelum tuan Damian marah" bisik Elin sambil terus menarik tangan Nataka.

***

Nataka menghela nafas kasar setelah keluar dari ruangan Damian.

"Apa tuan muda baik-baik saja? Tidak ada yang terlukakan?" Tanya Nila dengan raut wajah khawatirnya.

"Baik-baik aja kok" ketus Nataka.

Nila menghela nafas lega. "Mengapa tuan muda berlari hingga ketempat ini? Disini sangat berbahaya bagi anda, apa tuan muda lupa? Dulu tuan Damian marah besar hingga melukai anda karena mengetahui anda datang keruangan pribadinya dan sekarang mengapa anda mengulangi kesalahan yang sama"

"Damian itu siapa?" Tanya Nataka mengalihkan pembicaraan sambil menggaruk tengkuknya bingung.

Elin dan Nila terdiam, apakah efek jatuh dari tangga separah ini? Sepertinya tuannya ini harus diperiksa oleh dokter.

Elin memegang kedua pundak Nataka, matanya menatap netra cokelat jernih milik Nataka dalam.

"Tuan muda tidak mengingat tuan Damian? Tuan Damian adalah ayah kandung tuan muda" jelas Elin.

Hi Dad! (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang