1 . 𝙛𝙖𝙞𝙡𝙚𝙙 𝙙𝙞𝙣𝙣𝙚𝙧

13 2 0
                                    

Aku mengerang di atas ranjangku bangun pagi adalah hal yang menyebalkan , apa boleh buat semua rutinitas sudah menyambutku setiap pagi . Kakiku turun dari ranjang seraya berjalan terseok-seok mengumpulkan semua nyawaku menuju kamar mandi . kamarku  biasa saja tidak ada yang menarik dari ruangan kotak persegi . di dalamnya hanya terdapat kamar mandi , ranjang yang ber-ukuran Small , lemari besar berwarna putih , tak lupa juga meja rias yang menampung alat make up serta nakas kecil di samping ranjang . Sejujurnya aku tak begitu pandai dalam merias wajah .

Atensiku terhenti di depan meja rias menatap lekat-lekat wajah putih pucat , guratan hitam di kelopak mata semakin menyeramkan .

" Apa aku harus mengambil cuti " batinku .

Sudah lama sekali aku tidak mengambil cuti mungkin sekitar enam bulan yang lalu , aku bekerja di sebuah restoran ternama di distrik gangnam . Buru- buru aku menghamburkan diri ke dalam kamar mandi . aku tidak suka hawa dingin badanku akan mengigil jika kedinginan tak ingin berkutat terlalu lama sesegera mungkin aku mengakhiri aktivitasku .

Dering ponsel menggema di seisi kamar , tanganku terulur menggapai benda persegi di atas nakas .

" Aku sudah di bawah "

"Iya . tunggu , aku akan turun sebentar lagi " jawabku singkat sembari mematikan ponsel meletak-kannya kembali di atas nakas .

Tombol lift menunjukkan angka satu , tak lama deting lift menginterupsi pertanda terbukanya lift  . itu dia , Di depan sana sudah terparkir mobil suv hyundai palisade dengan seseorang yang tengah melambaikan tangan memakai setelan jas formal berwarna Maron , sepatu pantofel serta tatanan rambut yang rapi .  Aku berlari kecil sembari menutupi wajahku , aku kepalang malu dengan kelakuan jimin apakah dia tidak sadar tengah menjadi pusat perhatian banyak orang .

" Good Morning dear " sapanya . Tanganku mengapai jari-jari mungilnya untuk berhenti melambai . Aku mendongak menatapnya  .

“Morning too Mr. Nam ” kami terkekeh dengan sapaan di pagi hari . Tiga tahun menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih tak ada yang berubah barang secuil dari kebiasaan kami yang saling mengejek , terkadang bersikap romantis , jimin si penggombal ulung begitupun aku yang mudah tersipu .

Seperti biasa jimin akan membukakan pintu , memasang seatbelt mem-perlakukanku bak ratu. Mobil Jimin melaju menjauhi kawasan apartemenku , apartemen ini adalah yang terdekat dari tempatku bekerja . Aku memilih memisahkan diri dari ibuku semenjak kepergian ayahku lima tahun yang lalu . Jimin memfokuskan pandangan ke depan .

Aku melirik jimin yang masih bungkam tidak pernah percaya pada apa yang ada di sampingku Nam jimin pria berusia tiga puluh tahun direktur Howard Company tengah duduk di dalam mobil bersamaku , Walaupun perusahaan jimin masih terbilang baru tapi ia berusaha keras demi keberlangsungan perusahaannya aku mengetahui semua perjuangan jimin dalam membangun perusahaan . Jatuh bangunnya kehidupan , ditipu investor saat masih menjadi perusahaan start up  sampai berada di titik saat ini . Ia Masih setia dengan diamnya aku mengulum bibir menyembunyikan senyum menelisik wajah paripurna bagai porselen , mungkin jimin menyadarinya   pandangan kita beradu tatap .

" Ada apa sayang ? " Tangannya terulur menggenggam tanganku  . Irisnya menelisik polesan tipis yang kukenakan .

" Aniyo , kau tampan " tawa lepas Jimin mengudara mendengar penuturanku yang kelewat gamblang . Dapat terlihat wajahnya memerah , ia mulai memiringkan kepala menatapku lekat-lekat seraya mengecup pipiku .

“Jimin kau sedang menyetir ” cetusku , Kami terkekeh . Jimin benar-benar tidak tau tempat .

Sesampainya di parkiran , aku bergegas keluar mobil takut-takut jimin akan terlambat ke kantor . Aku mencoba membuka seatbelt sendiri jimin hanya memperhatikan tanpa ada niatan membantu .

" Kau seharusnya mengambil cuti  lihatlah , wajahmu terlihat kelelahan yoona " ujarnya . Aku tau Kekawatiran yang di tunjukan jimin adalah bukti kepeduliannya . Aku saja yang terlalu keras kepala .

" Iya nanti akan aku pertimbangkan , sudah dulu nanti kau terlambat ke kantor , bye ” ucapku sembari keluar dari mobil tanganku melambai kupersembahkan senyum terbaik agar ia tak perlu terlalu khawatir .

_______________________________________
 

deting wajan serta aroma daging asap mencuat . Disinilah aku bekerja 𝘴𝘦𝘳𝘦𝘯𝘥𝘪𝘱𝘪𝘵𝘺 , Restoran yang terbilang  ramai di kalangan menengah ke atas restoran ini mengusung konsep sederhana namun elegan dengan dekorasi interior serta pengaturan meja sedemikian rupa .

restoran ini sudah mendapatkan predikat bintang Michelin atau kerap kali di sebut dengan restoran bintang lima . kualitas bahan yang digunakan, rasa dan teknik memasak, kepiawaian koki , harga, dan jumlah pengunjung yang konsisten adalah tolak ukur suatu restoran bisa mendapatkan predikat restoran bintang lima .

"Yoona apa kau sudah menyiapkan masakan untuk meja nomor sembilan "Teriak seorang executive chef yang tengah kelimpungan mengurus pesanan pengunjung . executive chef bertanggung jawab penuh dalam menjaga stabilitas pada semua aktivitas di dapur .

"Ya sebentar , aku tinggal menuangkan sausnya " sahutku yang tak kalah gugup ."Bisa lebih cepat tidak ?" Batinku mencabik kesal terhadap executive chef yang bernama kim hwang .

" Kepala hwang bisa sabar sedikit  , kita hanya punya dua tang - " jawabku tanpa menatapnya yang tengah berdiri didepan ambang pintu ."Kau tidak melihat pengunjung yang membludak kau pikir aku tidak kelabakan mengatur semua itu " 

belum sempat aku meneruskan kalimatku pria berusia sekitar akhir empat puluhan itu sudah memotong serentetan kalimat sanggahanku . Aku rasa jika  sehari saja tanpa kepala hwang mungkin hidupku akan tenang tanpa ada yang mengomel , bahkan jika di beri satu permintaan itu adalah permintaanku terlihat sedikit kejam tapi jujur saja itu benar-benar permohonanku  . Restoran akan tutup jam sepuluh malam masih sekitar dua jam lagi jadi aku harus lebih  bersabar .

  “  Kenapa wajahnya ditekuk begitu ?"Jimin berucap penuh heran melihat raut masamku sembari memasangkan Seatbelt Kepalanya menengadah karna tidak mendapati respon apapun dariku . Jika sudah terlalu lelah dengan pekerjaan aku memilih untuk diam . Bukankah kebanyakan orang begini lebih ingin menyendiri .

" Yakin tidak mau cerita? " imbuhnya Jimin menghembuskan napas lejar artikulasi pria itu naik pitam , aku memang suka menggodanya ia kelewat sabar menghadapiku yang terkadang seperti kekanak-kanakan . Tapi untuk saat ini aku hanya ingin segera berbaring di ranjangku . Aku benar-benar lelah dengan segala rutinitas seharian ini .

" Aku akan bercerita jika aku ingin jim " Mengingat kembali perkataan kepala hwang membuat mood -ku berantakan setiap tutur kata yang ia lontarkan selalu merujuk kata sarkas.

"Baiklah " jimin mendengkus kasar .Mobil hitam milik jimin sudah menjauh dari kawasan restoran tapi hening enggan pergi begitu saja . Jimin menjalarkan jemarinya guna menggenggam tanganku , aku hanya merespon memberikan guratan senyum berseri begitupun disambut senyum bulan sabit milik jimin .

Jimin melajukan mobil dengan kecepatan sedang didepan sana ada sebuah persimpangan ia memutar setir mobil ke arah sebaliknya seharusnya ia berbelok ke kiri untuk menuju apartemenku “ jim kenapa kau berbelok kesini?” padahal aku sudah membayangkan tidur di atas ranjang dengan piyama  “ sudah lama kita tidak makan malam di restouran kesukaanmu”

Jimin tau betul bagaimana membuat suasana menjadi lebih hangat , restauran yang jimin maksud adalah tempat pertama kali jimin menyatakan keseriusannya .  Tanpa sadar aku mulai menggali ingatanku bagaimana pertama kali bertemu jimin yang tidak di sengaja semua terjadi berkat insiden koper yang tertukar di bandara .

Saat ingatan ini mulai terkumpul jimin  menginjak rem secara tiba-tiba . Mengakibatkan Kepalaku terbentur dashboard mobil aku menegakkan punggung tanganku mulai memijat dahi sedikit nyeri tapi tidak berbekas  “ jim ada apa ? “  aku menatap jimin heran  rahangnya mengetat peluhnya bercucuran pandangannya lurus ke depan gelagat jimin terlihat aneh “ yoona sebaiknya aku mengantarmu pulang “

“tapi jim kau bilang kita akan makan malam terlebih dulu sebelum pulang “

“ yoona kau tidak mendengar perkataanku !! “

Jimin terlihat ketakutan Ada apa dengannya seperti melihat hantu di malam hari ini adalah kali pertamanya jimin membentakku .  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"𝘾𝙊𝙉𝙁𝙐𝙎𝙄𝙊𝙉"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang