Suara desah memenuhi seisi ruangan dengan pencahayaan remang. Di atas kasur, seorang wanita tampak kepayahan melayani nafsu besar pria yang bergerak mendorong miliknya memasuki lembah surgawi. Menikmati surga dunia yang ada pada wanita.
"Sial! Kau benar-benar payah." Pria itu mencabut miliknya tiba-tiba hingga membuat wanita yang semula menungging kini ambruk di atas permukaan lembut kasur yang berantakan.
Pria yang tadi begitu menggebu menggagahi sekarang tampak memakai pakaiannya lagi dengan cepat. Setelah itu dia pergi begitu saja seolah tak pernah terjadi apapun sebelumnya.
Maximilian Thompson adalah nama yang diberikan padanya saat dia lahir ke dunia. Sepuluh tahun dia hidup bahagia bersama keluarganya hingga seseorang merusaknya. Maxime masih sangat ingat bagaimana ibunya dulu menangis sendirian di dalam kamar. Semua itu karena ayahnya yang brengsek. Ayahnya membawa jalang ke rumah dan bercinta tepat di depan ibunya. Saat itu Maxime masih kecil dan belum paham apa yang terjadi, tapi sekarang dia sudah dua puluh lima tahun. Dia mengerti bahwa ayahnya berselingkuh dan membuat ibunya menderita hingga ke liang lahatnya.
Sial!
Maxime amat membenci ayahnya. Dia ingin sekali membuat ayahnya membayar semua penderitaan ibunya.
***
Langit masih sangat gelap saat dua mobil berlawanan arah kehilangan konsentrasi hingga bertabrakan dan terpental jauh dengan terguling-guling di jalanan licin bekas hujan seharian. Tak ada yang selamat dari kecelakaan maut itu. Termasuk orang tua Sarah Theodore yang dikabarkan tewas di tempat kecelakaan. Rasanya baru kemarin Sarah tertawa bersama ibu dan ayahnya, tapi lihatlah sekarang. Maut datang begitu saja dan memisahkan Sarah dengan kedua orang tuanya. Perpisahan yang amat menyakitkan karena tak ada lagi yang bisa dilakukan bila rindu datang mendera.
Sarah menangis tanpa isak di samping makam kedua orang tuanya yang masih baru. Setelah mendapat kabar duka malam itu, Sarah benar-benar terpukul karena sekarang dia hanya seorang diri. Tak ada keluarga yang dikenalnya memiliki ikatan kekerabatan dengan kedua orangtuanya. Setahunya ayah dan ibunya diusir dari rumah karena tidak direstui oleh keluarga, mereka tak dianggap sebagai keluarga lagi sejak itu. Sarah diberitahu ibunya saat usianya menginjak delapan belas. Saat itu Sarah tidak mempermasalahkannya, karena dia pikir hidupnya akan baik-baik saja selama ada ayah dan ibunya berada di dekatnya. Namun, sekarang takdir pahit telah menamparnya. Satu-satunya alasan dia kuat untuk tetap menghirup napas kehidupan telah diambil darinya. Dari Sarah yang sama sekali tidak siap untuk merasakan kehilangan di usia dua puluh dua tahun.
Di tengah kekalutan akan rasa kehilangan, tiba-tiba seseorang datang menemuinya. Seorang pria setengah abad yang masih gagah di usianya. Pria itu adalah suami dari sahabat ibunya yang sudah meninggal saat Sarah masih berusia tujuh tahun. Masih teringat jelas tangisan anak dari sahabat ibunya saat itu. Seorang anak laki-laki berpipi bulat yang malang karena harus kehilangan ibunya sedari kecil.
"Tuan Thompson?" Sarah tertegun di depan pintunya saat menemukan sosok laki-laki yang sudah samar dalam ingatannya. Namun masih ia ingat jelas namanya. Bagaimana tak ingat? Pria tua itu adalah ayah dari anak laki-laki yang dulu menangis hebat. Ayah dari teman kecilnya.
"Kau masih mengingatku? Syukurlah. Sudah lama sekali sejak terakhir kali kita bertemu. Aku mendengar berita buruk itu dan segera melakukan penerbangan tercepat untuk sampai di Los Angles," ungkap pria itu.
"Silahkan masuk," pinta Sarah saat tersadar mereka masih berdiri di depan pintu rumahnya. Sarah pun hendak pergi menuju dapur untuk mengambil minum, namun segera ditahan oleh satu-satunya tamu yang datang.
"Tidak perlu menyiapkan apapun, aku tidak akan berlama-lama." Sarah mengangguk dan segera duduk disusul tamunya.
"Jadi, ada apa Tuan kemari?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Marriage
RomanceWARNING! AREA DEWASA!!!🔞 "Kenapa kau melakukan ini padaku, Max?" Sarah Theodore "Karena ayahku menyayangimu dan aku ingin melihatnya hancur melalui dirimu, Sarah." Maximilian Thompson Dendam kepada sang ayah telah membutakan mata hati Maxime hingga...